2. Niat Tersembunyi Alea

954 Kata
Adrian membawa Alea ke hotel terdekat. Sayangnya baru saja ia hendak membaringkan Alea di ranjang, gadis itu muntah dan mengotori pakaian yang Alea kenakan. Dengan terpaksa Adrian melepas pakaian luar Alea yang terkena muntahan lalu membersihkannya. Sebelumnya ia membaringkan Alea lebih dulu di atas ranjang, menyelimutinya dan membiarkannya tidur. Adrian tidur di sofa. Ini sudah malam, ia juga perlu tidur untuk mengistirahatkan otaknya. Menjadi orang kepercayaan Ayah Alea bukan pekerjaan yang ringan. Adrian harus bisa memastikan usaha-usaha Alex aman dengan menjalin hubungan baik dengan oknum-oknum yang gila uang, dan wanita. Sejujurnya ia lelah, tapi sudah terlanjur masuk terlalu dalam. Adrian tidak akan melupakan kebaikan lelaki itu yang sudah memungutnya dari jalanan dan membawa dirinya pada kehidupan yang lebih baik meski sebenarnya banyak hal menyesatkan di dalamnya. Dan jika ingin keluar dan berhenti menjadi tangan kanan Alex Prajaya, nyawa Adrian menjadi taruhannya. Ia tahu itu. Sayangnya baru beberapa jam Adrian tidur dan otaknya belum cukup beristirahat. Suara keras Alea sudah membangunkannya. "Kak Adrian, bangun!" teriak Alea tepat di samping telinga Adrian. "Apa-apaan kamu Alea, kenapa berteriak di telinga saya?" tanya Adrian kesal. "Kamu yang apa-apaan Kak? Bajuku kemana?" "Kamu mabuk semalam, dan muntah kena baju. Bajunya ada di kamar mandi sudah saya cuci." "Terus, habis itu Kak Adrian ngapain aku?" "Nggak ngapa-ngapain," jawab Adrian jujur. "Kok nggak di apa-apain?" Adrian mengernyitkan keningnya, pertanyaan Alea terdengar aneh. "Memangnya kenapa harus di apa-apain?" "Biasanya begitu?" "Biasanya?" tanya Adrian tak mengerti. "Iya, biasanya teman-temanku begitu kalau lagi main ke klub dan mabuk, pulangnya curu-curi kesempatan ngapa-ngapain ceweknya," jawab Alea. "Terus?" "Aku kira Kak Adrian begitu juga," jawab Alea. "Tidak Alea! Kalau pun ingin, saya tidak akan melakukannya, kamu adalah adik dari Aleta yang artinya adik saya juga." Kalau pun tubuh Alea begitu menarik dan menggoda. Adrian tidak berniat menyentuh puteri dari Alex Prajaya. Bukan hanya karena status Alea adalah adik iparnya, tapi lebih dari itu. Sayangnya, apa yang Adrian hindari terasa begitu percuma ketika hari ini ia mendengar permintaan Alex jika puterinya ingin menikah dengannya. *** "Kenapa kamu menginginkan saya jadi suamimu Alea?" tanya Adrian ketika pada suatu hari ia menemui gadis itu untuk memastikan apa yang sudah Alex Prajaya sampaikan. "Karena Papa pengin aku nikah, dan nggak bolehin aku kerja," jawab Alea. "Lalu kenapa harus saya? Apa kamu tidak ingat jika saya adalah Kakak iparmu?" "Ingat, nanti aku akan pergi ke malam Kak Leta buat minta restu," jawab Alea. "Tapi kenapa harus saya Alea? Ayahmu punya banyak kenalan di luar sana yang bisa di nikahkan denganmu." "Karena aku punya penawaran yang menarik buat Kak Adrian." "Saya tidak tertarik dengan penawaranmu itu Alea. Apapun bentuknya. Tolong, kamu bicara pada Ayahmu jika kamu berubah pikiran dan tidak ingin menikah dengan saya." "Nggak mau." "Alea? Tolong mengerti, apa menurutmu sesuatu yang mudah menikahi adik ipar? Saya punya hati Alea, tolong hargai juga Almarhumah Kakakmu." Alea tahu. Tapi entah mengapa hatinya memilih Adrian. Ia tidak lupa bagaimana Aleta dulu menceritakan seberapa baik suaminya. Lelaki sabar yang begitu meratukan istrinya dan tidak banyak menuntut. Bahkan setelah beberapa bulan pernikahan dan Aleta tak kunjung hamil, sikap dan kasih sayang Adrian tidak berkurang sedikitpun. Setidaknya jika ia harus menikah dengan orang yang tidak ia cintai dan tidak tinggal serumah dengan orangtuanya lagi, ia bersama orang yang baik dan bisa di percaya. Alea tidak takut akan mendapatkan kekerasan dan lain sebagainya. Tapi penolakan Adrian secara terang-terangan begini sangat melukai hatinya. "Kenapa Kak Adrian tidak tertarik? Padahal aku punya penawaran yang menarik loh." "Bahkan jika yang kamu tawarkan adalah setumpuk uang atau tubuh seksimu saya sama sekali tidak terarik Alea. Saya tidak punya tanggung jawab untuk menikahimu. Tolong batalkan keinginan itu pada Ayahmu Alea, saya tidak berani menolak keinginan beliau. Hanya kamu yang bisa mengubah permintaan Ayahmu terhadap saya." "Alu nggak mau.' "Alea, tolong." Alea menghembuskan nafas berat. Apapun caranya, ia tidak akan melepaskan Adrian. "Oke. Tapi dengan satu syarat." "Apa?" "Temani aku minum di klub malam nanti." "Tidak Alea." "Kalau begitu, aku tidak akan meralat keinginanku ke Papa." Adrian menghembuskan nafas berat. Ini pilihan yang sangat sulit. "Baiklah, tapi saya yang cari tempatnya." "Oke. Nanti malam jemput aku ke rumah." Alea tidak bisa terima begitu saja penolakkan Adrian. Mungkin caranya mendapatkan Adrian nanti salah, tapi ia tidak punya pilihan lain. Ia harus punya alasan untuk menuntut pertanggung jawaban dari lelaki baik seperti Adrian agar mau menikahinya. Aleaa punya alasan besar di balik meminta sang Ayah menikahkannya dengan Adrian. Sepulangnya dari luar negeri, Alea mendapati sikap Ibunya yang begitu berbeda. Seperti tidak menyukai kepulangannya dan ia butuh Adrian untuk mencaritahu penyebabnya. Dan yang menjadi penyebab ia ingin menyelidiki orangtuanya sendiri adalah, ketika tak sengaja Alea mendengar percakapan orangtuanya. Saat Mamanya mengeluh lelah dan bosan padanya. Sesuatu yang terdengar sangat aneh. Apa ada seorang yang Ibu yang bosan dengan anaknya sendiri? Sebagai anak Alea tersinggung. Hatinya bertanya-tanya, sedang ada masalah apa orangtuanya? Mengalami kebangkrutankankah sampai Mamanya mengeluh bosan? Mungkin mereka sedang kesulitan keuangan dan bosan membiayai pendidikan Alea yang sudah bersekolah di luar negeri sejak usia dia belas tahun. Maka dari itu mereka meminta ia menikah saja. Satu lagi, Alea pernah mendapat ejekan dari temannya jika orangtuanya mempunyai bisnis haram. Alea ingin memastikan hal itu. Dan satu-satunya orang yang paling dekat dan mengurusi usaha orangtuanya adalah Adrian. Alea ingin mencari tahu lewat Kakak iparnya itu. Dia pasti tahu segalanya dan akan lebih mudah mencaritahunya ketika ia jadi istrinya nanti daripada ia harus menikah dengan laki-laki lain dan kembali tinggal di luar negeri. Selama ini orangtuanya memang tak pernah membiarkan ia tinggal berlama-lama di negaranya sendiri. Entah apa alasannya. Kepulangannya kali ini Alea merasakan hal yang aneh tidak hanya dari sikap Ibunya, tapi dari tatapan Aslan juga, Kakak laki-laki yang selalu bersikap dingin padanya. Alea benar-benar merasa ada sesuatu yang mereka sembunyikan darinya, dan ia ingin segera mengetahuinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN