Keluarga Willard

1130 Kata
Agrin merangkul tangan sang Papa, entah kenapa ia merasa hatinya sangat damai, bagaimana pun kebenciannya terhadap Aksa Darmayudha, pria paruh baya yang masih terlihat tampan dan tegap itu adalah Ayah kandungnya, ada perasaan bahagia saat Aksa memperlakukan dirinya dengan baik. Ketiganya berjalan dan mulai menyapa satu persatu tamu. Beberapa mata mulai memperhatikan keberadaan Agrin yang sangat menonjol tentu saja karena kecantikan gadis itu. Akan tetapi Aksa belum berniat untuk memperkenalkan Agrin, ia akan memperkenalkan gadis itu saat pembukaan acara. Sedangkan Delpina, wanita itu berusaha sekuat tenaga terlihat Happy, padahal hatinya sejak dari rumah sudah mendidih melihat Agrin, apalagi saat ini Agrin menjadi pusat perhatian orang-orang. Mata Aksa sejak tadi menelusuri setiap sudut ruangan, ia mencari keberadaan Tristan Willard dan kedua orang tuanya, malam ini Aksa berniat akan memperkenalkan Agrin kepada Tristan, kalau pria dan Keluarga Willard menolak, barulah ia akan mengenalkan Agrin pada Ervand Hakim putra bungsu Presiden yang sekarang sedang menjabat atau Putra sulung Keluarga Mahawirya yang merupakan seorang Duda anak satu, intinya Aksa berharap salah satu pria-pria yang berasal dari kalangan konglomerat itu menjadi menantunya, namun ia sedikit lebih berharap pada Tristan Willard yang merupakan Pewaris tunggal Willard Group. Tetapi Tristan Willard terkenal sangat sombong, dingin dan angkuh, awalnya Ia berniat menjodohkan Tristan pada Elsa, namun melihat kesempurnaan pria itu, Aksa merasa kalau kecantikan Agrin akan lebih menarik perhatian Tristan dibanding Elsa yang menurut Aksa memiliki kecantikan yang biasa saja, malah bisa di bilang Elsa terlihat cantik karena perawatan habis-habisan yang sudah ia lakukan, tapi tetap saja Elsa tidak bisa menandingi kecantikan Agrin yang sudah bawaan lahir. "Kamu dari tadi lihat kesana kesini cari siapa sih Mas?" tanya Delpina. "Keluarga Willard, apa kau melihat mereka?" tanya Aksa. Delpina berdehem. "Gak tuh," jawabnya asal. Delpina masih belum terima kalau Agrin yang akan menjadi istri Tristan. Sedangkan Agrin, ia terus berada di belakang Aksa dan Delpina dengan menunjukkan sikap acuh tak acuh, ia berusaha tetap tenang dan terkendali. Hingga akhirnya harapan Aksa pun terjadi, Thompson Willard dan istrinya Ajeng Willard beserta putra mereka Tristan Willard memasuki Ballroom Hotel. Thompson Willard merupakan pria berkebangsaan Jerman yang sudah menjadi WNI sejak ia membuka Perusahaan raksasa miliknya di Indonesia, ia menikah dengan seorang gadis Jawa bernama Ajeng, mereka pun hanya di karuniai seorang Putra yang wajahnya lebih dominan kepada sang Mama, itu sebabnya Tristan lebih terlihat berperawakan pribumi namun bentuk tubuh dan tingginya sangat menyerupai sang Papa. Aksa tersenyum lebar ke arah tamu yang ia tunggu-tunggu sejak tadi. Ia pun langsung menyapa ketiga orang itu. "Selamat datang Tuan Thompson," sapa Aksa dan juga Delpina. "Ya terima kasih Tuan Aksa, selamat atas peresmian Hotel baru Anda," jawab Thompson. Pria bule itu memang sangat fasih berbahasa Indonesia karena sudah berpuluh tahun tinggal di Indonesia. Mereka pun saling berjabat tangan satu sama lain. Aksa yang tak ingin melewatkan kesempatan emas langsung menarik Agrin dan membawa gadis itu ke hadapan Thompson dan Ajeng. Delpina yang merasa risih hanya bisa berpura-pura tersenyum bahagia. "Kenalkan Putri sulungku," kekeh Aksa. Tristan yang sejak tiba di Hotel hanya fokus dengan gawai di tangannya, seperti biasa pria itu selalu bersikap acuh tak acuh pada sekitarnya. Agrin menjulurkan tangannya menjabat tangan Thompson dan Ajeng. "Eh ini bukan Elsa kan?" tanya Ajeng yang mulai menyadari. "Iya Nyonya Ajeng, ini namanya Agrin," jawab Aksa. "Agrin? maaf saya baru tahu, setahu saya anak kalian cuma Elsa dan Elmand kan?" tanya Ajeng lagi sembari mengerutkan alisnya. Aksa menyenggol pelan lengan Delpina, isyarat untuk membantunya menjelaskan pada Ajeng, kebetulan Delpina dan Ajeng satu grup arisan. "I-iya Jeng, jadi Putri kami ini memang pemalu, ia lama di luar negeri dan tidak suka bersosialisasi," jawab Delpina. "Astaga bagaimana bisa kalian menyembunyikan gadis secantik ini," kekeh Ajeng. Ajeng bahkan memegang dagu Agrin dan tersenyum, begitu juga Thompson yang tersenyum ke arah Agrin. Agrin hanya bisa membalas senyuman kedua orang di hadapannya. Ajeng yang menyadari Putranya yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya pun menarik lengan Tristan. "Kalau begitu kenalkan ini Putra tunggal kami, Tristan," ujar Ajeng. Tristan pun mendongakkan kepalanya menatap ke arah Agrin, matanya sedikit terbuka melihat sosok Agrin. "Siapa ini?" tanya Tristan. Tristan memang hanya mengetahui Elsa dan Elmand. Dan ternyata pria itu sejak tadi tak fokus mendengarkan pembicaraan antara para orang tua, hal itu tentu membuat Aksa kesal, ini sebabnya Aksa menyakini kalau Tristan sangat sulit untuk di taklukkan. Ajeng mencubit lengan putranya itu. "Kamu itu ya, makanya kalau orang bicara di dengarkan dong, ini Putri sulungnya Tuan Aksa dan Nyonya Delpina, namanya Agrin," ucap Ajeng. "Ooo ...bukannya putri Anda yang namanya El ...el.., maaf saya lupa yang jelas bukan ini orangnya," ujar Tristan. Tristan sebenarnya punya banyak kenangan buruk dengan Elsa sejak mereka kecil, karena sering ikut menghadiri acara-acara seperti ini sejak kecil, Tristan sangat risih dengan kelakuan Elsa yang selalu ingin menempel dengan dirinya, itu sebabnya ia bahkan tak mau mengingat nama Elsa. "Maksud Nak Tristan Elsa ya," kekeh Delpina yang merasa punya harapan kalau Tristan menyukai Putrinya. "Iya itu maksud saya, si Pengganggu!" gumam Tristan. "Apa? Pengganggu?" tanya Delpina berusaha memperjelas apa yang ia dengar. Ajeng dan Thompson yang kesal dengan putranya yang asal bicara itu pun terpaksa mengalihkan pembicaraan. "Ini loh Tristan, kamu sebaiknya kenalan dulu sama Nak Agrin," ucap Ajeng buru-buru mengalihkan pertanyaan Delpina. Agrin menjulurkan tangannya dan menatap datar ke arah Tristan. "Perkenalkan, nama saya Agrin," "Tristan," Setelah perkenalan antara dua keluarga itu selesai, acara Pembukaan peresmian Hotel pun mulai di buka satu persatu oleh MC yang merupakan Artis Ibukota yang terkenal. Aksa memperkenalkan Agrin kepada Relasi Bisnis secara terbuka, meskipun ada beberapa orang yang terkejut nyatanya semua berjalan sesuai rencana Aksa, tidak ada satu orang pun yang curiga dengan status Agrin karena Delpina dan ia 2 tahun menikah barulah mendapatkan Elsa, jadi kalau di hitung usia pernikahan mereka Agrin masih pas untuk menjadi Putri sulung mereka. Agrin terlihat sangat bahagia bisa melihat langsung acara seperti ini apalagi ia bisa langsung melihat beberapa Artis dan Penyanyi favoritnya. Melihat kebahagiaan Agrin yang sejak tadi terus tersenyum membuat hati Delpina panas, ia mendekati gadis itu lalu mencubit dengan keras lengan Agrin hingga meninggalkan bekas. "Argh ...sakit," lirih Agrin yang kaget. "Jangan sok kecantikan kamu di sini, aku yakin kalau Tristan tidak akan tertarik denganmu," ketus Delpina. Ia berani menghardik Agrin karena orang-orang fokus dengan Penyanyi yang sedang menyenandungkan lagu yang sedang viral. Sedangkan Aksa sedang sibuk menyapa beberapa Relasi bisnisnya. "Saya juga tidak berharap seperti itu," ucap Agrin datar sambil meraba-raba tangannya yang perih karena cubitan Delpina. Delpina mendengus kesal, tetapi ia sedikit senang karena melihat sosok Tristan sepertinya tak tertarik pada Agrin. "Secantik apapun wajahmu itu tetap saja kau itu hanya anak haram, hina dan menjijikkan! kalau saja aku bisa mempermalukanmu disini," umpat Delpina yang terdengar jelas oleh Agrin. Agrin hanya bisa mengepalkan kuat-kuat kedua tangannya menahan amarahnya kepada Delpina. "Sabar, aku hanya perlu menganggap wanita ini setres," batin Agrin yang tertawa dalam hatinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN