8. Welcome, Seoul!

1011 Kata
Terlihat kesibukan salah satu kantor. Hilir mudik pegawai dan juga beberapa orang yang tengah menghadap komputer masing masing untuk bekerja. Detik jarum jam terus berbunyi, jam pulang kantor telah selesai beberapa menit yang lalu. “Ough! Akhirnya selesai juga!” teriak Ervan. Salah satu karyawan di divisi Keuangan. Pria itu kubikelnya tepat di sebelah kubikel Jeva. Ngomong ngomong, ini sudah hari ke-30 Jeva dan Elsa bekerja di tempat ini. Mereka sedikit terbiasa dengan lingkungan maupun orang orangnya. Hari ini adalah akhir pekan sehingga mereka sangat sibuk membuat laporan bulanan. Jeva bahkan masih mengetik beberapa laporan padahal ja pulang kantor sudah lewat dari 1 jam yang lalu. “Jev! Kau belum selesai?” tanya Ervan kepada Jeva. Ia mencondongkan tubuhnya ke arah komputer Jeva untuk mengecek pekerjaan perempuan itu. “Tinggal sedikit lagi selesai,” jawab Jeva tersenyum tipis. Tangannya sibuk mengetik di atas keyboard. Ervan kemudian melihat ke seluruh ruangan, hanya tersisa beberapa orang saja di divisi keuangan ini. “Ehm, kau tidak apa apa aku tinggal?” tanyanya kemudian. “Ck, tentu saja tidak apa apa. Lagipula masih ada beberapa orang yang masih tinggal. Kau bisa pulang duluan,” oceh Jeva tersenyum lebar. “Ehm, ya sudah. Aku pulang dulu ya,” ujar Ervan kemudian pamit pada Jeva. “Hehm. Hati hati di jalan,” balas Jeva. Setelah kepergian Ervan, perempuan itu kembali fokus pada pekerjaannya. Membuat laporan akhir bulan yang akan di serahkan kepada pimpinan hari senin mendatang. Jadi hari ini laporan harus selesai semua. 15 menit berlalu begitu saja. Jeva akhirnya bisa menyelesaikan pekerjaannya. Ia menutup laman excelnya lalu mematikan komputer setelah emmastikan dokumennya tersimpan dengan baik. Perempuan itu memasukan barang barangnya ke dalam tas lalu berdiri dari kursinya. Ia melihat ke sekeliling dan tidak menemukan siapapun. Saking fokusnya, ia jadi tidak sadar jika satu persatu teman kantornya sudah pulang. Perempuan itu keluar dari ruangan divisi keuangan, berjalan menulusuri lorong lalu berbelok menuju lift. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya lift di depannya dterbuka dan ia segera masuk. Memencet tombol menuju lobby, Jeva memainkan ponselnya untuk menghubungi Elsa. Temannya itu sudah pulang sejak tadi, Jeva ingin mengabarinya kalau ia mau pulang dan menanyakan apakah temannya itu ingin menitip sesuatu atau tidak. Ting! Lift berdeting lalu kemudian terbuka di lantai 20. Ada dua orang yang masuk ke dalam lift, Jeva tersenyum dan membungkuk pada dua orang tersebut. Saat pintu lift hendak menutup, ia bisa melihat seseorang lewat di depan lift. Jeva sempat tersentak kaget lantaran orang itu adalah sosok yang ia kenal. Namun saat Jeva hendak mengejarnya, pintu lift sudah terlanjur tertutup. Ting! Lift kembali berdenting lalu terbuka di lobi perusahaan. Jeva tak lekas keluar dari lift, ia masih memikirkan orang yang dilihatnya di lantai 20 tadi. “Kau tidak keluar?” tanya seseorang yang tadi masuk di lantai 20. “Hah? Oh, iya.” Jeva tersentak kaget, dengan linglung ia keluar dari lift. Ia tersenyum dan membungkuk kepada orang yang bertanya padanya tadi. Jeva menghela nafasnya lelah. Perempuan itu melangkah gontai keluar dari gedung DoubleU. Ia berjalan menuju jalan raya, berbelok ke kiri untuk menuju halte bus yang akan membawanya pulang ke apartemen. “Apa halusinasi memang sesering itu? Kenapa aku melihat orang orang dimasa lalu?” gumam Jeva pelan. ***** Seorang duduk dibalik kemudi mobil sport yang berhenti tak jauh dari Gedung DoubleU. Pria dibalik kemudi itu mengarahkan pandangannya ke satu titik. Seroang perempuan yang baru saja keluar dari gesung DoubleU dan sekarang sedang menunggu bus di halte 90. Pria itu mengamati setiap gerak gerik perempuan itu. Hingga tanpa sadar ia sudah menjalankan mobilnya untuk membuntuti bus yang membawa pergi perempuan itu. “Kenapa aku melakukan ini?” gumamnya kemudian seakan baru tersadar. Pria itu mengusap wajahnya lalu memilih untuk putar balik dan tak melanjutkan ‘buruannya’. Mobil itu melajut ke arah yang berlawanan setelah putar balik. Menambah kecepatan supaya ia bisa kembali ke penthouse mewah miliknya. Pria itu masih memikirkan perempuan yang tadi, entah kenapa ia merasakan ikatan yang aneh dengan perempuan itu. Pria itu menghentikan mobilnya di perempatan lampu merah. Bersamaan itu ada telfon yang masuk ke ponselnya. Pria itu menekan tombol loudspeaker supaya ia tetap bisa fokus menyetir. “Ada apa, Ma?” tanya pria itu kepada si penelfon. Tangannya sibuk mengemudikan mobil canggih miliknya. “Kau sudah meminum obatmu?” tanya ibunya dari seberang telfon. Nadana terdengar sarat akan rasa khawatir. “Ehm, ini aku masih di jalan,” balas pria itu tak acuh. “Ck, Mama sudah bilang kalau kau harus minum obat tepat waktu,” omel ibunya dari seberang. “Sudahlah, Ma. Aku pasti akan meminumnya. Mama tenang saja. Aku tidak pernah lupa meminum obatku,” oceh pria itu memutar matanya bosan. “Mama menelfonku hanya untuk menanyakan apakah aku sudah minum obat atau belum?” tanyanya kemudian. “Saudaramu besok akan ke Korea,” ujar ibunya pelan. “Hah? Kenapa tiba tiba?” tanya pria itu heran. Pasalnya, saudaranya terlihat menikmati hidupnya di Paris. Lalu kenapa tiba tbba bosan. “Dia bilang bosan ada di Paris. Dia sudah lama tidak ke Korea, makanya ingin cepat kembali ke sana,” jelas ibunya kemudian. Pria itu diam sejenak. “Mama sendiri tidak ke Korea?” tanyanya kemudian. “Mama baru saja dari Korea kan, Sayang! Mama baru kembali ke Indonesia 3 minggu yang lalu,” oceh ibunya tak habis fikir. Pria itu terkekeh pelan. Ia melirik lampu merah yang sudah berubah menjadi hijau. “Apa besok aku harus menjemputnya di bandara?” tanyanya pada sang ibu. “Tidak perlu. Dia bilang ingin langsung menyapamu di kantor,” jawab sang ibu. “Baiklah.” Pria itu mengangguk mengerti. “Ya sudah, Mama tutup dulu telfonnya. Jangan lupa meminum obatmu. Bye, Sayang!” seru ibunya sebelum menutup panggilan. "Bye, Ma." Pria itu menghela nafasnya pelan lalu fokus ke jalanan di depannya. Ini sudah 3 tahun semenjak saudaranya itu hijrah ke Paris. “Aku tidak tahu apa yang kau rasakan, tapi aku merasa kedatanganmu ke Korea untuk menyelesaikan masalah. Mungkin bukan tempatnya. Mungkin seseorang yang berada di negara ini,” gumamnya pelan. Pria itu menambah kecepatan dan mobil semakin melesat melewati jalanan beraspal korea.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN