Rizky terpaku pada gadis yang saat ini menggandeng tangan Letta adiknya yang tengah menuruni anak tangga. Gadis berlesung pipi itu mengenakan baju model jumsuit dengan rambut diikat rapi. Selalu berpenampilan kontras dengan para gadis yang lebih memilih mengenakan dress panjang yang memamerkan keanggunan dalam acara formal seperti ini. Make-up natural dengan didominasi warna cokelat itu semakin membuat gadis itu terlihat cantik dan manis secara bersamaan. Jangan lupakan ekspresi datar yang selalu membuat Rizky merindukan gadis itu. Bahkan di acara membahagiakan seperti saat ini, gadis itu masih sempat-sempatnya bersikap acuh padanya.
Jantung Rizky berdebar kencang saat jarak antara dirinya dan gadis itu semakin terkikis. Namun kekaguman itu seketika buyar saat Rangga sepupunya mengulurkan tangan menyambut kehadiran Letta. Rizky mengedipkan sebelah mata saat tanpa sengaja netra mereka saling bertemu, sembari meraih tangan Letta yang hampir saja berada dalam genggaman tangan Rangga. Untuk sementara waktu Rizky mengabaikan Nafla dan menggandeng tangan Letta, menuntun adiknya tersebut menuju pusat acara akan digelar karena Azka calon tunangan Letta mengabarkan tidak akan bisa hadir.
Dekorasi simple nan elegan dengan didominasi warna-warna pastel menyempurnakan acara ulang tahun sekaligus pertunangan Letta dan Azka malam ini. Tapi bukan hanya itu saja alasan yang membuat Rizky merasa begitu bahagia. Kehadiran Nafla, gadis berlesung pipi yang sejak dulu selalu mengusik ketenangannya itulah yang semakin membuat sempurna malam ini.
Acara itu berlangsung haru karena calon tunangan Letta benar-benar tidak bisa hadir. Azka masih berada di Jakarta karena ada kepentingan mendesak. Calon adik iparnya tersebut berprofesi sebagai seorang dokter yang tidak akan mungkin melanggar sumpahnya hanya demi kepentingan pribadi. Alhasil orang tua Azka lah yang menyematkan cincin pertunangan di jari manis Letta.
"Abang janji La nggak bakal ngecewain Lala kayak Bang Azka gini. Lihat kasihan banget kan adik Abang," bisik Rizky yang tiba-tiba saja sudah berada di sebelah Nafla. Tentu saja Rizky tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang tersisa bersama Nafla karena besoknya gadis itu harus pulang bersama keluarganya ke Yogyakarta dan mereka tidak akan bertemu dalam kurun waktu yang tak tentu.
Nafla seketika menoleh, menatap datar ke arah Rizky. Tak ingin tersulut emosi Nafla lebih memilih bersikap acuh. Gadis itu kembali memperhatikan Letta yang saat ini tengah menangis dalam pelukan Aisyah, bunda Azka sekaligus budenya. Perasaan haru menyelubungi suasana acara. Andai saja Nafla lah yang berada dalam posisi Letta saat ini, sudah dipastikan pesta tersebut akan hancur berantakan. Bahkan tak segan-segan Nafla akan menghajar Azka karena mangkir dari janji untuk datang dalam acara pertunangan mereka.
Rizky tersenyum lebar meskipun diacuhkan oleh Nafla. Untuk saat ini memang alangkah baiknya Nafla mengunci bibirnya rapat-rapat agar tak semakin pusing mendengarkan ocehan Rizky yang menurut Nafla tak berguna.
Suasana semakin mengharukan saat Azka tiba-tiba datang. Kini euforia acara ulang tahun dan pertunangan Letta dan Azka semakin meriah. Tak lama Nafla beranjak dari tempat duduknya. Namun saat Rizky hendak mengikutinya Nafla segera mencegah, "Lala mau ke kamar mandi. Jangan ikut!"
Kembali Rizky tersenyum lebar seraya mengangguk. Dengan menghela napas lega Nafla segera melangkah menuju arah masuk ke dalam rumah. Karena malas naik ke kamar, Nafla memilih memakai kamar mandi yang berada di dekat dapur untuk buang air kecil yang sejak tadi ditahannya. Gegas Nafla masuk, menahan rasa sakit di bagian intinya menahan sebuah desakan yang sudah berada di ujung tanduk.
"Duh sial banget sih!" gerutu Nafla saat kesulitan melepaskan pakaian model jumpsuit yang dikenakannya seraya menahan diri agar tidak sampai mengompol.
Pakaian pilihan Kia saudara sepupunya yang ternyata begitu menyiksa karena hanya untuk sekadar pipis saja Nafla harus melepaskannya secara total. Setelah menyelesaikan hajatnya Nafla kembali mengenakan pakaian itu dengan umpatan tiada henti. Nafla merasa waktunya terbuang percuma hanya demi melepaskan dan mengenakan kembali pakaian yang menurutnya ribet itu. Ini masih mending, andai dirinya menerima pakaian pilihan lain dari Kia yang bermodel kebaya apa tidak lebih ribet dari ini? Padahal Nafla tidak ingin sedetik pun melewatkan acara seru pertunangan Azka kakak sepupunya dengan Letta. Tapi gara-gara jumsuit sialan itu Nafla harus menghabiskan waktu lama di kamar mandi.
Akhirnya Nafla bisa bernapas dengan lega saat ke luar dari kamar mandi. Nafla berhenti sejenak di depan cermin yang tersedia di depan kamar mandi untuk memeriksa penampilannya yang lumayan berantakan. Anak-anak rambut mulai mencuat dan terlepas dari ikatannya, ditambah lagi keringat yang memenuhi dahi membuat Nafla kembali mengumpat dalam hati.
Tanpa Nafla sadari Rizky yang saat ini berada di balik tembok mengulas senyuman. Setelah memastikan ruangan benar-benar sepi Rizky mendekati Nafla.
"Ya Allah, Abang gila apa! Bikin kaget Lala aja!" pekik Nafla saking terkejutnya karena Rizky tiba-tiba saja muncul di belakang tububnya.
"Sumpah, Abang ini pasti Jailangkung ya?" ucap Nafla dengan memegangi d**a seraya menatap Rizky tajam dari balik cermin di hadapannya.
"Klo Jailangkung_nya ganteng macam Bang Eki pasti Nafla seneng dong!" goda Rizky yang semakin mendekat, mengikis jarak di antara mereka.
"Eh jangan dekat-dekat kita bukan mahram!" cegah Nafla dengan cepat membalik tubuhnya. Menghadap Rizky dengan tatapan dingin andalannya.
Rizky menyeringai, semakin memupus jarak yang hanya tersisa beberapa senti saja.
"Bang nafsu amat sih jadi cowok!" ucap Nafla dengan ekspresi berubah takut seraya mendorong d**a Rizky agar menjauh dari dirinya.
Bukannya melepaskan Nafla yang terlihat memohon Rizky bertambah gencar menggoda gadis itu. Tangan Rizky terulur hendak memegang wajah Nafla tapi dengan gesit Nafla menarik tangan Rizky, membalik posisi mereka menjadi Nafla yang berada di belakang Rizky dengan mengunci tangan kanan Rizky.
"Jangan mentang-mentang karena Abang anaknya Om Bagas lalu Abang seenaknya aja mau melecehkan Lala!" peringat Nafla dengan tatapan penuh intimidasi ke arah cermin sedangkan Rizky yang saat ini berada tepat di depan cermin justru memamerkan senyuman lebarnya.
Buk... Karena gerakan Rizky yang sangat cepat Nafla hingga tak menyadari jika kini dirinya kembali di posisi semula. Bahkan Nafla terkesiap saat punggungnya yang seharusnya membentur tembok telah terhalang oleh telapak tangan Rizky. Kini Nafla berada dalam kungkungan kedua tangan Rizky. Nafla mencoba memberontak tapi Rizky tentu saja tidak akan dengan mudah melepaskan gadis incarannya itu.
"Lepasin Lala!" lirih Nafla dengan tatapan tajam.
"Tidak akan pernah," tegas Rizky sembari mengangkat tangan. Menyentuh pipi Nafla dengan punggung tangannya.
"Lala hanya akan menjadi milik Abang. Suka atau tidak. Mau ataupun tidak Abang akan pastikan itu," balas Rizky seraya mencoba menyelam ke dalam sepasang netra cokelat di hadapannya. Mencoba mencari jawaban akan perasaannya pada gadis itu.
"Lala juga akan pastikan bahwa Lala tidak akan pernah menjadi milik Abang!" Tantang Nafla tak ingin mengalah.
"Yakin?" senyuman di bibir Rizky semakin merekah.
"Yak... Emmmm," belum sampai Nafla menyelesaikan kalimatnya bibir Rizky sudah membekap bibirnya.
Nafla mendorong sekuat tenaga d**a Rizky agar menjauh tapi percuma karena tubuh pria itu semakin menekan tubuhnya ke belakang. Semakin Nafla memberontak Rizky semakin hilang kendali. Rizky yang awalnya hanya ingin mengecup bibir Nafla yang seolah selalu menantangnya dengan kalimat-kalimat pedas itu justru semakin ingin memperdalam ciumannya. Mengulumnya lalu menyelipkan lidahnya demi mencari kehangatan di dalam sana.
Nafla mulai tak berdaya dengan memejamkan mata. Menikmati bagaimana bibir lembut beraroma mint itu memberikan sensasi asing yang baru pertama kali dirasakannya. Rizky mengulas senyuman kemenangan saat tak ada lagi perlawanan dari Nafla. Tapi itu hanya berlangsung seperkian detik karena pada akhirnya Nafla tersadar saat menyadari jika ciuman pertamanya telah di curi oleh laki-laki yang sangat dibencinya. Nafla segera menggigit bibir Rizky bagian atasnya dengan keras seraya mendorong tubuh Rizky yang masih bergeming.
"Aduh!" Rizky mengaduh seraya melepaskan tautan bibir mereka dengan terpaksa.
Seketika Nafla tertegun karena perbuatannya kini bibir Rizky mengeluarkan darah segar.
"Kalian ngapain di sini?"
Ucapan seorang pria sukses membuat tubuh Rizky dan Nafla membeku di tempat. Nafla yang saat ini dalam posisi menghadap pria itu berusaha membuka suara.
"La Lala dari kamar mandi Om," balas Nafla dengan gugup. Melihat tatapan penuh selidik pria itu Nafla kembali berkata-kata, "pipis, ya Lala pipis Om."
Rizky yang baru menguasai diri seketika menoleh menatap sahabat papanya tersebut.
"Ah Om Delon kayak nggak pernah muda aja. Om kan tahu Rizky jarang banget bisa bertemu Lala jadi ya Rizky manfaatin waktu yang ada," jujur Rizky tanpa menyadari darah di bibirnya.
Delon melipat kedua tangan di d**a lalu memberi tatapan penuh selidik pada Nafla yang kini terlihat gugup dengan wajah memerah dan Rizky yang terlihat biasa saja.
"Lalu bibir kamu kenapa berdarah Ki?" ucap Delon penuh selidik.
"Mampus gue!" gaung hati Rizky seraya menelan saliva dengan susah payah. Lalu menghadap ke arah cermin. Kedua mata Rizky seketika terbeliak saat melihat darah segar yang ke luar dari bibir bagian atasnya. Semua itu karena ulah Nafla yang tanpa disadarinya. Rizky kembali membalik badannya, menghadap ke arah Delon. Senyuman kaku mengembang di bibir Rizky seraya menggaruk belakang kepalanya yang mendadak terasa sangat gatal.
"Lala pergi dulu ya Om Delon? Mau gabung sama yang lain," sela Nafla sebelum Delon kembali melayangkan pertanyaan yang semakin menyudutkan dirinya dan Rizky. Jadi Nafla lebih memilih kabur secepat mungkin, mengacuhkan debaran jantungnya yang berlonjatan. Mengabaikan rasa panas yang kini berpusat di wajahnya. Nafla yakin mungkin merahnya tomat masih kalah jauh dengan warna wajahnya saat ini.
"Nggak papa Om, kayaknya tadi digigit semut," balas Rizky dengan asal karena hanya alasan itulah yang melintas di benaknya saat ini. Dengan sekejap Rizky menghapus noda darah di bibirnya dengan punggung tangan. Mengabaikan rasa pedih yang tiba-tiba saja datang begitu saja.
Bukan masalah luka itu. Tapi bagaimana Rizky menanggung malu karena hampir saja ketahuan sahabat papanya saat mencium paksa Nafla. Seandainya tadi om_nya sampai memergoki perbuatannya terhadap Nafla. Maka sudah dapat dipastikan dirinya akan babak belur. Ditambah lagi jika kedua orang tuanya sampai tahu dan marah karena perbuatan kurang ajarnya kepada putri sahabat mereka. Bisa-bisa kesempatan mendekati Nafla melayang dan tinggal kenangan. Karena jika sampai Arfan, papi Nafla tahu yang ada dirinya dilarang mendekati Nafla lagi untuk selamanya.
"Eki balik dulu ya Om?" sambung Rizky lalu pergi dengan tergesa-gesa, meninggalkan Delon yang kini hanya mampu menggelengkan kepala.