Suasana kamar yang tadi riuh kini menjadi tenang, Agrin buru-buru menutup pintu dan mengunci kamarnya, ia sudah tak punya tenaga bila harus menghadapi Delpina.
"Keluarga Dajjal ini membuat kepalaku pusing," lirihnya memegangi kepala yang terasa sakit.
Dan benar saja, Agrin mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa.
Tak lama seorang menggedor-gedor pintu kamarnya dengan kasar.
"Buka gadis jalang! gara-gara kau anakku sampai di pukul!"
Tubuh Agrin merosot ke lantai sampai bersandar di pintu, ia memeluk erat lututnya sendiri.
"Rasanya aku mau gila, aku ingin keluar dari rumah ini," ucapnya sambil menangis.
Namun suara gedoran pintu tak kunjung berhenti, suara Delpina terus menggelegar sambil memaki-maki Agrin dengan menyebutnya anak haram.
Agrin menutup kedua telinganya dengan tangannya, panggilan anak haram sudah sering ia dengar namun tetap saja saat ia sendiri rasanya sangat mengiris hatinya.
Setelah beberapa menit, Agrin mendengar Aksa memarahi Delpina, suara-suara yang tadi membuat sakit telinganya kini telah berhenti, suasana kembali hening.
Agrin berdiri lalu membereskan beberapa buku yang masih berserakan.
Ia mengambil n****+ yang tadi di banting oleh Aksa.
"Apa aku bisa membalas dendam pada Aksa Darmayudha seperti kisah yang ada di n****+ ini?" ucap Agrin menatap sendu n****+ yang ada di tangannya.
Agrin yang merasa tubuhnya semakin lemas meletakkan n****+ di atas meja nakas lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Malam ini ia hanya perlu tidur untuk menenangkan hati dan pikirannya.
***
Malam menakutkan bagi Agrin akhirnya tiba, seorang MUA datang untuk mendadani dirinya, ia juga dipakaikan gaun yang cukup sexy namun terlihat elegan, selera Aksa Darmayudha memang sangat baik mengenai Fashion seorang wanita.
Gaun berwarna hitam yang menutup hingga mata kaki, namun terbuka di bagian punggung dan menunjukkan sedikit belahan dadanya.
Agrin yang tak bisa melawan terpaksa mengenakan gaun dan wajah cantiknya di dandani hingga terlihat lebih cantik dari biasanya.
Rambutnya di sanggul sedemikian rupa membuat leher putih mulus nan jenjangnya terlihat.
"Nona sangat cantik," puji sang MUA yang merasa sangat bangga dengan hasil kerja kerasnya.
Agrin hanya diam tanpa memasang ekspresi apapun sampai membuat sang MUA tak enak hati, dari awal Agrin tak berbicara sepatah katapun pada sang MUA yang sudah bekerja keras membuat dirinya terlihat sangat cantik.
"Memang begini sih rata-rata kelakuan para wanita kalangan atas, senyum aja susah," gerutu sang MUA dalam hatinya.
"Sudah selesai?" tanya Agrin.
Sang MUA mengangguk, setelah mendengar suara Agrin yang begitu lembut membuat sang MUA sampai terpanah.
"Cantik dan anggun sekali," ujarnya dalam hati.
Agrin berdiri dan berniat untuk turun ke bawah, saat masih di dandani tadi Bi Lina sudah datang ke kamar Agrin untuk mengatakan kalau Aksa dan Delpina telah siap dan menunggu di bawah.
Agrin menuruni anak tangga dengan hati-hati karena menggunakan dress yang panjang dengan heels yang cukup tinggi, Aksa dan Delpina sampai melotot melihat kecantikan Agrin, ini adalah kali pertama Agrin menggunakan gaun malam dan di dandani seperti ini.
"Apa yang aku katakan benar kan? Agrin memang sangat cantik, Tristan Willard sang Pewaris Willard Group, Ervand Hakim anak bungsu Presiden, ataupun Putra sulung Keluarga Mahawirya tidak mungkin bisa menolak kecantikan Agrinnia," ujar Aksa kepada Istrinya Delpina.
Delpina mengepalkan kuat kedua tangannya.
"Jadi kau berniat mengenalkan anak haram itu pada ketiga pria yang merupakan kandidat suami terbaik untuk Elsa, kau membuatku jijik!" pekik Delpina.
"Sebaiknya jaga sikap mu kalau tak mau ku tendang dari rumah ini," bisik Aksa.
