Semakin menjauhi free hotspot Wifi itu, maka sinyal Wifi di ponsel Sri pun semakin melemah. Hingga akhirnya lenyap sama sekali. Yang membuat aktifitas internet ponsel Sri pun terhenti. Setelah mengetahui hal itu yang terjadi. Sri lalu keluar dari aplikasi facebooknya. Dan menaruh ponselnya. Kembali ke dalam tasnya. Dengan penuh kebahagiaannya karena dapat jalan bersama Zulian, lelaki impiannya itu.
Walaupun Zulian tak menganggap perasaannya sama sekali. Tetapi bagi Sri, asal bisa berada di dekat Zulian. Menjadi pelayannya pun, itu bukan masalah sama sekali. Tanpa harus menyesal sama sekali, di dalam hidupnya.
Mereka berdua terus berjalan, lalu menaiki eskalator untuk menuruni tiap lantai Mall itu. Yang akhirnya tiba di lantai dasar Mall. Dan tanpa disangka oleh mereka berdua. Mereka melihat Lastri tengah bergandengan tangan dengan Joko, 10 meter di hadapan mereka.
Lastri tampak terkejut melihat kehadiran Sri dan Zulian di hadapan mereka, hingga ia pun melepaskan gandengan tangannya kepada Joko, secara mendadak. Yang segera membaca keadaan. Hingga dirinya tak merespons apa pun dengan apa yang sudah dilakukan oleh Lastri.
Lastri tak mengira sama sekali. Jika akan bertemu dengan mereka di Mall itu, disaat yang tak tepat. Di saat dirinya sedang bermesraan dengan Joko. Seperti saat ini.
Mereka berempat akhirnya berpapasan satu dengan lainnya. Dan menghentikan langkahnya masing-masing. Dengan jalan pikiran mereka masing-masing.
"Mba Lastri ...! sedang apa di Mall ini, bersama Lelaki ini?" tanya Sri, melepas keterkejutannya atas kejadian yang ia lihat, bersama Zulian.
Mendapat pertanyaan dari Sri yang langsung the to poin. Tak membuat Lastri menjadi panik. Perempuan itu tampak tenang sikapnya, begitu juga dengan Joko, seakan sedang tak ada masalah di dirinya. Mereka berdua benar-benar ahli di dalam perselingkuhan itu.
"Ya, Mba sedang bisnis lah. Mba ke Mall ini sedang mengecek dan mencari tahu. Apakah di Mall ini sedang ada barang yang sedang di diskon, atau malah cuci gudang sekalian," ucap Lastri, mengutarakan alasannya itu. Yang tentu saja sebuah dusta. Yang tentu tak dipercayai oleh Sri sama sekali.
"Lalu kenapa, Mba bersama lelaki ini. Pakai acara bergandengan tangan lagi ...?" kata Sri, dengan ketusnya. Dengan tatapan tajam ke arah Lastri dan Joko.
"Oh, ini. Perkenalkan ia Joko, supir taksi langganan Mba. Rencananya tadi, kalau memang benar sedang ada cuci gudang, Mba mau memborong bareng bersama Joko. Kalau Soal kami bergandengan tangan, itu tidak seperti yang kalian pikirkan. Mba hanya tidak ingin di godaian sama lelaki-lelaki nakal yang ada di Mall ini. Jadi biar mereka pada mengira, kalau Joko itu pasangan Mba," jelas Lastri, masih dengan alasannya. Yang seakan tak memiliki dosa sama sekali. Dengan apa yang sudah ia lakukan itu.
"Lain kali kalau mau jalan, sama A Rudy. Jangan sama lelaki lain. Nanti bisa jadi rumor dan bisa saja, orang yang Mba kenal melihatnya. Dan bisa saja jadi salah persepsi seperti ini," timpal Sri dengan ketusnya, lalu menggandeng tangan kanan Zulian.
"Lian, lebih baik kita pergi sekarang," ucap Sri, dengan bibir yang cemberut, yang begitu terlihat jelas bagi orang yang memandangnya.
Dan mau tak mau Zulian pun harus mengikuti langkah Sri, karena tangannya pun telah digandeng oleh Sri. Tetapi sebelum Zulian pergi, ia pun masih sempat melempar senyum ke arah Lastri dan Joko.
Sri dan Zulian terus melangkahkan kakinya, hingga keluar dari Mall itu masih dengan bergandengan tangan. Dengan kekesalan yang masih terlihat jelas di wajah Sri.
"Lian, apa yang kamu pikirkan. Saat melihat Mba Lastri dan Joko bergandengan tangan seperti itu?" tanya Sri dengan penuh selidik. Sambil melirik ke arah Zulian, yang terlihat sangat tenang menghadapi kenyataan seperti itu.
"Perlu aku jawab jujur?" tanya balik dari Zulian. Dengan senyum tipis yang di arahkan ke arah Sri.
"Ya, jawab dengan jujur saja." sahut Sri, masih dengan nada kesal.
"Aku rasa, mereka ada main di belakang A Rudy. Tapi aku enggak mau berspekulasi terlalu jauh, tentang hal itu. Tanpa ada bukti yang pasti. Kalaupun Mba Lastri selingkuh dengan Joko, kita lebih baik mengamati keadaan dulu. Kitakan enggak bisa menilai, hanya dari kejadian itu saja," sahut Zulian, lalu melepaskan tangannya dari gandengan tangan Sri.
Saat mereka telah memasuki tangga penyeberangan untuk menuju shelter Transjakarta. Zulian berjalan di depan, sedangkan Sri berada di belakang Zulian.
"Makanya aku kesal sekali dengan Mba ku itu. Tapi kamu enggak akan mengadukan hal itu kepada A Rudy kan?" tanya Sri, dengan penuh kecemasannya itu.
"Tenang saja Sri, aku enggak mungkin menceritakan kejadian itu sama A Rudy. Aku enggak mau ikut campur dengan urusan keluarga mereka, kalaupun ada masalah di dalam keluarga mereka berdua, biarkanlah mereka berdua yang menyelesaikan," kata Zulian, sembari me`tap kartu elektroniknya ke sensor gate Transjakarta yang segera berwarna hijau. Yang diikuti oleh Sri dengan kartu elektroniknya.
Mungkin karena beruntung, saat Zulian dan Sri, masuk ke area shelter itu. 2 bus Transjakarta yang berlawanan arah. Tampak menuruni penumpang, nyaris dengan waktu yang bersamaan.
Setelah para penumpang turun pada bus di jalur kanan, Zulian dan Sri segera masuk ke dalam bus itu. Tanpa menyadari kehadiran Ketrien, yang keluar dari jalur bus sebelah kiri, yang sempat melihat sosok Zulian. Dan segera mengejar Zulian, yang telah berada di dalam bus yang telah melaju. Hingga Ketrien tidak sempat bertemu dengan Zulian.
"Sial! 2 kali aku bertemu Zulian. Tapi dalam keadaan yang kurang menguntungkan seperti ini," gerutu Ketrien di dalam hatinya.
Ia pun lalu mengalihkan langkahnya menuju keluar dari shelter itu. Tanpa mempedulikan tatapan mata orang-orang yang merasa heran dengan tingkahnya tadi.
Ketrien terus melangkahkan kakinya menuruni tangga penyeberangan penghubung shelter Transjakarta itu. Hingga ia lalu tiba di bawah ujung tangga penyebrangan itu. Ia lalu melanjutkan, melangkahkan kakinya menuju ke Mall yang ada di depannya. Dan tanpa diduga olehnya, saat ia telah tiba di dalam Mall itu. ia pun tanpa sengaja, melihat Joko dan Lastri yang tengah bergandengan tangan kembali. Yang terlihat di depannya matanya.
"Joko ...!" ucap Ketrien dengan riangnya, yang membuat Joko terkejut bukan main. Tak menyangka akan bertemu Ketrien disaat yang tak tepat.
"Ketrien!" seru Joko pula, dengan penuh kegembiraannya.
Mereka bertiga pun lalu menghentikan langkahnya.
"Wah, Joko senangnya sama Tante-tante ya?" tanya Ketrien, yang membuat Joko harus melepaskan gandengan tangannya bersama Lastri.
"Ket, apa yang kamu lihat. Enggak seperti apa yang kamu pikirkan ...," timpal Joko, lalu tersenyum ke arah Ketrien.
"Memang kamu tahu aku sedang memikirkan apa? Aku itu sedang memikirkan, ingin menonton film. Sampai jumpa Joko, aku mau ke bioskop dulu ya," ujar Ketrien lalu meninggalkan mereka berdua, dengan penuh keceriannya.
"Jok, siapa perempuan itu?" tanya Lastri dengan rasa cemburunya, terhadap Ketrien.
"Ia langganan taksi saya, Mba," jawab Joko dengan sejujurnya.
"Langganan taksi ko akrab sekali?" ucap Lastri dengan nada sinis.
"Namanya juga anak Jakarta, ya seperti itulah gayanya." sahut Joko dengan nada datar.
"Hanya alasan saja, sekarang kamu pintar mencari alasan ya?" ujar Lastri, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Joko sendirian.
"Mba, tunggu aku ...!" kata Joko, Lalu mengejar Lastri. Yang tampaknya tengah dibakar rasa cemburunya itu.