33. Kebetulan

1909 Kata

“Jadi, bagaimana rasanya?” Darmi mengedip-kedipkan matanya dengan sengaja, untuk menggoda Mana yang terlihat sumringah sejak pagi, tetapi tidak mau berbagi cerita, membuat Darmi kepo dan merasa jengkel sekaligus karena tidak diberitahu. “Soal apa?” tanya Mana balik, tidak mengerti mengenai topik dan arah pembicaraan Darmi. Mereka sedang makan siang bersama seperti biasa dan dia sama sekali tidak mengatakan apa-apa. Aneh rasanya jika pertanyaan itu ditujukan padanya di saat dia tidak merasa bercerita tentang apapun. Mustahil suara hatinya keluar dan bisa didengar Darmi. Temannya itu bukan cenayang, dukun atau pembaca pikiran. Impossible. Kalaupun Darmi salah satunya, Mana tidak akan dan tidak mau percaya. “Mr. CEO, apa ciumannya hebat? Kalian, tentu sudah berciuman kan? Mustahil kalian be

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN