27. Kenangan yang Menghampiri

1052 Kata
“Hana... Dul... Set...” "Nice! Once again!" Cekrek! Cekrek! Blitz kamera mengabadikan pesona seorang Katnisha Genadi. Model papan atas yang sudah go Internasional. Perempuan itu meniti karirnya sebagai model sejak ia lulus SMA dan mengambil kelas modeling di Paris. Perempuan yang dulu pernah singgah di hidup Jeva sebentar. Perempuan itu meliuk liuknya tubuhnya secara natural, memperagakan pose pose yang sudah ia latih selama bertahun tahun. Senyuman puas terpampang pada produser serta sang fotografer. Mereka terlihat puas dengan hasil jepretan Katnish. Kemampuan Katnish yang memang tidak perlu di pertanyakan lagi. Untuk yang belum tahu, Katnish adalah mantan pacar Daska saat SMA dulu. Sejak Daska memilih untuk bersama Jeva, perempuan itu memilih kembali ke New York dan menjalani kehidupannya sebagai seorang model. Sudah beberapa hari ini ia tengah menjalani pemotretan untuk salah satu brand produk kecantikan terkenal di Korea. Perempuan yang akrab di sapa Katnish itu bergaya dengan luwes di depan kamera, menonjolkan produk yang ada di tangannya namun juga memamerkan pesonanya. Berkecimpung di dunia model selama kurang lebih 10 tahun, membuatnya berpengalaman di depan lensa kamera. “Nice! Goodjob, Kat!” seru fotografer yang bertugas mengambil gambar untuk pemotretan kali ini. “Aku yakin hasil fotonya akan sangat memuaskan.” Fotografer itu tersenyum menyambut Katnish. “Thanks, Jas.” Katnish balas tersenyum. “Senang bisa bekerjasama denganmu,” ujarnya tersenyum tulus. “Hah, aku akan merindukanmu.” Jasmin merentangkan tangannya untuk memeluk Katnish. Katnish membalas pelukan Jasmin. “Hei, aku akan mengunjungi Seoul sebelum kembali ke New York. Kita bisa minum minum setelah pekerjaanku selesai semua,” celotehnya menghibur teman barunya itu. “Oke, promise!” Jasmin melepaskan pelukannya. “Bye, selamat bersenang senang.” Jasmin menepuk pundak Katnish sebentar lalu pergi. “Ghamsahamnida, yeorobun! seru Katnish tersenyum kepada semua kru pemotretan. Perempuan itu berjalan menuju manajernya. “Jadwalku selesai, ‘kan?” tanyanya kepada manajernya. “Hehm.” Pria bernama Jacob itu mengangguk. “Kenapa? Kau ingin pergi ke suatu tempat?” tanyanya kemudian. “Aku hanya ingin bersantai sebentar,” sahut Katnish tak acuh. “Yak! Jangan pulang larut malam apalagi dalam keadaan mabuk!” celoteh Jacob mengancam. “Besok pagi kau ada pemotretan dengan perusahaan aplikasi!” serunya kemudian. “Iya, aku mengerti!” Katnish memutar bola matanya karena Jacob yang selalu cerewet. Perempuan itu pamit pergi kepada semua kru pemotretan, lalu bergegas pergi untuk mengunjungi Kota Seoul. Katnish mengendarahi mobilnya menelusuri kota Seoul. Langit sore menemani kepergiannya berkunjung ke ibu kota Negeri Gingseng ini. Perempuan itu merasa lelah setelah beberapa hari sibuk bekerja. Sejak tiba di Seoul beberapa hari yang lalu, ia sudah langsung bekerja tanpa ada waktu untuk jalan jalan. Makanya hari ini ia menyempatkan waktu untuk sekedar berkeliling Seoul. Flashback On “Jadi kau minta putus?” Katnish menatap pria yang ia cintai dengan tatapan sendu. “Aku menyuruhmu untuk pergi bersamaku, Das. Kita bisa hidup bersama di Paris,” ujarnya kemudian. Ia meraih tangan kekasihnya, lalu menggenggamnya erat. “Kau tahu aku tidak bisa ikut bersamamu ke Paris!” Daska melepaskan tangan Katnish. “Aku juga tidak bisa menjalani LDR,” imbuhnya kemudian. Katnish mengusap rambutnya ke belakang. “Das, kenapa kau membuat semuanya menjadi rumit?” desahnya pelan. “Aku yakin Om dan Tante akan mengijinkanmu pergi ke Paris, lalu kenapa kau tidak mau pergi?” “Karena aku ingin tetap di sini, Kat. Kau ingin mengejar impianmu menjadi model dan aku ingin mengejar impianku sebagai pengusaha sukses. Aku bisa kuliah di sini dan belajar di kantor keluargaku,” jelas Daska panjang lebar. Katnish diam sebentar. “Kau tidak sedang mencari alasan untuk putus denganku, ‘kan?” tanyanya tersenyum getir. Daska diam saja. “Apa hanya aku yang ingin memperjuangkan hubungan ini?” tanya Katnish lirih. Daska menatap manik mata Katnish. “Bukankan kau yang ingin mengakhiri hubungan kita?” tanyana sarkas. “Aku?” Katnish menunjuk dirinya tak percaya. “Das, aku mencintaimu, jadi mana mungkin aku ingin mengakhiri hubungan kita?” tanyanya nyaris berteriak. “Kalau kau mencintaiku, kau tidak seharusnya bermain s**********n dengan pria lain.” Daska menggeram marah. Katnish kaget tentu saja. “Apa maksudmu?” tanyanya kemudian. “Aku tahu kau pernah ke hotel dengan seorang pria. Aku tidak perlu menjelaskan apa yang kalian lakukan berduaan selama di kamar hotel ‘kan?” Daska tersenyum menyeringai. “Das, itu...” “Kalau kau memang ingin mengakhiri hubungan kita, aku akan mengabulkannya. Kau sudah muak menjalaninya, aku juga sudah muak. Kita akhiri saja hari ini.” Setelah mengatakan hal itu, Daska pergi begitu saja. "Das!" Katnish memanggil Daska namun pria itu tak menoleh. "Daska, aku belum selesai bicara!" Katnish kembali berteriak. "Das, aku tidak ingin putus denganmu!" Flashback Off. “b******k! Ini semua karena taruhan s****n itu!” Katnish tiba tiba saja teringat dengan kejadian beberapa tahun silam. Ia merasa marah karena kesalahpahaman yang dulu membuatnya putus dengan Daska. Katnish memukul setir mobil dan menggeram kesal. Mobil yang ia tumpangi melesat menelusuri jalanan beraspal di Seoul, Korea. Tiba tiba ia menjadi emosional saat mengingat kenangannya bersama dengan Daska. Kenapa ia harus mengingatnya sekarang, padahal ia sudah mencoba untuk melupakan perasaannya. Tidak mudah untuk menepikan perasaannya, tidak mudah untuk mengubur kenangannya bersama dengan Daska. Banyak kenangan yang telah ia lewati dengan Daska, suka dan duka, romansa remaja yang ia lewati semasa putih abu abu. Daska adalah cinta pertamanya. Bukankah kata orang sulit untuk melupakan cinta pertama? Katnish merasakan bagaimana sulitnya melupakan cinta pertama. Cinta yang tak bisa ia miliki lagi. Cinta Daska kini bukan lagi untuknya, tapi untuk perempuan lain. Merelakan bukan hal yang mudah, Katnish sudah mencobanya selama 3 tahun ini, tapi nyatanya perasaannya masih melekat pada Daska. Hatinya masih berharap pada pria itu. Oh, s**l! Katnish kembali memaki saat perasaannya kembali mengusiknya. Move On! Katnish meyakinkan dirinya bahwa ia harus melupakan Daska untuk selamanya. “Ah, sudahlah. Toh sekarang Daska sudah bersama dengan kekasihnya itu. Sekarang aku juga harus bersenang senang,” celoteh Katnish meyakinkan dirinya sendiri. Ia menancap gas lebih cepat dan mobil melaju membelah jalanan kota Seoul. Malam ini ia akan bersenang senang dan semoga saja rencananya untuk melupakan Daska berhasil. "Daska sudah tidak bisa menjadi milikku lagi dan berhubung aku menyayangi diriku sendiri, aku harus melupakan Daska!" seru Katnish. "Yeah! Lupakan Daska!" "Ah, apa sebaiknya aku mencari pria lain saja? Aku akan mencoba mencari pasangan dan mencintainya," gumam Katnish kemudian. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN