4. Bayangan 'Dia'

1049 Kata
Elsa dan Jeva sudah keluar dari apartemen. Mereka bergabung dengan turis turis yang datang ke Korea untuk jalan jalan. Tujuan pertama mereka adalah Bukchon Hanok Village. Bukchon Hanok Village adalah desa tradisional Korea yang terletak di antara Gyeongbok Palace, Changdeok Palace dan Kuil Kerajaan Jongmyo. Bukchon Hanok Village adalah desa tradisional yang memiliki sejarah yang panjang, yang terdiri banyak lorong-lorong dan Hanok yang merupakan rumah tradisional korea yang masih dipertahankan keasliannya sampai saat ini. Saat ini Bukchon Hanok Village digunakan sebagai Pusat Budaya Tradisional dan Hanok Restoran, yang memungkinkan pengunjung untuk merasakan suasana Dinasti Joseon. “Ah, aku mengingat drama drama korea yang pernah aku tonton,” celoteh Elsa saat berada di jalan dengan kanan kiri rumah rumah tradisional. “Kau mengingatnya juga pasti, iya kan?” tanyanya menoleh ke arah Jeva yang berjalan di dekatnya. “Tidak. Aku tidak mengingat apapun.” Jeva menggeleng pelan. “Dae Jaegeum,” seru Elsa menyebutkan salah satu drama saeguk korea [drama kerajaan]. “Tidak tahu.” Jeva menggeleng. “Queen Seondeok!” seru Elsa lagi. “Nope.” Jeva kembali menggeleng. “Ehm.” Elsa diam sejenak. “Queen Insoo! Dongyi! 100 Days Prince! Woman war!” Jeva menyebutkan beberapa drama yang ia ketahui tapi Jeva tetap menggeleng. “Aku tidak tahu drama drama itu. Aku bahkan jarang nonton Tv lokal, apalagi drama korea,” celoteh Jeva tersenyum geli melihat reaksi terkejut di wajah Elsa. “Ck, aku rasa dulu kau hidup di dalam goa,” cibir Elsa pelan. “Hahahaha.” Jeva tertawa kecil mendengar cibiran Elsa barusan. "Aku terlalu sibuk hanya untuk berhalu tentang adegan romantis di drama korea," ocehnya kemudian. “Sudahlah, kau tidak asyik! Ayo kita jalan jalan lagi!” Elsa menarik tangan Jeva dan mengajaknya berkeliling. Mereka berdua foto bersama, makan makanan tradisional jaman dulu, mencoba baju hanbok korea dan lain sebagainya. Sampai akhirnya mereka kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak di rest area. Setelah itu, mereka mengunjungi National Folk Museum. Museum ini terletak di area Gyeongbokgung Palace. Museum di sini menyajikan lebih dari 4.000 artefak sejarah yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. National Folk Museum terdiri dari tiga bangunan permanen dan dua untuk pergelaran khusus serta perpustakaan, toko souvenir dan fasilitas pendukung lainnya. Meninggalkan dua tempat itu, mereka meluncur ke Menara Namsan, Menara N Seoul yang tingginya hampir mencapai 243 meter ini merupakan salah satu landmark Seoul modern yang paling mengagumkan. Dibangun pada 1969 di tengah Taman Namsan, menara TV ini dibuka untuk umum pada 1980 dan menjadi tempat berkumpul dan pusat budaya sejak saat itu. Dek observasi Menara N Seoul menyajikan panorama Seoul yang mengagumkan. Tidak ada jalur kereta bawah tanah yang langsung menuju Menara N Seoul, jadi mereka berdua harus naik bus setelah turun dari kereta. Mereka menjelajahi Taman Namsan dan menikmati pemandangan yang indah. Tujuan terakhir, yaitu Itaewon. Sebuah distrik modern yang terkenal dengan restoran kosmopolitan dan hiburan malam, restoran BBQ Korea, bistro kelas atas, serta kedai kenan sederhana yang melayani banyak pelanggan hingga larut malam. Hari sudah larut malam saat mereka selesai mengunujungi Itaewon. Mereka kemudian memilih untuk singgah di salah satu pub yang ada di Itaewon. Undukjib. Kedai yang pernah dijadikan lokasi syuting drama terkenal Itaewon Class. Elsa menyeret Jeva untuk mampir ke tempat ini. Mereka memilih meja tak jauh dari jendela besar di pub ini. Elsa memesan beberapa makanan dan juga minuman non alkohol. Elsa sibuk bermain sosmed di ponselnya sembari mengoceh tentang kesenangan mereka hari ini sementara Jeva melirik ke luar jendela, melihat orang-orang yang berlalu lalang di depan pub Undukjib ini. “Yak! Lain kali kita harus jalan jalan lagi! Hari ini kita hanya mengunjungi rumah tradisional kora, namsa tower dan itaewon. Aku juga ingin berbelanja di Merongdong,” celoteh Elsa sembari sibuk upload foto di sosmed. “Hehm.” Jeva hanya menanggapi dengan gumamman. “Aku juga ingin ke kawanan agensi korea, siapa tahu kita bisa bertemu dengan idol idol Korea. Kita bisa bla bla bla bla.” Elsa terus mengoceh sementara Jeva lebih tertarik untuk melihat ke suasana di pub atau sesekali melihat ke luar pub. Mata bulat Jeva membesar saat melihat sosok yang ia kenal berada di salah satu kerumunan orang yang berdiri di depan pub. Ia menyipitkan matanya untuk memastikan orang tersebut. Beberapa orang yang melintas di depan pub, juga beberapa orang yang duduk di meja depan mereka. “Itu,” gumam Jeva pelan. “Jev!” seru Elsa karena Jeva tak menanggapi ucapannya. Ia menepuk pundak Jeva pelan. “Hah?” Jeva langsung menoleh ke arah Elsa karena terkejut. Ia terlihat bingung saat melihat ekspresi kesal di wajah Elsa. “Aku dari tadi bicara padamu. Kau melihat apa sih?” tanya Elsa menoleh ke luar jendela. Ia celingak celinguk dan hanya melihat kerumunan orang yang lalu lalang. “Apa ada yang menarik dengan kerumunan orang yang lewat di depan pub ini?” ocehnya kemudian. Jeva juga melihat lagi ke luar jendela, namun sosok yang ia lihat tadi sudah tidak ada. Entah karena dia hanya berhalusinasi atau memang salah lihat. “Sebentar.” Perempuan itu berlalu pergi tanpa menunggu respon dari Elsa. Elsa hanya geleng geleng kepala melihat kepergian Jeva. Jeva sudah ada di luar pub, ia melihat ke sana kemari. Namun sosok yang ia lihat tadi tidak ada. Dia tidak melihat sosok ‘dia’ dimana pun. “Apa aku salah lihat?” gumam Jeva pelan. “Aku takut bertemu dengamu, tapi aku juga berharap sosok yang aku lihat tadi itu dirimu,” imbuhnya pelan. Di sebuah pub, tak jauh dari tempat Jeva tadi. Ada beberapa orang yang tengah duduk melingkari sebuah meja. Orang orang itu tengah merayakan pembukaan perusahaan baru tempat mereka bekerja. Sang pemilik menyewa sebuah pub seluruhnya, menyediakan tempat untuk beberapa orang pegawainya. Mereka tampak bersenang senang sembari menikmati hiburan dan makanan yang terkenal di Itaewon. "Anda sudah datang" seru sebuah suara menyambut kedatangan di pemilik perusahaan. Pria yang baru saja datang tersenyum tipis. "Maaf karena saya datang terlambat, saya baru saja bertemu dengan ibu saja." Pria itu memperlihatkan buket bunga di tangannya. Semua orang mengangguk mengerti, pria itu bergabung dengan para pegawainya. "Cha Cha! Karena bos besar kita sudah datang, mari kita bersulang untuk merayakan cabang baru kita! Semoga sukses!" Seru salah seorang karyawan yang tadi menyapa si bos. "Bersulang!" seru semua orang kompak mengangkat gelas mereka masing masing ke udara, sebelum kemudian menghabiskan minuman dalam sekali teguk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN