18. Pengakuan

2112 Kata

Ribut menekan bel rumah Mana beberapa kali, sampai pintu terbuka dan Mana yang membukakan pintu. Perempuan berambut pendek itu sudah siap, pagi ini dia memakai setelan dress dengan kancing dari atas sampai bawah berwarna hitam bercorak volkadot. “Pagi amat,” katanya. “Aku belum merapikan rambutku.” “Pembantumu nggak ada semua? Kok, kamu yang buka?” “Iya, lagi papa liburin, dilarang ke sini.” “Kenapa?” “Hari ini peringatan kematian mama. Papa selalu menyepi setiap kali hari ini datang. Jadi, kamu nggak bisa sarapan ataupun ketemu dia sekarang. Papa lagi di kamarnya,” terang Mana. “Ngapain? Nganu ritual, berdoa atau semacamnya?” tebak Ribut, niatnya mau bercanda. “Nangis,” jawab Mana singkat membuat Ribut segera menutup mulut, tidak ingin bercanda lagi. Leluconnya pasti akan terasa m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN