Aku baru saja tiba di Jakarta, macet, panas dan dipenuhi oleh polusi, seperti halnya hatiku yang dipenuhi oleh cuplikan-cuplikan wajah menangis Elanor, seolah-olah hal itu menikam hatiku, padahal aku sih tidak peduli padanya, baguslah kami sudah putus.. aku bisa dengan bebas mencari uke manis lagi. "Sir Marvis anda mau saya antarkan kemana?" Tanya asisten Vian yang bertugas menjemputku. Namanya Yakub, bukan tipeku sama sekali, dia jelek, hitam, dan seram. Banyak bekas luka.. kebiasaan Vian, cari asisten bekas tentara atau teroris, kan ngeri. Ngak kayak asisten Dean yang tampan-tampan bening dibeli dari perlelangan b***k dipasar gelap atau dibeli dari orang tua yang matre.. mereka berdua sama-sama cari asisten pakai cara yang tidak normal. "Ke tempat yang banyak uke imut dan pria tampann