6. Apply Diterima

1199 Kata
Jeva duduk diam di halte bus dekat dengan restoran barbeque tempat ia bekerja. Ia melirik jam di pergelangan tangannya, sudah pukul 10 malam. Jeva merasa tidak enak badan dan memutuskan untuk izin tidak datang ke supermarket. Untungnya teman kerjanya mau menggantikannya bekerja karena temannya itu membutuhkan uang tambahan. Wanita itu menyandarkan tubuhnya ke tiang papan reklame di halte tersebut. Fikirannya masih melayang pada kejadian di toko bunga dan juga di Itaewon kemarin. Sudah dua kali ia merasa melihat sosok yang sama, apa ini masih bisa dibilang kalau ia sedang berhalusinasi? Bus yang akan membawanya pulang berhenti di depannya. Perempuan itu masuk ke dalam bus lalu duduk di kursi yang kosong, tatapannya mengarah ke luar jendela. Berkali kali Jeva menghela nafasnya pelan. Ia merasa batu yang menekan hatinya selama 3 tahun ini perlahan terangkat. “Ini sungguh aneh. Aku baru saja melihat orang itu, tapi hatiku terasa jauh lebih lega. Kenapa?” ucap Jeva dalam hati. “Apa ini artinya ia memang harus bertemu dengan orang itu dan menyelesaikan semuanya?” imbuhnya kemudian. Bus berdiri di perempatan lampu merah. Jeva menoleh ke samping, ada sebuah mobil yang berhenti tepat di sebelah bus. Perempuan itu menoleh ke arah depan saat orang di dalam mobil itu melihat ke arahnya. Orang itu hanya diam menatap Jeva cukup lama sampai akhirnya Bus melaju lebih dulu dan meninggalkan mobil yang harus menunggu mobil di depannya jalan. Jeva turun di halte dekat apartemennya. Ia melangkah gontai menelusuri tanjakan menuju apartemennya. Perempuan itu masuk ke gedung apartemennya lalu naik lift menuju lantai dimana unit apartemennya berada. Jeva menekan password apartemen lalu masuk ke dalam. Apartemen terasa sepi, ada suara keran air dari dala kamar mandi sehingga Jeva tahu kalau Elsa sedang di kamar mandi. Perempuan itu maruh tasnya di gantungan tas, ia lalu duduk diam di atas tempat tidurnya. “Je! Kau sudah pulang?” teriak Elsa dari dalam kamar mandi. “Iya!” balas Jeva juga berteriak. Jeda hening. Jeva sibuk memikirkan pria itu dan Elsa sibuk di dala kamar mandi. Lalu tiba tiba saja Elsa berteriak dari dala kamar mandi. “Jeje! Apply kita di terima!” seru Elsa keluar dari dalam kamar mandi. Mulut wanita itu bahkan masih di penuhi oleh busa pasta gigi. Ia berteriak kegirangan sembari menunjuk nunjuk ponsel di tangannya. “Apply apa?” tanya Jeva tidak mengerti. “Aku hanya ingin membantumu. Daripada kau bekerja dari pagi sampai pagi lagi dengan 4 pekerjaan sekaligus, lebih baik kita bekerja dari jam 8 sampai jam 5 sore. Hanya 1 pekerjaan,” celoteh Elsa panjang lebar. “Hah? Maksudnya?” Jeva masih tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh teman sekamarnya itu. “Sebentar!” Elsa kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk berkumur. Jeva menatap Elsa lalu geleng geleng kepala melihat tingkat roomatenya itu. Elsa kembali ke hadapan Jeva. “Maksudnya kita hanya perlu bekerja di satu tempat. Kebetulan ada perusahaan Indonesia yang membuka cabang di daerah sini. Beberapa waktu yang lalu aku sudah apply pekerjaan untuk kita berdua dan baru saja aku mendapat email notifikasi. Aku juga sudah melihat hasil darimu dan kita berdua sama-sama diterima! Yeay!” seru Elsa dengan semangat. “Apa?” Jeva kaget tentu saja. Masalahnya Elsa sama sekali tidak memberitahunya tentang hal ini. “Yak! Aku melakukan ini karena mengkhawatirkanmu. Kau ingin bekerja, oke, aku setuju. Tapi pekerjaan yang ‘normal’. Dan tara! Kita mendapatkannya!” Elsa tersenyum senang. Jeva tersenyum tipis lalu memeluk Elsa. “Terimakasih!” ucapnya dengan tulus. Ia memeluk Elsa dengan erat. “Sama-sama.” Elsa membalas pelukan Jeva. Jeva benar benar bersyukur karena memiliki teman sebaik Elsa. Ia memeluk temannya itu dengan erat. Menyalurkan kegundahan yang ia rasakan sejak pagi tadi. “Besok kita harus datang ke perusahaan untuk wawancara, menunggu beberapa jam lalu kembali ke perusahaan untuk mengisi data karyawan dan membuat ID kerja. Semoga kita diterima!” celoteh Elsa kemudian setelah melepas pelukan mereka. “Hehm, baiklah. Semoga kita diterima!” sahut Jeva tersenyum tipis. ***** Esok harinya, Jeva dan juga Elsa datang ke Perusahaan DoubleU Groub. Penapilan mereka berdua sangat rapi. Celana kain warna kaki serta kemeja putih dan blazer warna coklat dipakai Elsa. Lalu celana kain warna ungu muda serta kemeja putih dan blazer ungu gelap dipakai oleh Jeva. “Siap?” tanya Elsa menoleh ke arah Jeva. “Hehm.” Jeva mengangguk dengan semangat. “Lets go!” Mereka berdua masuk ke dalam gedung DoubleU. Jeva dan Elsa di arahkan untuk menuju suatu ruangan dan bergabung dengan pegawai pegawai baru di perusahaan ini. Mereka dudu berduaan, saling memegang tangannya lantaran gugup. Ini kali pertama Jeva di interview di perusahaan besar setelah risign dari Wenas Groub, apalagi perusahaan ini di Korea. “Jev, sepertinya semua orang yang melamar kerja di sini dari Asia Tenggara,” bisik Elsa pelan. “Hah? Memang iya?” Jeva melihat ke sekelilingnya. Ada sekitar 10-an orang yang ada di salam ruangan itu. “Sepertinya memang begitu,” gumamnya kemudian. “Apa karena ini perusahaan Indonesia yang membuka cabang di Korea ya?” oceh Elsa lagi. “Entahlah.” Jeva mengangkat bahunya tak acuh. Tak lama kemudian seorang pihak dari perusahaan memanggil mereka satu persatu. Mereka di suruh untuk masuk ke dalam salah satu ruangan lain untuk di wawancara oleh beberapa petinggi di perusahaan ini. Semuanya berjalan lancar untuk Elsa, bahkan untuk Jeva yang merupakan peserta terakhir. Saat ini sudah duduk di hadapan 4 orang pria yang dari tadi mewawancaranya. Semua peserta tidak tahu jika kaca besar berwarna hitam di hadapan mereka adalah kaca satu arah yang mengarah ke ruangan lain. Pria di balik dinding kaca satu arah itu memandang Jeva dengan seksama. Mengamati wajahnya lekat-lekat. Sebelum kemudian asistennya mengajaknya keluar ruangan karena harus menghadiri meeting. “Terimakasih atas waktunya. Silahkan tunggu sampai jam 3 sore. Kami akan memberi Anda kabar apakah Anda diterima atau tidak,” ujar salah satu pria yang mewawancarai Jeva. “Baiklah, terimakasi,” jawab Jeva dengan sopan. Ia pun pamit undur diri. Jeva keluar dari ruang wawancara dan langsung disambut oleh Elsa. Mereka lalu keluar ruangan tunggu dan berjalan menuju lobby perusahaan. Mereka akan menunggu hasil wawancara di kafe dekat perusahaan. “Ah, aku tidak menyangka bahwa yang mereka cari memang orang yang bisa berbahasa Indonesia. Pantas saja tadi perusahaannya dipenuhi oleh orang orang Indonesia,” celoteh Elsa saat sudah ada di dalam kafe. “Aku juga mengira seperti itu. Padahal aku sudah gugup sekali karena ini wawancara pertamaku setelah risign dari perusahaan yang dulu,” ucap Jeva yang juga merasa gugup. “Terserahlah. Aku sudah melakukan yang terbaik saat wawancara tadi. Terserah apakah mereka akan menerimaku atau tidak. Aku lapar, sekarang waktunya untuk makan!” celoteh Elsa meraba perutnya yang sedari tadi keroncongan. Mereka memesan makanan di kafe tersebut. Mereka menunggu pengumuman yang hanya kurang dari 2 jam itu. Makan sembari mengobrol. Sampai akhirnya mereka mendapat email dari perusahaan dan mengabarkan bahwa mereka di terima sebagai pegawai DoubleU. Jeva diterima di bagian keuangan sedangkan Jeva di terima di bagian pemasaran. Prasta. “Yeay! Kita diterima kerja!” teriak Elsa dengan semangat. Ia tidak sadar jika saat ini masih di dalam kafe. Alhasil mereka menjadi pusat perhatian oleh para pengunjung kafe yang lainnya. “Ssstt.” Jeva menunduk malu. “Oops.” Elsa tersenyum malu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN