***
Dinda hanya menangis sesenggukan menatap pemandangan luar jendela kamarnya, Ia tak mengerti dengan apa yang Ia rasakan, apa lagi saat mengingat kejadian yang Ia alami semalam ,sangat membuatnya sakit dan trauma.
Tiba tiba nada dering ponsel Dinda berbunyi, Ia melihat nama Siska menghubunginya, Dinda segera mengangkat telefonnya sambil menghapus Air matanya.
"Hallo, Assalamualaikum" Suara siska.
"Wa..Alaikumu..ssalam Mbak" jawab Dinda terbata bata.
"kamu kenapa Dinda?"
"Hmmn gak kenapa kenapa kok Mbak"
"Terus kenapa Mbak dengar kamu seperti menangis Dinda"
"Hmm Iya, Dinda cuma kangen aja sama Mbah dan Dandi di kampung Mbak Siska"
"Oh ,kenapa kamu tidak menelfon Dandi saja di kampung, kan Dandi sudah punya hp juga"
"Masak sih Mbak, Dandi punya Hp, aku kok gak tau Mbak"
"Iya ,soalnya Mbak yang kasih diam diam waktu itu sebelum kita balik ke Jakarta, makanya kamu gak tahu"
"Oh gitu Mbak, makasih mbak sebelumnya"
"Iya sama sama Dinda, Oh iya bagaimana kabarmu disitu? apa baik baik saja?"
"Alhamdulillah baik Mbak, Mbak sendiri bagaimana kabar disana?"
"Alhamdulillah baik juga Dinda"
"Syukurlah kalau begitu Mbak siska"
"Oh ya Dinda, apa kamu sudah melakukannya?"
Mendengar pertanyaan Siska membuat Dinda terdiam sejenak.
"Dinda" panggil siska.
"Hmm Iya Mbak, Su.. dah" jawab Dinda ragu.
"Hhhh Baguslah kalau begitu, aku sudah tidak sabar menunggu kabar baik itu Dinda, kamu jaga kesehatan yah disana"
"Iya Mbak" jawab Dinda .
"Ya sudah Dinda, Mbak tutup dulu yah teleponnya, titip Mas Arya disana, maafkan jika ada kesalahannya"
"Ba..ik Mbak" sahut Dinda meskipun didalam hatinya sangat sakit mendengar nama Arya.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam" jawab Dinda dan seketika telepon langsung terputus.
Setelah menelfon tangis Dinda kembali pecah, Ia menghempaskan tubuhnya ke kasur. lalu memukul kasur karena tak tak bisa menahan rasa sakit hatinya kepada Arya.
***
Sore hari Arya pulang kerja, Ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa, sejenak Ia beristirahat menghilangkan kepenatan yang Ia alami selama dikantor.
perlahan Ia menghela nafasnya, matanya tertuju pada semua ruangan rumahnya yang masih saja sepi seperti tadi pagi.
"Bi Ijah" panggil Arya.
"Iya Tuan" sahut Bi Ijah menghampiri Arya.
"Dimana Dinda Bi?"
"Non Dinda masih dikamarnya sejak tadi pagi Tuan"
"Apa? berarti dia tidak makan seharian ini Bi?"
"Iya Tuan, bibi sudah bujuk Non Dinda untuk makan ,tapi dia tidak mau Tuan" ucap Bi Ijah.
"Baiklah Bi, Bi Ijah bisa pergi sekarang" perintah Arya sambil memijit dahinya yang agak sakit.
"Baik Tuan" sahut Bi Ijah berlalu pergi meninggalkan Arya.
Arya menghembuskan nafasnya lalu beranjak dari sofa. Ia berjalan menaiki tangga menuju kamar Dinda. Setelah
Sampai Didepan pintu kamar Dinda, Arya menundukkan kepala lalu mendongak sambil menghela nafas, lalu mengetuk pintu Dinda.
Tok tok tok
"Dinda" panggil Arya. sambil mengetuk pintu,
Namun tak ada sahutan sama sekali.
beberapa kali Arya mengetuk pintu tapi tak ada sahutan dari dalam ,Arya mencoba membuka pintu kamar itu, yang ternyata tidak terkunci, perlahan Arya masuk ke kamar Dinda, Ia melihat Dinda sedang duduk menelungkup menghadap jendela kamarnya. Arya melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Dinda kemudian duduk disamping Dinda.
Dinda yang menyadari adanya Arya duduk disampingnya langsung menggeser tubuhnya, Ia masih takut menemui Arya semenjak peristiwa semalam yang dialaminya.
"Dinda, aku minta maaf atas perbuatan yang aku lakukan semalam, aku benar benar khilaf" Ucap Arya memohon kepada Dinda.
Tiba tiba terdengar tangisan Dinda pecah, Ia langsung menelungkupkan kepalanya diatas lututnya.
"Bisakah kamu ceritakan kejadian semalam itu Dinda, aku benar tidak sadar melakukannya?" tanya Arya menundukkan kepalanya.
Dinda langsung mengangkat kepalanya, matanya dipenuhi buliran kristal yang jatuh membasahi pipinya. sejenak Dinda mengatur nafasnya lalu mulai menceritakan semuanya walaupun dalam hatinya begitu sakit,
Dan pada saat peristiwa perbuatan yang dilakukan Arya padanya, Dinda tak mampu lagi untuk berkata kata, ia hanya bisa menangis sesenggukan.
Sedangkan Arya hanya menundukkan kepalanya ketika mendengar cerita Dinda, Ia mengusap wajahnya lalu mengepalkan jari jemarinya. berkali kali permohonan maaf Arya lontarkan kepada Dinda sebagai rasa penyesalannya.
"Mas Arya tak perlu meminta maaf padaku, ini semua sudah terjadi, ini salahku juga Mas, kalau saja aku tak menerima kontrak itu.." Dinda tak melanjutkan bicaranya karena tak mampu menahan tangisnya.
Seketika Arya membelalakan mata ketika mendengar kata kontra dari mulut Dinda, Arya pun langsung menoleh ke arah Dinda.
"Maksud kamu apa Dinda? kontrak apa? " tanya Arya menyelidiki.
Dinda langsung mengusap air matanya lalu menghembuskan nafasnya.
"Kontrak pernikahan Mas" jawab Dinda sekena.
"Kontrak pernikahan? jadi maksud kamu pernikahan ini hanya didasari kontrak?"
"Iya mas, dan aku melakukannya Karena Mbak Siska yang memintanya, tapi Mbak siska memberi aku syarat kontrak selama satu tahun, sampai aku bisa memberikan mas anak, dan selesai dari itu aku bisa bebas" jelas Dinda dengan bahu yang terguncang karena sesenggukan.
Mendengar penjelasan Dinda membuat Arya tak percaya, rasa penasaranpun membuat Arya semakin ingin tahu berapa Siska telah membayar Dinda.
"Jadi berapa Siska telah membayarmu?" tanya Arya
"Aku tidak tau persis Mas, yang pasti kata mbak Siska, ia akan membangunkan rumahnya Mbah, membayar pengobatan mata Mbah ku dan juga membayar sekolah adikku sampai lulus, maka dari itu aku menerimanya"
Setelah mendengar semuanya Arya langsung terdiam sejenak sambil mengusap wajahnya, Ia bingung dengan semua ini, ingin rasanya marah tapi karena melihat Dinda yang masih sedih, Arya mengurungkan niatnya untuk marah dan yang terpenting bagi Arya bagaimana cara membujuk Dinda agar mau mengurungkan niatnya untuk mogok makan.
"Dinda" panggil Arya dengan nada pelan
"Iya Mas" sahut Dinda.
"Apa kamu masih marah kepadaku?"
Tiba tiba Dinda terdiam sejenak lalu berbicara
"Sebagai wanita yang hanya dinikahi kontrak, Aku tak punya hak untuk marah kepada Mas Arya, lagian yang mas lakukan padaku tidak salah, hanya saja aku yang tak suka cara Mas Arya seperti itu" Jelas Dinda sambil mengusap air matanya.
"Tumben kata katanya sepintar ini biasanya juga bodoh hhh" gumam Arya dalam hati.
"Itu berarti kamu tak marah lagi kan padaku? " Arya menoleh ke arah Dinda lalu bertanya seakan akan masalah sudah selesai.
"Hmmm" Dinda ragu untuk menjawab.
"Kalau kamu diam, berarti kamu sudah tidak marah padaku, ayo temani aku makan dibawah"
Arya bangkit dari duduknya lalu meraih tangan Dinda. Tiba tiba Dinda langsung menarik tangannya lalu meringis kesakitan.
"Aduuh" Dinda langsung memegang pergelangan tangannya.
Tiba Arya terkejut saat Dinda menarik tangannya, Arya kemudian mendekati Dinda lalu memeriksa tangannya , yang ternyata di pergelangan Dinda terdapat memar sehingga membuat Arya khawatir.
"Ini kenapa bisa memar?" tanya Arya.
"Semalam saat Mas Arya menarikku tanganku terkilir" jawab Dinda dengan mada lirih.
"Ya Tuhan, maafkan aku jika aku sudah menyakitimu Dinda, tunggu sebentar yah aku ambilkan salep"
"Hmm tidak usah Mas, ini cuma memar biasa, bentar lagi hilang kok" tolak Dinda.
"Jangan, kalau dibiarkan nanti tambah parah" Arya langsung beranjak pergi kamarnya, dan tak lama kemudian Ia kembali dengan kotak P3K.
Arya langsung meraih tangan Dinda lalu mengoleskan salep di tangan Dinda yang memar.
Arya yang tepat berhadapan dengan Dinda membuatnya merasa gugup, sesekali Ia menatap wajah Arya yang begitu tampan, Dan entah kenapa jantung Dinda berdegub kencang, padahal Ia tak pernah merasakan ini sebelumnya, kecuali saat Arya sedang berteriak atau marah kepadanya.
"Sudah selesai Dinda" kata Arya sambil melepaskan tangan Dinda,
"Eh iya mas" tiba-tiba Dinda tersadar dari lamunannya lalu melihat tangannya yang sudah terlilit perban.
"Ayo temani aku makan, aku tahu kamu tidak makan kan dari tadi pagi" Ajak Arya menatap Dinda.
"Ehmm tapi"
"Ayolah, Bi Ijah sudah masak yang enak buat kamu, kalau kamu tidak mau makan pasti Bi Ijah akan sedih, apa kamu tega membuat Bi Ijah sedih?" Arya membujuk Dinda agar mau mengikutinya
Dinda menatap Arya sambil menggelengkan kepalanya. Sejenak Dinda menarik nafasnya dan akhirnya Ia mau mengikuti Arya
"Hmm baiklah" sahut Dinda beranjak dari duduknya lalu mengikuti Arya.
***
Setelah sampai di ruang makan Dinda terkejut melihat banyak makanan yang sudah tersedia di atas meja.
"Makanan ini untuk aku Mas?" tanya Dinda.
"Iya" sahut Arya.
"Wah anyak banget mas"
"Iya, cepatlah duduk lalu makan, pasti kamu sudah lapar kan"
"Iya Mas" sahut Dinda menganggukkan kepalanya. lalu Ia mengambil makanannya,
Arya pun juga mengambil makanan untuknya.
Arya yang sudah mulai makan tiba tiba terhenti ketika melihat Dinda yang hanya menatap makanannya, dengan Garpu dan sendok dikedua tangannya.
"Kenapa kamu gak makan Dinda?" tanya Arya.
"Maaf mas aku gak biasa makan pakai sendok, bisakah aku makan pakai tangan saja?"
"Iya, makanlah"
"Makasih yah Mas" Tanpa sadar Dinda tersenyum kepada Arya, Ia langsung melepaskan sendok dan garpu ditangannya, lalu mulai makan dengan lahap memakai tangannya.
Melihat tingkah Dinda yang makan, arya merasa lucu, Ia ingin tertawa tapi ditahannya.
"Dinda"
"Iya Mas" sahut Dinda lalu menoleh ke Arya sambil mengunyah makanannya.
"Sebentar malam aku ingin mengajakmu jalan, kamu mau kan ikut?"
"Hmm mau Mas"
"baguslah kalau kamu mau, nanti sehabis makan, kamu langsung siap siap yah, setelah itu kita pergi jalan jalan"
"Iya mas" sahut Dinda kemudian melanjutkan makannya.
Setelah selesai makan, Dinda dan Arya kembali kekamar masiing masing. untuk bersiap siap jalan jalan.
Arya duduk ditepi ranjangnya memikirkan perkataan Dinda tadi.
"Siska kenapa kamu tega melakukan ini semua ini kepadaku, apa maksudmu dad semua ini? aku benar benar tak mengerti. kamu benar benar telah membuatku kecewa Siska, hiks hiks" tanpa sadar Arya menitihkan air matanya sambil memandangi foto siska dibalik layar handphone nya yang berlogo Apel tergigit itu.
Tak lama kemudian Arya membuka ponselnya mencari nomor Siska lalu menelfonnya.
Tuut tuuut tuut
"Hallo Assalamualaikum" suara Siska.
"Wa'alaikumussalam" jawab Arya.
"kenapa Mas?"
"hmm gimana kabarmu disana Siska?"
"Alhamdulillah baik, Mas sendiri apa kabar?"
"Aku sedang tidak baik Siska"
"Kenapa bisa Mas?"
"Karena kamu sudah menghancurkan hatiku Siska"
"Maksud Mas apa?"
Sejenak Arya mengatur nafasnya lalu berbicara.
"Kenapa kau membuat kontrak dengan Dinda tanpa sepengetahuanku Siska?"
Sejenak suara Siska menghilang dan menjadi hening.
"Siska kenapa kamu tak menjawab pertanyaanku?"
"Jadi kamu sudah tahu semuanya mas?"
"Ya"
"Aku sengaja tidak memberi tahumu mas, karena aku tahu kamu tak akan setuju, mengenai kontrak itu sengaja aku buat agar Dinda mematuhi perintahku"
Arya yang awalnya emosi lalu kembali menitihkan Airmatanya.
"Sudahlah Mas, aku tak ingin berdebat lagi denganmu, jaga kesehatanmu disana, jaga Dinda baik baik, sayangi dia seperti kamu menyayangiku yah Mas, Assalamualaikum"
Telepon langsung terputus dari Siska.
"Arrgggghhhh" teriak Arya dengan emosi Arya langsung melemparkan Hp nya diatas tempat tidur lalu menghempaskan tubuhnya.
***
Arya turun dari tangga sudah bersiap, sedang Dinda belum terlihat sama sekali, Arya pun memanggilnya.
"Dindaa" panggil Arya dengan nada keras
"Iya Mas bentar" terdengar suara sahutan Dinda yang kecil.
"Cepatlah, sudah jam berapa ini? Aku tunggu dibawah yah"
"Iya Mas" sahut Dinda lagi.
Perlahan Arya menuruni tangga, lalu menunggu Dinda di ruang tamu. Ia duduk sejenak disofa menunggu sampai Dinda siap.
Tak lama kemudian terdengar suara Dinda di hadapannya.
"Aku sudah siap Mas" ucap Dinda sedang berdiri dihadapan Arya.
Arya mendongakkan wajahnya melihat ke arah Dinda, dan tiba tiba Ia terkejut melihat penampilan Dinda yang berada dihadapannya saat ini, matanya terus menatap Dinda dari atas sampai bawah.