Bastian tersenyum manis memandang Bintang yang tengah sibuk berjalan kesana-kemari, mengambil dan mengantarkan pesanan dari orang-orang yang memenuhi café malam itu. Semenjak mereka berdua menjadi sepasang kekasih, Bastian bagaikan lem yang selalu melekat pada Bintang, Bintang merasa tidak biasa dengan semua itu karena ia terbiasa hidup mandiri dan melakukan semuanya sendiri, meskipun ia senang setiap hari dapat bersama dengan Bastian, tapi ia selalu merasa segan jika Bastian menungguinya bekerja seperti sekarang. Bastian selalu melotot ke arah kumpulan lelaki yang sesekali terlihat menggoda Bintang. Sungguh ini semua membuat Bintang tidak tenang saat bekerja. “Sayang, jangan senyum sama sekumpulan cowok di sana ya, sini biar aku yang anterin pesanan mereka” Bastian menarik lengan Bintang