Khilaf

1453 Kata
Arya membawa mobil begitu laju sambil meneguk botol minuman beralkohol, sepanjang perjalanan Arya selalu memikirkan Siska yang berubah kepadanya akhir akhir ini, ditambah lagi pernikahan paksa yang Ia lakukan bersama Dinda menjadikan beban pikirannya. "Arrrgggghhhh" teriak Arya sambil memukul stir mobilnya. Tak lama kemudian Arya sampai dirumahnya, Ia menuruni mobilnya dengan keadaan setengah mabuk, Ia pun masuk ke dalan rumah lalu berteriak memanggil nama Siska. "SISKAAAA" teriak Arya penuh emosi, "SISKAAAA" teriak Arya lagi. Sementara Dinda sedang asik memainkan gawainya yang baru diatas kasur, tiba tiba Ia terkejut mendengar suara Arya yang memanggil nama Siska. "Hmmm perasaan tadi pagi Mbak Siska sudah kasih tau Mas Arya ,kalau Mbak siska akan pergi ke Jogja, apa dia lupa yah? atau mungkin mas Arya sudah pikun karena umurnya sudah tua hihihi" gumam Dinda terkekeh sendiri. "DINDAAAA" panggil Arya membuat Dinda tersentak kaget. "Duhhh kenapa dia panggil aku sih.. hmm" Dinda langsung beranjak dari tempat tidurnya lalu keluar dari kamarnya. Perlahan Dinda menuruni anak tangga, dan Dinda melihat Arya yang sedang duduk di Sofa, "Kenapa Mas memanggilku?" tanya Dinda menghampiri Arya. Mendengar suara Dinda, Arya mendongakkan kepalanya menatap Dinda, dengan wajah dan mata yang merah akibat mabuk, membuat Dinda tampak ketakutan. Arya beranjak berdiri menghampiri Dinda dengan penuh emosi, Ia mencengkeram kedua lengan Dinda dengan kuat, Dinda hanya bisa meringis kesakitan merasakan sakit di lengannya. "Gara gara kamu istriku berubah,sebenarnya apa maumu Dinda? berapa uang yang kamu butuhkan dariku? berapa? berapa?" teriak Arya sambil memberikan beberapa pertanyaan, lalu mengguncangkan badan Dinda dengan kuat. Dinda hanya menggelengkan kepalanya tak berani mengatakan apa apa. "kenapa kamu tidak menjawabnya Dinda?" tanya Arya sekali lagi ,lalu ia melepaskan tangan Dinda. Sejenak mereka terdiam, Arya yang berdiri membelakangi Dinda seketika memutar tubuhnya menarik tangan Dinda. "Baiklah kalau kamu tidak mau menjawabnya, maka ikutlah denganku" teriak Arya dengan gusar. "Kita mau kemana mas? lepasin tangan Dinda, sakit mas !" Ucap Dinda berusaha melepaskan tangan kecilnya dari genggaman Arya. Namun nyatanya Arya tak memperdulikan teriakan Dinda yang kesakitan. Parlahan Arya dan Dinda menaiki anak tangga, Dinda berusaha berontak tapi tak bisa, karena merasa ketakutan Dinda berteriak meminta tolong. "Tolooong" teriak Dinda "Too... ehmpp ehmmp" Belum sempat Dinda berteriak untuk kedua kalinya, Arya sudah membekap mulut Dinda lalu membawanya sampai ke atas. Setelah sampai diatas, Arya menarik Dinda masuk ke dalam kamarnya lalu menghempaskan Dinda keatas ranjang. kemudian Arya mengunci pintu kamarnya agar Dinda tak bisa keluar. "Dinda minta ampun Mas, jangan sakiti Dinda hiks hiks" pinta Dinda menangis tersendu-sendu sambil memundurkan tubuhnya ke belakang saat Arya ingin mendekatinya. Arya sudah kalang kabut, pikirannya sudah tak stabil, derai amarahnya kian membara sehingga semuanya ingin Ia luapkan kepada Dinda, Arya hanya tertawa menyeringai mendengar ucapan Dinda yang memelas meminta ampun. "Ha..ha.. ha.. aku tidak bisa memaafkanmu Dinda, kamu sudah menghancurkan hidupku" Perlahan Arya naik ke atas tubuh Dinda, lalu memegang kedua tangan Dinda. Kemudian Arya menurunkan kepalanya lalu membekap bibir Dinda dengan ganas, Dinda berusaha memberontak melepaskan ciuman Arya tapi tak bisa, karena Arya begitu kuat menahan Dinda. Setelah puas Arya melepaskan ciumannya. Nafas Dinda tersengal-sengal akibat ciuman Arya yang begitu kasar padanya. "Ini kan yang kamu inginkan Dinda? katamu kamu siap memberikan aku anak, jadi kita akan melakukannya sekarang, dan kamu tenang saja aku akan membayarmu lebih jika kamu berhasil memberikan aku anak, Dinda" kata Arya seolah olah merendahkan Dinda. "Tidak Mas, Dinda minta ampun, Dinda minta maaf, tolong jangan lakukan ini" Dinda menggelengkan kepalanya memohon kapada Arya. "Tidak Dinda, aku tak akan mengampunimu sebelum aku bisa mendapatkan apa yang aku mau" ucap Arya menatap tubuh Dinda penuh dengan air intim. Arya pun mulai membuka satu persatu baju Dinda secara paksa, hingga tak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuh Dinda. Setelah berhasil membuka Pakaian Dinda, kini gilirannya melepas semua pakaian yang ia kenakan. kemudian Ia kembali mendekati Dinda. Diatas ranjang Dinda hanya bisa bergerak mundur menghindari Arya, namun dengan kasar Arya langsung menarik kedua kaki Dinda hingga mereka saling menatap satu sama lain. Melihat Arya yang sudah berada dihadapannya membuat Dinda semakin ketakutan dan gemetar, wajahnya begitu pucat melihat Arya yang sudah siap menerkamnya saat itu. Butiran bening dimatanya mulai mengalir membasahi pipinya, Dinda menangis sejadi-jadinya meratapi nasibnya jika malam ini adalah hari terakhir ia menjaga harta satu-satunya yang ia miliki, tubuhnya mulai lemah karena tenaganya sudah terkuras habis setelah tadi memberontak melawan Arya. Arya pun mulai membuka paksa kedua kaki Dinda, dan mengatur posisinya diantara kedua kaki Dinda, perlahan milik Arya menyentuh milik Dinda yang masih perawan. Sementara Dinda hanya memekik tertahan saat milik Arya mulai memaksa masuk miliknya, "Aaaakhhhh sakit mas" teriak Dinda sambil mencengkram seprei polos berwarna pink itu, Arya mulai memompa tubuh Dinda dengan kasar. "Aaakkkhhhh" tanpa sadar Dinda berteriak karena merasakan sakit perih akibat hantaman yang diberikan oleh Arya, mendengar teriakkan Dinda membuat Arya semakin ganas Melakukannnya. Arya menelungkupkan kepalanya, bermain-main diantara d**a Dinda meninggalkan tanda merah disana. Dinda memejamkan matanya sambil menangis, Ia tak mampu menatap wajah Arya yang telah begitu kejam memperlakukannya, tubuhnya yang mungil hanya tersentak mengikuti gerakan tubuh Arya. peluh diwajah Arya mulai jatuh menetes diwajah Dinda, deru nafas mereka sama sama tak beraturan. Tiba-tiba Dinda mulai merasakan sesuatu yang ingin Ia keluarkan, namun Ia tak mengerti perasaan itu apa, sakit tapi nikmat? Entahlah, Arya mulai mendekap tubuh Dinda agar tubuh mereka saling bersentuhan, karena tak tahan Arya mempercepat gerakannya hingga akhirnya mereka bersama sama mengerang dan merasakan puncak yang di nanti itu. Arya mendongakkan kepalanya lalu menghantam tubuh Dinda lalu menekannya dengan dalam saat menyemburkan cairan kental miliknya. "Arrrghhh" Arya mengerang dengan suara tenggorokan yang tertahan. Sementara Dinda merasakan miliknya sedang meledak-ledak mengeluarkan sesuatu disertai semburan hangat dari milik Arya. Setelah selesai Arya langsung terkulai lemas diatas tubuh Dinda merasakan detik-detik terakhir kenikmatan itu, kemudian Ia menyingkirkan tubuhnya dari Dinda lalu berbaring disisi kanan Dinda, sambil Arya mengatur nafasnya yang tersengal hebat, hingga akhirnya Ia tertidur dengan sendirinya. Sementara Dinda hanya terdiam menangisi dirinya yang telah ternoda oleh suaminya sendiri, hatinya begitu sakit saat ia harus mengingat perlakuan Arya padanya barusan. Ingin rasanya Ia berteriak tapi tak bisa, dengan pelan Dinda bangkit dari tidurnya ,lalu turun dari ranjang , Ia memungut bajunya yang sudah berserakan dilantai, lalu mengenakannya dengan cepat. Selesai mengenakan bajunya ,Dinda berlari keluar dari kamar Arya, dan kembali ke kamarnya dalam keadaan menahan rasa sakit ditubuhnya. *** Arya mulai terbangun dari tidurnya, kepalanya masih pusing akibat mabuk semalam. perlahan Ia membuka matanya melihat seluruh isi ruangan itu, dan ternyata dirinya sudah berada didalam kamarnya sendiri, seketika Ia langsung bangkit dari tidurnya lalu mengatur lehernya yang sakit, kemudian menghembuskan nafasnya. Namun saat Arya duduk, Ia merasa aneh saat melihat tubuhnya tidak memakai apapun dibalik selimutnya, dan pakaian yang Ia kenakan kemarin berserakan dilantai. "kenapa aku bisa disini? dan apa yang aku lakukan semalam? kenapa aku tidur dalam keadaan seperti ini?" gumam Arya bertanya tanya. Sejenak Arya berusaha mengingat kejadian semalam, dan samar samar ia mengingat wajah Dinda, teriakan Dinda saat bersamanya semalam. seketika mata Arya langsung terbuka lebar, matanya tertuju pada ranjang yang Ia tiduri itu, dengan cepat Arya menyingkap selimutnya. dan apa yang ia lihat benar-benar membuatnya tak percaya. "Astaga, apa yang telah aku lakukan semalam? Arrrggggghhhh" teriak Arya saat melihat bekas darah berceceran diseprei miliknya. Ia baru menyadari ternyata dirinya sudah memerawani Dinda semalam. Aryapun segera turun dari ranjang, Ia langsung membongkar semua seprei dan selimutnya lalu membuangnya dilantai karena emosi "Arrrggggh" teriak Arya meremas rambutnya dengan kedua tangannya. Seketia Ia terkulai dilantai lalu bersandar ditepi ranjangnya, Arya mulai menitihkan Air matanya, mengingat perbuatannya semalam. "Ya Tuhan ampuni aku, telah menghianati Siska, aku benar benar menyesal, maafkan aku Siska hiks hiks" , gumam Arya sambil menangis meratapi penyesalannnya. --- Arya turun menuruni tangga sambil memperbaiki dasinya, kamudian Ia pergi menuju ruang makan untuk sarapan. Saat Arya duduk Ia melihat ruangan tampak begitu sepi, tak ada siapa pun disana termasuk Dinda. "Bi Ijah" panggil Arya. "Iya Tuan" sahut Bi Ijah bergegas menghampiri Arya. "Dinda dimana Bi?" tanya Arya. "Non Dinda ada dikamarnya Tuan?" jawab Bi Ijah "Apa dia sudah sarapan Bi?" "Belum Tuan, tapi tadi Non Dinda sempat bantuin Bibi dibelakang" ujar Bi Ijah. Mendengar ucapan Bi Ijah, Arya langsung menundukkan wajahnya, Ia tahu mungkin saat Ini Dinda sedang terpukul atas apa yang telah Ia perbuat semalam, segudang rasa bersalah terhadap Dinda membuat Arya sangat menyesali perbuatannya. Tak lama kemudian Arya mengeluarkan Dompetnya lalu memberikan tiga lembar uang berwarna merah kepada Bi Ijah. "Ini uang Bi, nanti Bibi belikan apa yang ingin Dinda makan atau masakkan dia makanan yang enak yah Bi" perintah Arya. "Baik Tuan" sahut Bi Ijah sambil menerima uang dari Arya. "Oh iya Bi ,nanti minta tolong bersihkan kamarku yah" perintah Arya. "Baik Tuan" Sahut Bi Ijah kemudian pamit kepada Arya dan berlalu pergi. Setelah Bi ijah pergi, Arya segera menghabisi sarapan Rotinya lalu bersiap untuk pergi ke kantor.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN