Aku melarikan diri kebar dipusat kota setelah selesai dengan jerit tangis menjijikan itu. Duduk dimeja bartender, meminum berbotol-botol bir hingga teler. Dua orang wanita yang kuperkirakan masih belasan tahun dengan dandan ala p*****r menghampiri dan mengodaku, s**t! Harusnya aku tidak datang kebar campuran, aku bahkan tidak punya tenaga lagi untuk menghindar dari mereka, setelah penolakanku tidak digubris oleh mereka, aku diseret paksa ikut bersama keneraka oleh kedua gadis yang membuatku ketakutan setengah mati.
"Hentikan! Lepaskan dia b***h!" Hingga umpatan dari seorang pria dibelakangku terdengar. Biasanya aku benci mendengarkan suara yang sering muncul tiba-tiba itu, tapi kali ini aku justru merasa lega.
"Dia bersama dengan kami! Apa masalahmu sir? Kalau kau mau, kau bisa ikut bersama dengan kami.. bersenang-senang.." Goda salah satu gadis itu menanggapi Elanor.
Ya.. pria itu adalah Elanor, siapa lagi setan selain dia yang selalu muncul tiba-tiba kemana pun aku pergi? Aku bahkan yakin kalau ia memasang alat penyadap disetiap propertiku, mungkin disepatu, baju, jam tangan, atau disalah satu antingku.
"No! He my lover ladies, kami gay.. tidak tertarik dengan kalian!" Balas Elanor datar, aku hanya diam saja, membiarkannya menyandarkan tubuhku kedada bidangnya yang beraromakan cengkeh dan pepermint, bau khas rokok yang dihisapnya. Bukan karena aku terlalu jalang, hanya saja aku terlalu teler saat ini.
"Kau bercanda!?" Sindir gadis remaja itu tidak terima, seketika itu kurasakan benda kenyal mengisap bibirku, lidahnya menyusup masuk kemulutku, bergulat dengan lidahku, damn! Salahkan bir yang membuatku h***y! Refleks kubalas ciuman itu dengan lumatan liarku, menyusupkan tanganku kedalam celananya, meremas sesuatu disana dengan jalangnya..
"OMG!!" Jerit terkejut kedua gadis itu menghentikan segalanya, mereka pergi dengan mengumpat dan tanganku ditarik keluar dari celana Elanor. Bisaku rasakan tubuhku melayang, pria itu membopongku like a princess. Membawaku memasuki mobil van miliknya, dia selalu membawa berbagai peralatan eksperimennya sehingga hanya mobil van yang bisa memuat segala properti laknatnya itu.
Kepalaku masih mengambang saking telernya saat mobil telah melaju menembus jalanan yang dingin, Elanor mengelus kepalaku, ia menarik kepalaku hingga terbaring dipangkuannya sambil menyetir. Hah? Apa maksud perbuatannya ini? Sial aku masih sakit hati dengan perlakuannya tadi pagi, tapi jiwa-jiwa gay jalangku perlu dipuaskan, whatever jika nanti sampai tabrakan atau apa kata Elanor setelah ini.
Kubuka ikat pinggang dan kancing celana Elanor, memberi blowjob padanya, tanpa mempedulikan reaksinya. Persetan soal dia yang straight! Salahnya menciumku tadi, salahnya meletakan kepalaku didepan selakangannya, salahnya selalu membuat partner sexku meninggalkanku.
Mobil terhenti, kurasa Elanor telah menepikan mobilnya diarea parkir sebuah bangunan, kuatur kursi pengemudi yang diduduki oleh Elanor menjadi serendah mungkin, mengisap senjatanya sekeras mungkin sambil mengocoknya, Elanor tidak menolak, ia mendesah pelan menikmati serviceku.
"Marv.. ah!" Erangnya saat muatan senjata itu ditembakan ketanganku yang sengaja kuletakan dikepala senjata itu, membiarkan cairan kental itu tumpah memenuhi tanganku, kubalik tubuh Elanor yang saat ini telah berantakan dengan pakaian nyaris terlepas semua. Ia tengkurap dihadapku, perlahan kutusuk holenya dengan jari tengahku, menggunakan spermanya sendiri sebagai pelumas, Elanor tidak melawan. Jadinya perlahan kutambahkan dengan jari ke-2, bergerak maju mundur, memberi foreplay, menyiapkan hole perawannya.
Kami kembali berciuman dengan panas sambil kumaskukan jari ke-3, tanganku yang lain memilin putingnya, sesekali kulepas ciuman kami, mengisap dan menjilati punggung telanjangnya. Merasa persiapanku sudah cukup kulepas celanaku, memamerkan senjataku yang sudah siap tembak. Dengan sekali tusukkan kuhentakan langsung senjataku kedalam hole milik Elanor. Ia menyerit sakit, jadi aku berhenti sebentar dan kami kembali berciuman, saling melumat lidah, kedua tanganku bermain disenjata miliknya yang keras dan besar, dia tipe seme, bukan uke.. tapi aku tidak peduli. Aku mabuk dan sekarang ia sedang dihadapanku menungging gaya doggy style menjadi ukeku.
Setelah hole miliknya menyesuaikan diri, aku mulai memompanya perlahan dengan ritme yang beraturan sambil mengisap bibirnya yang sangat ahli membuatku merasa nikmat. Saat kulepas pangutan kami dan berpindah menjilati tengguknya, Elanor said ah ah like a bitchy.. aku tambah sangelah menyerang dengan lebih cepat dan kasar tepat diporstatnya. Desahan dan erangannya tidak keras, tapi pelan lebih seperti suara deru nafas tidak beraturan, hal itu justru membuatku makin panas, so sexy apalagi dengan suara serak-serak berat machonya itu.. kupercepat sodokakanku, memuntahkan muatanku diholenya.
Membalik kembali tubuh Elanor yang terlihat amat HOT didapanku, kugengam kembali senjata itu, menijilatnya perlahan seperti menikmati sebatang es loly, mengulum buah zakarnya sembari mengocok cepat senjata yang sudah licin terpoles air liurku.
"Uh.. Marv.. ah" Rancau Elanor yang merasa nikmat menerima blowjobku, saatku masukan senjata siap tembak itu kedalam mulutku dan mengisapnya, Elanor menjambak rambutku dengan liarnya, menebakkan muatannya kedalam mulutku yang langsung kutelan tanpa tersisa setetes pun, menjilat senjata itu hingga bersih dari s****a. Seperti bukan diriku saja.. yang selama ini selalu memegang aturan selalu pakai kondom dan tidak pernah menelan s****a, aku tidak mau tertular AIDS walau pun gaya hidupku jalang.
Lihat yang kulakukan sekarang!? Teler dibar campuran, ngesex dengan Elanor yang kubenci, tanpa kondom dan meminum spermanya atas kemauanku sendiri, kurasa kejalanganku sudah memasuki stadium akhir, kalau digame sudah melawan big boss.
Aku menghela napas saat melihat pria itu kini tertidur, entah karena masih terlalu teler atau karena terlalu jalang aku malah tidur diatas tubuhnya, memeluknya erat dan bersandar dengan nyamannya didada bidang itu.. seolah-olah aku tidak pernah mengusirnya dengan brengseknya tadi pagi. Ada apa denganku?
●●●
Setelah kejadian make love dengan Elanor didalam van waktu itu, tapi tidak pake love-nya.. aku tidak pernah lagi melihatnya disekelilingku.. kurasa dia terlalu shock karena kusodomi, rasakan itu Elanor. Hukuman yang pantas untuk pria straight yang berani-berani bermain dengan gay master sepertiku.
Hidupku kembali berwarna, kencan dengan bebas, ikut orgy party tanpa diseret pulang dengan deretan ceramah about sexually transmitted diseases, tidak ada lagi setan yang mengeksporasi tubuhku seenaknya.
Yuhu.. dengan riang gembira aku berkeliling mall, merayakan hari ke-3 musnahnya Elanor dari hidupku dengan berbelanja underwear sexy untuk mengoda uke-uke imut..
Mendadak antena pemantau ukeku bereaksi, disana kulihat seorang anak laki-laki.. wow!!! Very.. very.. very.. damn cutie!! Umurnya mungkin sekitar 14-15 tahun, sudah cukup umur untuk urusan ranjang. Tanpa menunggu lebih lama lagi.. aku langsung menghampirinya.
"Hei cutie boy.. sedang apa sendirian disini?" Sapaku ramah.
"Aku.. aku sedang menunggu teman" Jawabnya dengan suara yang imut.
Bola mata bulat berwarna biru itu begitu jernih dengan rambut pirang yang halus, tinggi cuma sampai dibawah dadaku, lengan dan tubuh yang ramping.. aku harus bisa menyeretnya keranjangku malam ini!
"Bagaimana kalau menunggu bersama denganku? Kita bisa pergi makan dulu?" Ajakku dengan senyuman mempesonaku, aku akan membawanya kerestoran, mencampur sedikit obat kedalam minumannya, lalu mengakutnya ikut bersama denganku. Ini akan menjadi kencan yang panass..
"Tidak usah! Mommy bilang aku tidak boleh mengikuti orang aneh yang terlihat mencurigakan" Tolak my cutie boy.
"Aku bukan orang mencurigakan koq, hanya kakak yang baik hati.. ayo ikut, nanti kakak belikan ice cream" Bujukku seraya merangkulnya, biar tidak melarikan diri.
"Lepaskan!" Pekiknya panik, kenapa!?
"Jangan takut cutie boy.. ayo ikut kakak ya.."
"Engak.. tolong!!" Teriak my cutie boy mulai terisak..
Damn!! He looking very very cuteee.. aku makin h***y melihatnya menangis, tidak bisa kubayangkan bagaimana manisnya jerit tangisnya dibawah himpitanku.. tanpa pikir panjang langsung kusambar bibir kecil mungil itu..
"Kemarilah my lovery cutie boy.." ucapku genit seraya memojokkannya kekaca etalase sebuah toko mainan.. mendekatkan bibirku kebibir imut itu..
BRUAKK!!
Sebuah pulukan melesat ganas dikepalaku, bisa kurasakan ada lengan yang mencengkram bahuku erat menjauhan tubuhku dari my cutie boy.
"Pergilah bocah! Biar kuurus dia." Ucap pria dibelakangku, suara serak-serak berat itu..
"Terima kasih kakak!!" Pekik my lovery cutie boy seraya melarikan diri menjauh dariku.. No!!! Pacar kecilku lari..
"ELANOR!!! KAU MEMBUAT PACARKU MELARIKAN DIRI KARENA TAKUT KEPADAMU SIALAN!!"
Makiku setelah cengkraman erat itu terlepas, ya siapa lagi orang yang selalu muncul mendadak menganggu kesenanganku!?
"Oh begitu ya Marv.. setelah kau membuat pantatku sakit selama tiga hari ini.. kau malah mencoba melecehkan anak dibawah umur ditengah-tengah mall yang ramai dan dengan tidak tahu malunya mengakuinya sebagai pacarmu!? Lalu aku ini kau anggap apa Marv?" Ucap Elanor dengan nada dingin datar, tatapan mata siap memangsa.
Aku meneguk ludahku gugup.."Kupikir kau sudah memutuskan untuk lenyap dari hidupku, lagi pula pacarku bukan hanya kau Elanor. Aku punya puluhan pacar lain!" Berusaha berbicara setenang mungkin menghadapinya, memasang ekspresi wajah tidak berdosa.
"Sayangnya tidak Marvis.. pantatku sakit sampai-sampai tidak bisa bangun tiga hari ini dan tebak kenapa aku marah?" Tanyanya memojokanku.
Tubuh besar itu kini telah mengencetku kekaca etalase toko mainan tadi, matanya menatap bengis, bibirnya menuging senyuman mematikan dengan niat keji.. ia terkekeh seperti seorang penjahat kelamin.
"Tidak tahu! Itu bukan urusanku!" Jawabku acuh.
"Kau Marv.. kau penyebabnya sayang.. kau menyuruh bodyguard ayahmu mengantarkanku pulang kerumah utamaku dengan keadaan bugil.. kau mau tahu apa reaksi keluarga besarku Marvis cintaku?"
Mukaku memucat, harusnya kusuruh bodyguard ayah membuangnya kejurang saja. Tapi aku tidak bilang begitu karena saat ini nyawaku sedang terancam.
"Bodyguard ayah, bodyguardku juga.. lagi pula aku hanya tahu dimana rumah utamamu, harusnya kau berterima kasih sudah kuantarkan kerumahmu!" Yang kukatakan justru malah membela diri.
"Baiklah.. aku akan berterima kasih dengan menyodomimu Marv.. kau harus merasakan p****t yang sakit sepertiku.. khe.. khe.. khe.." Ancam Elanor dengan kekehan setannya.
"Tidak!!!!" Jeritku putus asa berusaha lari darinya, tapi tubuhku ditangkap oleh bodyguard Elanor. Tidak!! No way!! Pantatku terancam! Harusnya aku tahu Elanor adalah penjahat kelamin tukang sodomi.. huaaaa!!!