BAB 7. Permintaan Sulit

899 Kata
Pikiran Zahra sejenak tertuju pada Azka, memikirkan apa yang sedang Azka kerjakan. Memang hati Zahra belum ada cinta, namun tetap saja pikirannya menjelajah jauh pada hal yang di sebut menebak dan berakhir dengan ketidakpastian. Sudah menjadi kodrat manusia terutama kaum hawa, jika memikirkan salah satu kaum Adam, maka sepintas hati berdesir, 'Astaghfirullah..' hati Zahra seketika beristighfar, 'Apa yang sebenarnya aku pikirkan?' lanjut Zahra bergelut dengan hatinya. Melihat Zahra sedang melamun, Tasya dengan usilnya menepuk pundak Zahra, "Husst.." Zahra langsung menoleh pada Tasya dan tersadar dari diamnya, "Apa yang sedang kamu pikirkan sih, Zah? Jangan-jangan kamu lagi mikirin si pria yang bekap kamu, ya?" Ledek Tasya dengan senyum jahilnya. "Ish … apaan sih, Sya. Nggak lucu tahu! Mana mungkin aku mikirin orang yang sudah berbuat tidak sopan padaku seperti itu. Ngawur kamu! Aku tadi sekilas kepikiran sama Azka, dia kan sebentar lagi akan pergi ke Inggris untuk mengurus perusahaan ayahnya. Tahu sendiri Sya, statusku di gantung 2 tahun, dan itu tidak mudah untuk di jalani. Jujur aku takut untuk menjalaninya," Tutur Zahra, ia menundukkan wajahnya untuk kembali menenangkan pikirannya. "Terus, kamu mau bagaimana Zah? Itu sudah jalan yang kamu ambil. Menunggu 2 tahun itu nggak lama, kok." Ujar Tasya dengan mengedipkan mata jahil, "Pelan-pelan jalani ajh, semua pasti berlalu dengan baik, percaya deh.." Lanjut Tasya menyemangati. "Uhm… aku benar-benar sudah pasrah, Sya. Aku sudah pasrahkan semua jodohku pada Sang Khaliq." Zahra mengangkat tangan kanannya dan melihat cincin indah yang melingkar di samping jari manisnya dengan senyum tulus. 'Ya, yang perlu kamu lakukan hanya bersabar dan bertawakkal, Zahra. Percayalah, semua pasti akan baik-baik saja,’ Batin Zahra sembari mengusap cincinnya. Tasya yang melihat gelagat Zahra sedang tersenyum simpul dengan tangan sengusap cincin membuat Tasya semakin gencar untuk meledek sahabatnya itu, "Ekhem … yang ngelus-elus cincin mulu … Kangen nih, ceritanya?" sindir Tasya dengan mata memandang hal lain seolah tidak menyadari reaksi Zahra yang mendelik padanya. "Sok tahu. Orang yang suka sok tahu itu nggak baik loh.." Ledek Zahra balik. Perbincangan Zahra dan Tasya terhenti ketika mendengar dering panggilan masuk dari ponsel yang ada di dalam tas Zahra. Tasya yang mendengar langsung menimpali kembali dengan usilnya. "Baru juga di omongin, ponsel kamu langsung bunyi. Panjang umur deh si pangeran kampus." Zahra mengambil ponselnya dan melihat nomor yang sedang menghubunginya. Benar saja, nama Mas Azka terpampang indah di layar ponsel Zahra. Seulas senyum Zahra sunggingkan. "Assalamu'alaikum, Zahra.. Apa aku mengganggu waktumu?" Tanya Azka di ujung telepon. "Wa'alaikumsalam. Tidak, ada apa kamu menelfon, Mas?" "Hmm.. Kamu manggil aku Mas? Aku tidak salah dengar, ‘kan?" Terdengar nada usil dari perkataan Azka dan itu sukses membuat Zahra merona merah. "Ah … it-itu, hmm.. Sebenarnya Zahra bingung mau manggil Mas Azka dengan sebutan, apa? Kalau cuma nama, Zahra merasa terlalu lancang." Cicit Zahra di ujung kalimat. Dari jauh Tasya berdehem, "Ekhem … masih ada aku di sini loh, Zah.." Celetuk Tasya ikut nimbrung di sela pembicaraan Zahra. Mata Zahra seketika mengisyaratkan diam pada Tasya. Malulah pastinya, pembicaraan seperti itu di dengar bahkan sampai di ledek oleh sahabatnya. "Pfft.. Haha.. Zahra, jangan merasa sungkan denganku. Panggil saja sesukamu. Sebenarnya ada hal yang ingin aku bicarakan,” "Tentang apa, Mas?" Zahra menyipitkan matanya. "Dua hari aku akan berangkat ke Inggris. Aku sudah berpamitan dengan orang tuamu tadi melewati telefon. Dan kini giliran aku berpamitan denganmu. Jaga dirimu baik-baik Zahra Salsabila Mafaza dan maaf telah menggangtungkan statusmu, aku memang bukan calon yang baik untuk wanita sebaik dirimu." Zahra menghela napas pelan, lalu ia membalas ucapan Azka dengan lembut. "Jangan mengatakan hal seperti itu, Mas. Bukankah kita sudah berkomitmen untuk menjalaninya dan menyerahkan semuanya pada Allah swt? Sejak Mas di tetapkan sebagai calon suami Zahra, sejak saat itu pula Zahra sudah memasrahkan hati Zahra." "Berjanjilah Zahra, jika suatu saat nanti hatimu bergetar untuk cinta yang lain. Maka katakanlah padaku, aku akan melepasmu dengan lapang dada." Deg! Hati Zahra bergetar mendengar ucapan Azka. Inilah yang selalu Zahra khawatirkan, karena memang pada dasarnya hati Zahra belum di miliki siapapun. Meski Azka sudah sedikit menyita perhatiannya, namun itu hanya perasaan sebatas saudara, Wallohu a'lam bissowab. Hanya Allah yang tahu akhir dari hati Zahra. "Maaf Mas. Zahra tidak bisa berjanji atau menjawab permintaan Mas Azka yang satu ini. Terima kasih Mas Azka sudah mau memberitahu kabar pada Zahra. Berhati-hatilah.. Maaf, Zahra sedang bersama teman, tidak baik mengabaikannya terlalu lama. Assalamu'alaikum." "Baiklah, jaga dirimu baik-baik Zahra, wa'alaukumsalam." Telefon terputus dan menyisakan detak jantung Zahra yang tiba-tiba berpacu tidak beraturan mengingat perkataan Azka, membuat Zahra seolah akan mendapatkan suatu keadaan yang membuatnya tidak bisa menjaga hatinya untuk 2 tahun ke depan. Tasya yang melihat raut wajah gelisah Zahra langeung menegur dengan pelan, "Zahra, apa kau baik-baik saja?" Tanya Tasya, dan di jawab dengan anggukan. "Aku sekilas mendengar perbincangan kalian. Aku tahu, kau pasti terusik dengan perkataan Azka, kan? Semoga kamu tidak berpikiran bahwa seolah Azka tidak ingin memperjuangkan hubungan kalian meski di landasi dengan fakta PEROJODOHAN." Ucap Tasya. Zahra mengangkat kepalanya, ia cukup terperangah dengan Tasya yang berbicara dengan penuh keyakinan. Zahra tahu, sahabatnya yang selalu berpenampilan terbuka dengan kaos kasual dan celana ketat tersebut sebenarnya adalah orang baik dan berpikiran luas. Hanya saja belum ada seseorang yang mampu menuntunnya untuk berhijrah dan menyadarkannya untuk menuntupi auratnya. Zahra sebagai sahabat tidak pernah mendesak Tasya untuk melakukan hal yang belum di niatkan oleh Tasya sendiri. Ia sebisa mungkin menghargai keputusan Tasya. Tapi Zahra selalu yakin, bahwa di masa mendatang, Tasya akan menjadi jauh lebih baik dari sekarang. InsyaAllah..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN