Keesokan harinya tepat jam pulang sekolah, Sarah memenuhi perjanjian dari Fathan untuk membersihkan ruangan Fathan. Saat ia sudah di dalam ruangan Fathan, ternyata pria itu tidak ada di ruangannya.
Lantas, Sarah memulai membersihkan ruangan Fathan--yang tidak kotor sama sekali-- karena ruangan Fathan dalamnya rapi dan bersih. Apa yang musti dibereskan?! Tapi, Sarah heran juga dengan Fathan, masa cowok bisa menjaga ruangannya dengan rapi dan bersih. Biasanya cowok itu pemalas, seperti Bang Satria contohnya, abangnya itu tidak peduli kerapian, bahkan kamarnya itu selalu berantakan. Dan Bang Satria orangnya tidak pernah rapi.
Drrtt....
Suara getaran ponsel di atas meja membuat Sarah dihantui rasa penasaran. Penasaran, itu panggilan telepon atau SMS. Karena, bunyi getaran itu bukan dari ponselnya melainkan ponsel milik Fathan. Ternyata SMS dari ibunya Fathan yang akan menjadi ibu mertuanya di masa depan. Kalau ditakdirkan, sih.
Sarah langsung menggeser tombol slide
di layar ponsel Fathan.
From: Mama
To: Fathan Fadillah
Fathan, sore nanti antarkan Sasha ke butik Lory's ya.
Sarah mengernyit membaca isi pesan dari mamanya Fathan. Mengedikkan bahu dengan cuek, Sarah langsung membersihkan meja kerja Fathan sambil bersenandung kecil.
Sometimes I'm feeling like I'm going insane
My neighbor told me that I got bad brains
But I'm alright though (We're alright though)
Yeah, we'll be alright though (We're alright though)
'Cause we're the kings and the queens of the new broken scene
And we're alright though
Tanpa Sarah sadari, Fathan menempelkan daun telinganya ke pintu ruangannya. Mendengarkan suara Sarah yang, yah, bisa dikatakan bagus. Apalagi, suaranya dibuat-buat serak, seperti suara Luke Hemmings nyanyi. Fathan tahu lagu apa yang dinyanyikan gadis itu. 5 Second Of Summer - She's Kinda Hot.
They say we're losers and we're alright with that
We are the leaders of the not coming back's
But we're alright though (We're alright though)
Yeah, we're alright though (We're alright though)
We are the kings and the queens of the new broken scene
Yeah, we're alright though (We've got to be OK)
But we're alright though
Yeah, we're alright though
We are the kings and the queens of the new broken scene
Yeah, we're alright though!
"Ehem... " suara dehaman Fathan membuat gadis itu membungkam mulutnya, lalu ia menoleh ke arah pintu ruangan Fathan dan menemukan Fathan yang sedang bersedekap dengan gaya macho. Membuat Sarah terpana melihat gaya Fathan.
"Sudah selesai nyanyinya?" Tanya Fathan, sembari menatap Sarah dengan tatapan tajamnya.
Sarah nyengir, "belum, kenapa? Pak Fathan mau ikut duet bareng Sarah?"
Fathan mendengus, "suara saya terlalu mahal untuk disumbangkan. Apalagi dengan kamu."
Sarah mencibir tidak suka, memangnya sebagus apa, sih, suaranya.
Sarah diam, melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Fathan duduk di kursi kebesarannya seraya menatap Sarah yang sedang berkutat membersihkan lemari kaca yang berisi dokumen penting.
"Kamu sudah makan siang?"
Sarah menatap Fathan dari balik pantulan kaca. "Belum, Pak. Gak sempat beli makan." Aku gadis itu.
Fathan menaikkan alis sebelahnya, "serius? Kamu lapar, tidak?" Tanya Fathan, dari lubuk hatinya ia kasihan dengan gadis ini, karena dia melewatkan jam makan siangnya gara-gara tugas yang ia berikan.
"Iya, kenapa? Bapak mau belikan saya makan?" Tanya Sarah, sambil memutar tubuhnya menghadap Fathan, menatap gurunya itu dengan berbinar.
Fathan memberikan Sarah senyum skeptis. "Ya sudah, kamu mau makan apa?"
Sarah melongo menatap Fathan. "Bapak serius? Ih, Pak, saya tadi cuma bercanda, kok. Jangan dianggap serius." Ujar Sarah, malu sendiri.
Fathan menggeleng, "tidak, lagian saya juga belum makan. Kita makan di ruangan saya, aja, ya."
Inhaler di mana inhaler? Sekarang juga Sarah butuh inhaler untuk bisa bernafas dengan baik.
Makan Pak Fathan boleh, gak, Pak?!
"Makan..., eng, apa, ya? Sarah mau makan ayam penyet aja, deh."
Fathan mengangguk, lantas ia keluar dari ruangannya. Membeli makan siang untuk dirinya dan Sarah.
***
Dua belas menit pun berlalu, Fathan membawa pesanan untuk dirinya dan muridnya ke dalam ruangannya. Namun, murid onarnya itu sedang terlelap di atas sofa dengan damainya. Lantas, Fathan meletakkan pesanannya di atas meja kerjanya, dan melangkah mendekati anak muridnya yang sedang tidur.
Dalam tidurnya, gadis atau bisa dibilang murid onarnya itu sangat terlihat polos. Tidak ada tanda-tanda di wajahnya kalau ia pembuat onar. Gadis ini sungguh manis bila ia tidak petakilan.
Fathan menepuk pipi Sarah dengan pelan. Namun, Sarah masih memejamkan matanya, badannya menggeliat, mulutnya menggumam entah apa yang ia gumamkan.
"Sarah, bangun. Katanya kamu lapar."
"Bang Sat, yang salah." Sarah mengigau. Kedua tangannya menggapai di udara.
Fathan mengernyit, dalam tidur pun Sarah masih bisa mengatainya b*****t. Kurang ajar sekali anak ini, sungguh tidak memiliki sopan santun.
"Sarah!"
Fathan terus menepuk kedua pipi Sarah dengan pelan, beberapa detik kemudian, Sarah pun membuka matanya.
"Pak Fathan." Gumamnya kecil.
Fathan mendecak, "bangun, saya sudah belikan kamu makan siang."
Lalu, Fathan membuka kotak sterofoam yang berisi pesanan milik mereka sendiri. Fathan dan Sarah menikmati makan siangnya dalam diam. Sesekali Sarah curi-curi pandang ke arah Fathan yang tepat sekali berada dihadapannya. Dalam mimpinya sekalipun, Sarah tidak pernah bermimpi ia bisa sedekat ini dengan Fathan.
Setelah selesai makan, Sarah diizinkan pulang ke rumah oleh Fathan, karena ruangannya sudah cukup bersih oleh bantuan Sarah. Tapi, dasar dianya yang bandel, Sarah memutuskan untuk ikut temannya tawuran. Bersama teman sekelasnya yang ikut tawuran, yaitu, Eki, Fauzan, dan Rasyid. Mumpung Bang Satria masih lama jemput, lebih baik ia mengisi waktu kosongnya dengan tawuran.
Saat ia sudah membawa tongkat sapu kelasnya dan ia sudah bersama ketiga temannya siap untuk tawuran, malah Pak Doni melihat ulah keduanya. Pak Doni sang guru killer itu membawa mereka ke ruang bimbingan konseling. Hukuman yang diberikan oleh sang guru BK tidak terlalu berat. Hanya membawa satu karung tanah hitam. Hah, dia bisa beli langsung pada Pak Sugeng--penjaga sekolah yang sekaligus membuka usaha tanah hitam--.
Saat Sarah bersama ketiga teman cowoknya keluar dari ruangan BK tanpa rasa bersalah sedikitpun di dalam benak mereka, tiba-tiba Fathan lewat yang sedang menyalakan motor sport-nya.
"Lihat siapa, Sar?" Tanya Eki. Sambil memerhatikan arah mata Sarah.
"Pak Fathan." Jawab Sarah dengan singkat.
Rasyid menjitak kepala Sarah, membuat gadis itu meringis kesakitan. Sedangkan Fauzan dan Eki hanya menggeleng melihat kelakuan labil Rasyid dan Sarah.
"Zina mata, woi!" Rasyid memperingati.
"Bodo amat." Jawab Sarah dengan acuh.
"Cari kaleng, yuk." Ajak Fauzan, membuat Rasyid dan Sarah berhenti beradu.
"Buat apa?" Tanya ketiganya kompak.
"Buat dijual."
Kali ini Fauzan dikeroyok oleh ketiganya.
"Emangnya gak ada pekerjaan lain apa, selain nyari kaleng."
Saat Fauzan hendak membuka suara, tiba-tiba Fathan berhenti di depan mereka bersama motornya.
"Ingat, jangan keluyuran, ya Sarah. Tunggu di sekolah sampai orang tuamu jemput."
Lalu Fathan pergi bersama motornya, meninggalkan keempatnya dengan mulut menganga tak percaya.
"Pak Fathan gak adil, masa bilangnya ke Sarah doang, ke kitanya nggak." Ujar Fauzan dengan sebal. Ada sarat nada cemburu dibalik ucapan Fauzan.
Eki, Rasyid, dan Fauzan menoleh ke arah Sarah dengan serentak, menatap gadis itu dengan memicingkan matanya. Yang dipandang langsung ciut karena tatapan ketiga cowok tersebut.
"Apa?!" Tanya Sarah dengan galak.
"Kamu sama Pak Fathan ada something, ya?" Tuding Eki.
Sarah gelagapan, yakali Pak Fathan juga ada something sama dia.
"Memang, kami udah pacaran. Asal kalian tahu, Pak Fathan nembak aku di ruangannya."
"Bohong!"
"Emang bohong." Aku Sarah, membuat ketiga pria itu ingin menceburkan Sarah di dalam kolam piranha.