“Lho Mbak Mimin eh teteh, lupa aku. Jauh juga mainnya ya sampai ke sini,” kata Sarti.
“Apa Mbak hari Sabtu juga libur Mbak? Kalau saya sih memang libur hari Sabtu sama Minggu. Sini Mbak makan bareng saja,” ucap Sarti saat melihat yang menyapanya adalah Mimin yang jadi topik pembicaraan dirinya dengan “sang suami.” Sarti lebih luwes memanggil dengan sebutan MBAK saja.
“Aku liburnya hanya hari Rabu, satu kali seminggu. Tidak seperti kamu yang dapat libur dua hari.”
“Terus hari Sabtu begini kok bisa sampai sini Mbak? Ini jauh loh dari rumah tuan kita,” selidik Sarti.
“Aku disuruh Bu Ratna untuk cari spare part mixer yang rusak,” jawab Mimin.
“Wah biasanya barang rusak langsung diantar ke tukang service kan? Bukan dicarikan spare part sendiri. Bukannya biasa Kang Panjul ya yang bertugas mengantar barang ke tukang service atau memanggil teknisi?” kata Sarti lagi.
“Enggak tahu. Yang penting aku disuruh. Ya sudah aku kerjakan sesuai perintah. Pas aku lapar aku mampir sini,” kata Mimin. Dia keqi karena Mujio sama sekali tak menengok padanya. Padahal tadi saat dia belum datang dia lihat Mujio dan Sarti bercanda tertawa dengan akrab.
“Sini Mbak makan bareng kami saja. Nggak usah tak enak seperti itu. Apa Mbak marah ya sama saya karena saya jalan sama Mas Mujio? Soalnya saya memang janjian ya Mas?” kata Sarti lagi.
Tentu saja Mimin tambah kaget mendengar Sarti berani menyebut Mas pada Mujio. Sebenarnya Mimin ingin mendekati Mujio, pria muda dan tampan kepercayaan oppa Vier. Karena untuk menggaet oppa Vier tentu sangat sulit.
“Sudah nggak usah digubris Sayang, yang penting kita makan saja,” kata Mujio.
“Jangan nyebut sayang seperti itu loh. Nanti ada yang marah. Kan Mas sudah tidur sama dia,” jawab Sarti pelan tapi jelas terdengar Mimin. Tentu saja Mimin kaget mengetahui kalau Sarti sudah tahu tentang kejadian dengan Mujio di ruang kerja Tuan mereka.
“Aku bukan tidur dengannya. Kalau nggak dikasih obat perangsang,” kata Mujio dengan santainya.
“Enggak kebayang ya bagaimana kalau tuan yang minum obat itu. Pasti heboh karena tuan akan diperas.”
“Kalau tuan yang kena ya pasti langsung dipenjara lah orangnya kasih minuman itu,” jawab Mujio.
“Sekarang tuan masih diam, tapi pasti sedang dia cari bagaimana menjebloskan orang itu. Dengan video yang tuan buat sejak aku minum kopi itu, tuan punya bukti buat geret orang itu ke penjara!”
Tanpa buang waktu Mimin langsung balik badan dan keluar dari rumah makan itu. Mujio dan Sarti langsung tertawa terbahak-bahak sampai Mujio tersedak.
≈≈≈≈≈
“Lagian Bapak sih ketawanya sampai begitu, jadinya tersedak deh,” kata Sarti mengulurkan teh hangat untuk Mujio.
Sarti tidak langsung pulang karena dia memang hari libur dia santai-santai saja terlebih dia perginya sama Mujio tak ada yang curiga pada Mujio. Sarti langsung diantar ke apartemen Tuan mereka ketika mereka mendapat perintah merapat ke sana.
Semua pasti tahulah apa yang dibuat oleh Sarti dan Xavier di situ sampai malam tiba.
Jam delapan malam Sarti turun dari apartemen dan dia langsung diantar Mujio kembali ke rumah majikan mereka.
≈≈≈≈≈
“Senangnya yang habis libur,” tegur Bu Ratna saat melihat Sarti masuk ruang belakang.
“Iya Bu, senanglah,” jawab Sarti.
“Apa kamu benar pacaran sama Mujio?” tanya Bu Ratna.
“Ooh Teteh Mimin cerita ya Bu? Tadi dia lihat kami makan siang di resto Padang.
“Iya dia cerita katanya melihat kalian dan sekarang Mimin sudah mengundurkan diri.”
“Wah kok mengundurkan diri sih Bu. Padahal saya tadi cuma bilang ke dia loh saya nggak pernah bilang ke orang lain rahasia dia. Padahal kalau nyonya tahu rahasia dia juga dia akan dirujak nyonya. Apalagi bila nyonya besar tahu,” jawab Sarti mulai julid.
“Bilang apa? Rahasia apa?” tanya Ratna.
“Masa Ibu nggak tahu sih kalau teteh Mimin itu sudah memberi obat perangsang buat Tuan Xavier. Tuan tahu berkali-kali tapi nggak pernah minum. Kemarin sengaja Tuan kasih ke untuk Mas Mujio, jadi yang terangsang Mas Mujio lah bukan Tuan Xavier, mas Mujio cerita ke saya tapi saya diam koq Bu. Dia baru lihat saya makan siang dengan mas Mujio saja langsung lapor ke Ibu ya.”
“Mungkin dia marah karena saya jalan sama Mas Mujio. Padahal karena rangsangan obat tersebut mas Mujio melampiaskannya ke teteh Mimin,” jawab Sarti seakan-akan polos.
“Apa?”
“Selama ini Tuan berkali-kali diberi obat perangsang sama Mimin?” tanya Bu Ratna tak percaya.
“Kata Mas Mujio begitu Bu. Ibu tanya dia saja agar lebih jelasnya. Cuma Tuan kan nggak pernah mau ribut. Yang terima pegawai kan Bu Ratna. Bu Ratna kan orangnya nyonya besar, jadi ya Tuan katanya nggak mau ngomong apa pun.”
“Kalau mas Mujio kan apa-apa cerita ke saya. Dia tadi cerita pas Teteh Mimin datang. Sudah saya bilang mungkin teteh Mimin ini malu kali sama saya, karena sudah berkali-kali mau menjebak Oppa Vier-nya tidak berhasil malah dibuat video dia sedang dibalas oleh mas Mujio.
Ratna tentu saja kaget. Tadi dia baru akan memarahi Sarti karena seharian libur perginya sama Mujio, orang kepercayaan tuan Xavier. Tadi Tuan Xavier mencari Mujio tapi nggak ketemu dan katanya HP-nya Mujio mati, padahal Xavier dan Mujio punya nomor khusus, bukan yang nomor umum. Begitu pun yang untuk Sarti, Xavier menggunakan nomor itu, bukan nomor umum miliknya.
‘Tentu saja nomor Mujio mati karena ternyata sedang pacaran sama Sarti. Eh sekarang aku dapat kabar dari Sarti bahwa ternyata Mimin yang merusak kepercayaannya dengan akan membuat tuan mereka selingkuh dari istrinya,’ Ratna langsung memikirkan keluhan tuan Xavier yang mencari Mujio siang tadi.
Tanpa menunda, malam itu juga Ratna melaporkan hal itu langsung ke nyonya besar
≈≈≈≈≈
Akhirnya besok paginya semua dipanggil oleh Bu Ratna semua di ultimatum, tadi memang sempat ada Pricilla yang mengatakan semua urusan dia minta bu Ratna yang menghandle.
Pricilla tadi tanya ke mana Mimin pagi ini koq enggak kelihatan, dan bu Ratna langsung lapor semua yang dikatakan Mujio, karena pagi tadi dia sudah minta info akurat dari Mujio.
Bu Ratna sudah kroscek ke Mujio dan Mujio mengakui dia memang melakukan hal tersebut dengan Mimin.
“Saya tak mau disalahkan. Bu Ratna kan tahu bukan saya yang bikin seperti itu. Dia yang memberi obat, kalau dia jadi tempat pelampiasan bukan salah saya kan?”
“Mungkin kalau Tuan yang melakukannya juga Mimin malah senang karena tujuan utamanya adalah membuat Tuan melakukan hal itu pada dia, yang Mimin dapatkan itu senjata makan tuan,” kata Mujio dengan santainya.
Tentu semua membenarkan perkataan Mujio. Tujuan Mimin memberi obat itu agar Xavier melakukan hal itu dengan dirinya. Siapa yang bisa melawan obat tersebut?
“Tapi kenapa tuan kasih kamu obat tersebut?” tanya Ratna.
“Masa Tuan mau buktiin untuk dirinya sendiri? Bagaimana dia mau rekam kalau obat tersebut memang benar-benar bereaksi pada dirinya?”
“Jadi Tuan merekam sebagai bukti untuk melaporkan ke polisi,” jawab Mujio. Tentu saja Bu Ratna semakin kaget.
Bu Ratna memutuskan tidak lagi menerima pegawai muda daripada dia ketempuan seperti sekarang.
Dari bisik-bisik para pegawai akhirnya ketahuan lah beberapa kali Mimin mencoba menjebak Tuan mereka. Bisik-bisik awalnya hanya sesama pegawai di rumah tuan Xavier. Akhirnya menjadi bisik-bisik ke sesama pembantu di lingkungan itu, terus melebar, melebar, dan melebar. Akhirnya ke mana pun Mimin akan bergerak, dia sulit cari pekerjaan kecuali dia kembali pulang ke kampung di Jawa Barat.
≈≈≈≈≈