“Mas Gio tidak bisa memutuskan kontrak kerjasama dengan seenak jidat. Kontrak ini bahkan baru ditandatangani beberapa jam yang lalu.”
“Aku tidak akan menjalin kerjasama dengan pria yang tega menyakiti perempuan. Apalagi yang kamu sakiti gadis sebaik Kalila. Seharusnya kamu bersyukur seorang Kalila Dirgantara mau menikah denganmu. Kamu malah selingkuh dengan p3lacur!”
“Mas—”
“Apa?! Mau protes, silahkan keluarkan semua argumenmu. Aku tidak akan percaya dengan semua yang kamu katakan.”
Elard menjambak rambutnya frustasi. Kepalanya rasanya ingin pecah karena kontrak kerjasama dengan Perusahaan Trisula Textile dibatalkan sepihak oleh Giorgio.
Semua itu gara-gara Hasna. Seorang office girls yang lancang membicarakan masalah rumah tangganya yang telah hancur berantakan.
Gio adalah kakak tingkatnya saat kuliah di US. Hubungannya masih terjalin baik meski keduanya jarang bertemu karena kesibukan masing-masing.
“Aku harus gimana lagi Mas? Kepalaku rasanya ingin pecah setiap kali memikirkan hubunganku dengan Kalila. Apalagi keluarga Dirgantara sangat membenciku. Hal itu membuatku kesulitan untuk mendekatinya.”
“Kalau aku jadi Pak Ihsan tidak akan memberikan restu jika pria sepertimu mendekati putrinya lagi. Otakmu tidak hanya buntu tapi sudah berkarat. Setelah menyakiti Kalila, teganya kamu menuduhnya memasukkan obat penggugur kandungan ke dalam minuman p3lacur itu, pikirkan seberapa sakit hatinya saat kamu mengatakan fitnah keji itu?!”
Gio meminta istri dan kedua anaknya pulang ke rumah lebih dulu. Karena dia harus memberikan pelajaran untuk sahabatnya.
Sejak dulu Elard selalu dikejar-kejar wanita. Namun, dia tak pernah tertarik dengan para wanita itu meski ditawari permainan ranjang. Hanya Kalila gadis yang membuatnya jatuh cinta sejak remaja.
Sayangnya nasib sial menimpanya hingga dia harus kehilangan gadis yang menjadi cinta pertamanya. Tak hanya itu saja, reputasinya dalam dunia bisnis pun sempat jelek karena berurusan dengan Ihsan Dirgantara dan kedua menantunya.
“Aku mengaku salah Mas— Aku tidak bermaksud memfitnah Lila."
“Tapi kamu telah melakukan tindakan menjijikkan itu,” sahut Gio bersungut-sungut.
“Beri aku cara untuk meluluhkan hati Pak Ihsan dan Bu Indira. Aku sungguh ingin memperbaiki kesalahan empat tahun yang lalu.”
“Kamu pikir Ammar dan Arsya akan membiarkan iparnya menikah denganmu?”
Gio mengangkat sebelah alisnya. Kedua ipar Kalila bukan orang sembarangan. Dalam dunia bisnis mereka sangat disegani. Meski keluarga Elard tergolong kaya raya masih jauh dibawah mereka.
“Aku tidak pernah memiliki niatan untuk menyakiti Kalila. Aku sungguh mencintainya—”
Elard meremas rambutnya dengan kuat. Air matanya mengalir deras saking tak tahannya menahan kesedihan. Sebenarnya bukan hanya Kalila yang hancur melainkan pria itu juga.
Namun, tidak ada yang peduli dengan Elard. Mereka menyalahkannya karena berselingkuh hingga selingkuhannya itu hamil.
Gio mengambil surat kontrak kerjasama yang asli. Lalu memberikannya pada sang sahabat. Kemudian dia pamit undur diri karena putri sulungnya merengek minta ditemani jalan-jalan.
“Terima kasih, Mas,” ujar Elard.
“Jangan mendekati Kalila! Hubungan mu dengan p3lacur itu belum selesai. Jika kamu memaksa Kalila yang akan menjadi korbannya lagi.”
Elard mengangguk lemah tanda mengerti. Kemudian menatap kepergian sahabatnya dengan nanar. Pria yang terkenal dingin, kaku dan angkuh hanya mengeluarkan air matanya jika teringat akan masalahnya dengan Kalila.
***
Viona membanting semua barang yang ada di dalam kontrakan. Hatinya kesal karena sahabatnya yang selama ini dipercaya memintanya meninggalkan Jogja.
Hanya Hasna satu-satunya teman yang masih percaya dengannya. Sementara yang lain tak sudi berteman dengannya setelah ketahun menjadi seorang pelakor.
“Aku tidak mau keluargaku diganggu oleh Elard. Vio, kamu tahu ‘kan seberapa berkuasa keluarga Al-Fathan di kota ini? Tinggal tunjuk semua yang diinginkan akan menjadi kenyataan.”
“Kamu tidak punya hati nurani, Na. Sahabatmu datang ke Jogja bukan untuk liburan melainkan mempertahankan rumah tangga. Beginikah caramu membalas budi padaku?”
Hasna tak bisa berkata-kata lagi jika Viona mengungkit kebaikannya. Berkat pertolongan sahabatnya kedua orang tuanya bisa selamat dari kecelakaan. Bahkan Viona juga membiayai sekolah adik-adiknya hingga lulus dari bangku SMA.
Kini saatnya Hasna membalas kebaikan sahabatnya itu. Jika tidak, dirinya akan dibayang-bayangi Viona terus menerus.
“Lalu aku harus bagaimana? Elard hanya memberiku waktu lima jam untuk membuat kamu pergi dari Jogja. Aku takut Vio—”
“Elard tidak mungkin menyakitiku. Bagaimanapun juga aku ini adalah istrinya. Ibu dari darah dagingnya.”
“Mantan istri maksudmu?”
“Diam kamu! Sampai kapanpun aku tidak akan bercerai dengan Elard.”
“Kamu sendiri yang membuang—”
“STOP! Jaga mulutmu Hasna! Aku tidak suka kamu mengungkit kejadian yang sudah lewat.”
Begitulah Viona. Sudah tahu jika dirinya salah tapi tidak mau memperbaiki kesalahannya. Justru kembali melakukan kesalahan-kesalahan yang lebih fatal lagi.
Dampaknya tidak hanya pada dirinya. Melainkan pada semua orang yang dekat dengannya. Tak terkecuali Hasna. Beberapa waktu yang lalu dia baru saja kehilangan pekerjaannya.
Karena mulut lancangnya, Hasna terkena sp3, tanpa pesangon HRD langsung memecatnya. Kini dia kembali menjadi pengangguran. Padahal gajinya di Trisula Textile cukup besar bisa untuk menghidupi anggota keluarganya.
“Aku tidak bisa membantumu. Mulai besok aku akan sibuk mencari pekerjaan.”
“Buat apa mencari pekerjaan?”
“Kamu masih punya uang?”
Viona tersenyum tipis. Uang yang diberikan oleh Elard cukup untuk berfoya-foya selama bertahun-tahun. Dan, dia belum pernah menggunakan uang itu. Selama ini Viona hidup dengan gajinya sendiri ketika masih bekerja sebagai sekretaris.
“Gajimu 20 juta perbulan jika mau menjalankan tugas dariku.”
Hasna membelalakkan kedua matanya. Kaget dengan tawaran dari sahabatnya. “Kamu serius Vio?”
“Kapan aku pernah bercanda tentang Elard?” tanya balik Viona.
Tak ada pilihan lain Hasna pun setuju tanpa berpikir dua kali. Uang sebanyak itu bisa digunakan untuk biaya hidupnya dan kedua orang tuanya. Sisanya akan dipergunakan sebagai modal usaha.
“Jelaskan tugas yang harus aku lakukan,” pintanya.
“Mudah saja—”
Viona membisikkan rencana jahat yang telah dipikirkannya secara matang. Rencana itu diperuntukan untuk Kalila.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Viona dengan senyum mengerikan. Wanita itu benar-benar telah dirasuki oleh setan terkutuk.
"Rencana yang sangat bagus," jawab Hasna dengan ragu. Tak yakin dirinya akan selamat jika rencana yang dibuat sahabatnya gagal.
Viona tertawa sangat keras seperti orang gila. Ambisinya untuk mendapatkan Elard membuat akal sehatnya menghilang. Didalam otaknya saat ini hanya ada rencana jahat untuk menjauhkan Elard dan Kalila.
"Sebentar lagi aku akan menyingkirkan anak pungut itu, haha."
Tawa keras Viona menggema di seluruh ruang tamunya yang berukuran kecil. Penampilannya acak-acakan mirip sekali dengan pasien rumah sakit jiwa yang kabur.
Takut menjadi sasaran amukan dari sahabatnya, Hasna pun meninggalkan kontrakan dengan tergesa.
Hatinya masih bimbang dengan rencana yang dibuat oleh Viona. Salah langkah sedikit tak hanya nyawanya yang terancam melainkan nyawa seluruh anggota keluarganya.
"Astaghfirullah," teriak Hasna saat menabrak seorang pria yang muncul tiba-tiba dari luar pintu gerbang kontrakan Viona.