Delpina menggigit bibirnya, wajahnya memerah karena menahan kesal.
Elsa sedang keluar bersama teman-temannya, sedangkan Elmand bermain game di kamarnya, kedua anak itu memang tak di ajak oleh Aksa ke Peresmian Hotel mereka kali ini, Aksa akan menjadikan Agrin pemeran utama malam ini di hadapan semua Relasi bisnisnya.
Agrin yang telah selesai menuruni anak tangga mendekat ke arah Aksa dan Delpina.
Aksa mengibaskan tangannya agar semua Pembantu pergi begitu juga MUA yang mengikuti Agrin dari belakang.
"Pasang raut wajahmu dengan baik kalau masih ingin hidup, dan panggil aku Papa dan juga Mama padanya," ujar Aksa melirik ke arah Delpina.
Agrin mengangguk sedangkan Delpina memalingkan wajahnya ke samping seakan-akan tidak ingin melihat kecantikan Agrin.
Ketiga anak manusia itu menaiki mobil sedan mewah keluaran terbaru, kali ini Aksa menyetir sendiri di temani sang Istri yang duduk di samping kursi pengemudi, sedangkan Agrin duduk di belakang sendirian sembari meremas jemarinya sendiri.
Meskipun sejak tadi gadis itu terlihat tenang, sebenarnya ia sangat gugup karena ini kali pertama ia akan bertemu banyak orang apalagi akan dijodohkan dengan orang yang tak ia kenal sebelumnya.
"Aku kedinginan," gumamnya.
Agrin yang memakai baju yang cukup terbuka merasa ia seperti barang yang ingin di pertontonkan dan ingin di lelang di hadapan para orang-orang kaya yang akan mereka temui malam ini.
Hatinya begitu terasa sakit, ia sadar kalau ia sedang di jual, kalau hal ini adalah sesuatu yang positif tentu saja Aksa dan Delpina akan menyodorkan Elsa bukan dirinya.
Setelah beberapa menit melakukan perjalanan dengan kecepatan sedang, akhirnya mereka tiba di Lobby Hotel, Agrin melihat keluar dan cukup tercengang melihat salah satu kemegahan Hotel milik Aksa.
"Kenapa b******n sepertinya mendapatkan keberuntungan sebesar ini," batin Agrin menatap tajam kepala bagian belakang pria paruh baya yang merupakan Ayah biologisnya itu.
"Kalian dengarkan kata-kata ku ini, lakukan apa yang seharusnya kalian lakukan, dan Agrin perlakuan kami layaknya orang tua mu, dan Delpina kau pasti paham apa yang harus kau lakukan kan?" ucap Aksa dengan intonasi suara yang menindas.
Bulu kuduk Delpina bahkan meremang mendengar perkataan Aksa, Ia hanya mengangguk dan malam ini ia harus bisa berakting dengan baik. Begitu juga dengan Agrin yang tak punya kuasa apa-apa selain menuruti perintah Aksa Darmayudha.
Ketiganya turun dari mobil dan langsung disambut oleh beberapa Staff Pegawai Hotel.
"Selamat datang Tuan Aksa dan Nyonya Delpina," sapa para Pegawai Hotel.
Aksa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis, bila di lihat dari sikapnya itu pasti semua orang akan berpikir kalau Aksa Darmayudha adalah seseorang atasan yang bermartabat sekaligus bijaksana. Mereka pun
berlalu meninggalkan para Staf Pegawai dan masuk ke dalam Ballroom Hotel yang sudah di dekor sedemikian rupa.
Beberapa tamu mulai memenuhi ruangan yang terlihat megah dan mewah itu.
Agrin kembali tercengang melihat semua orang dan juga pesta yang tengah di adakan, selama ini ia hidup terkekang di dalam rumah layaknya burung yang berada di dalam sangkar emas.
Agrin dengan hati-hati mengikuti langkah kaki Aksa dan Delpina dari belakang.
Namun Aksa berhenti membuat Agrin yang berada di belakang dan Delpina yang sedang merangkul suaminya di sebelah kanan itu ikut berhenti.
"Agrin, ke marilah Putriku yang cantik, rangkul tangan sebelah kiriku," ujarnya tersenyum lebar.
Karena terkejut dengan perlakuan dan perkataan Aksa, wajah Agrin bahkan sampai memerah, sedangkan Delpina seperti biasa wanita itu hanya bisa mendengus kesal.