7. DoubleU Corporation

1086 Kata
Di sebuah apartemen mewah di Korea, seorang pria tengah mematut dirinya di depan kaca besar seukuran tubuhnya. Pria itu merapikan jas mahal yang melapisi tubuh tegapnya. Rambutnya tertata rapi dengan sentuhan pomade rambut. Pria itu tersenyum tipis setelah melihat penampilannya sudah sempurna. Ia lalu menyemprotkan parfume ke sekitar tubuhnya, lalu mengambil salah satu koleksi jam tangan dengan merek terkenal. Hari ini ia ingin memakai jam tangan milik rolex. Pria itu mematut dirinya di depan kaca sekali lagi. Lalu setelah itu ia meraih ponsel yang tergeletak di atas tempat tidurnya dan memasukannya ke dalam saku jasnya. Setelah semuanya beres, ia segera keluar  kamar. Sampai di meja makan, sudah ada kopi hitam dan juga surat kabar yang selalu menemaninya setiap pagi. Kopi buatan pembantu di apartemennya. Ia duduk di salah satu kursi makan, lalu meraih cangkir kopi di hdapannya dan meminumnya hingga separuh. Pria itu megecek surat kabar hari ini, melakukan scanning singkat pada laman laman berita di surat kabar. Setelah tidak menemukan sesuatu yang menarik, ia kembali menaruh surat kabar itu di atas meja.  Ia lalu beranjak berdiri. “Bik! Jangan lupa membersihkan kamar saya sebelum keluar dari penthouse saya,” ujar pria itu kepada Bi Sumini yang merupakan pembantu di penthouse mewahnya. “Baik, Tuan.” Wanita paruh baya itu mengangguk paham. Setelah menandaskan kopi buatan pembantunya, pria itu pamit berangkat kerja. Ia turun ke lantai baseman lalu masuk ke dalam mobil sportnya. Pria itu melajukan mobil meninggalkan baseman apartemannya. Bergabung dengan kendaraan lainnya di kota Seoul. Pria itu mengenakan kacamata hitam yang membuat penampilannya semakin sempurna. Tak butuh waktu lama sampai mobil yang ia tumpangi terparkir sempurna di area parkir khusus petinggi. Pria itu keluar dari dalam mobil lalu berjalan menuju gedung perusahaan DoubleU. “Selamat pagi Pak Wenas!” “Seamat pagi, Pak! “Pagi, Pak Wenas!” “Hoejangnim!” Pria itu hanya tersenyum tipis membalas sapaan dari para pegawainya di kantor. Ia berjalan penuh wibawa menuju lift khusus dewan direksi. Ia masuk ke dalam lift lalu menekan tombol lantai 57. Sebelum lift menutup sempurna, ia sempat melihat seorang perempuan berdiri di lobi perusahaan. Pria itu melepas kacamata hitamnya untuk memastikan perempuan yang ia lihat. Namun sebelum melihat perempuan itu dengan jelas, lift sudah terlanjut menutup. ****** Jeva dan juga Elsa berdir di lobi perusahaan DoubleU. Mereka masih tidak menyangka akan diterima di perusahaan ini. Memang dengan kualifikasi serta pengalaman mereka berdua, mereka memiliki kesempatan besar untuk diterima kerja. Mereka berjalan menuju lift untuk pegawai, menunggu sejenak bersama dengan pegawai yang lain lalu masuk saat lift terbuka. Mereka sama sama bekerja di lantai 37, sehingga saat lift berhenti di lantai tersebut, mereka sama sama turun. Jeva berbelok ke lorong divisi keuangan sementara Elsa berbelok ke divisi pemasaran. Mereka masing masing membawa kotak yang berisi barang barang pribadi. Jeva masuk ke dalam ruangan berisi kubikel kubikel sama seperti saat ia bekerja di Wenas dulu. Ia berjalan menuju kubikel yang kosong atas arahan dari Jacob sebagai sebagai atasannya di divisi ini. “Persiapkan barang barangmu, setelah ini kita ada rapat di lantai 38,” ujar pria itu sebelum berlalu pergi dari hadapan Jeva. Begitu Pak Jacob pergi, orang orang yang akan menjadi rekan kerjanya tersenyum menayapanya. Jeva juga balas tersenyum kepada semua orang, ia ingin menjalin kerjasama sama baik kepada mereka semua. Jeva siap memulai hari barunya di kantor ini. Kemarin setelah pulang dari kafe, ia berhenti bekerja dari semua pekerjaannya. Untungnya mereka semua mengerti walaupun Jeva berhenti kerja secara mendadak. Di perusahaan ini, Jeva akan memulai semuanya yang baru. ****** Suasana kantin DoubleU sangatlah ramai. Meskipun di bangun di Korea, hanya sedikit pegawai yang berasal dari negeri gingseng ini. Hampir 80%nya adalah pegawai asal Indonesia. Jeva tersenyum kecil saat teman teman kantor menyapanya, selama 3 tahun di Korea hanya dengan Elsa ia berbicara Bahasa Indonesia. Sekarang ia bisa mengenal lebih banyak orang dari Indonesia. “Wah, aku seperti merasa sedang di Indonesia dan bukannya di Korea,” celetuk Elsa saat antri makanan bersama Jeva. “Kau benar.” Jeva mengangguk setuju. “Yak! Aku dengar CEO perusahaan ini juga dari Indonesia dan dia sangat tampan,” bisik Elsa cekikikan. “Bukankah ini perusahaan Indonesia yang membuka cabang di Korea, jadi tidak heran kalau pemimpin perusahaan ini adalah orang Indonesia,” balas Jeva. “Ah, seandainya saja membuat CEO jatuh cinta itu semudah yang ada di dalam drama,” oceh Elsa kemudian. “Cih.” Jeva hanya mendecih pelan. “Fokus saja pada pekerjaanmu! Jangan memikirkan tentang cara menggoda atasanmu!” omelnya kemudian. “Mungkin saja aku beruntung, Jev. Bisa bekerja dan mendapatkan suami tampan,” ceriwis Elsa tersenyum lebar. Jeva memutar matanya bosan saat mendengar fantasi Elsa barusan. “Kau terlalu banyak menonton drama,” cibirnya kemudian. “Eh, itu sepertinya CEO di perusahaan ini,” bisik seseoran di sekitar mereka berdua. “Hah? Dimana? Ada dimana?” Elsa langsung celingukan mencari CEO DoubleU. “Itu! Dia duduk membelakangi kita!” Seorang perempuan yang juga dari Indonesia menunjuk ke sebuah arah. Elsa langsung melihat ke arah yang ditunjuk perempuan tersebut, ia bahkan juga memkasa Jeva untuk melihatnya. “Yak! Lihat! Dia sangat tampan!” seru Elsa menarik lengan Jeva supaya perempuan itu memutar badan dan melihat ke arah yang sama dengannya. Jeva melirik Elsa kesal, mau tidak mau ia harus menoleh ke arah yang ditunjukan oleh Elsa. “Ck, aku bahkan hanya bisa melihat punggungnya. Bagaimana kau bisa menyebutnya tampan?” omel Jeva tak habis fikir. “Yak! Aku sudah melihat auranya dari belakang sini! Aku yakin kalau dia itu sangat tampan! Lihat saja rambutnya, lehernya pundaknya yang lebar. Oh, astaga, pundak itu akan terasa nyaman jika dipeluk.” Elsa cekikikan tidak jelas. “Yak! Buang fantasi gilamu itu!” seru Jeva seraya memukul pundak Elsa pelan. “Ash! Yak! Kenapa kau memukulku?” omel Elsa bersungut kesal. “Supaya kau sadar kalau kau berpijak di bumi sementara dia di Langit!” seru Jeva menunjuk lantai atas. Lantai paling atas yang merupakan ruangan dari CEO di Perusahaan DoubleU. “Ck.” Elsa berdecak kesal. “Sudahlah! Maju ke depan! Aku sudah lapar!” seru Jeva mendorong tubuh Elsa supaya maju ke depan karena antrinya di depannya kosong. Mereka akhirnya mendapatkan makanan setelah antri panjang, lalu memilih tempat duduk di dekat dinding kaca. Mereka duduk membelakangi meja CEO tadi. Elsa terus saja membicarakan tentang CEO itu dan Jeva hanya menanggapinya tak acuh. Hari barunya di Perusaan DoubleU ini hanya berisi ocehan Elsa tentang CEO perusahaan ini. “Dia sama cerewetnya dengan Belva,” guma Jeva dala hati. Perempuan itu menatap Elsa yang masih terus mengoceh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN