I’m Not Virgin Again!

1211 Kata
K berdiri sejenak menatap ke arah jendela kaca, menatap kosong pemandangan dan arus lalu lintas yang terlihat kecil dari atas gedung tempatnya memandang. Dia mendekap tangannya sembari menikmati air mineral seteguk demi seteguk dengan sesekali mencuri pandang kearah Allana yang masih tertidur pulas. “Tak masalah-kah, jika nantinya aku meninggalkan dia begitu saja saat ini? Hmm mengapa aku merasa bersalah padanya. Wajah polosnya membuatku tak leluasa. Atau karena aku yang telah bertindak menggunakan perasaan? Entahlah!” gumamnya perlahan. K menarik nafasnya perlahan lalu melirik jam di tangannya dan membuatnya mendengkus kesal, karena dia wajib hadir di lokasi shotting tanpa boleh telat, karena dia telah dua kali berselisih paham dengan sang sutradara yang terkenal disiplin waktu. Hati kecilnya masih ingin berlama-lama di kamar ini, karena saat ini adalah sisi ternyaman yang pernah dia rasakan. “Hhhhhh” K menghela nafasnya dalam dan menghembuskannya kuat. Dengan malas dia berjalan menuju bathroom dan segera mandi, tak membutuhkan waktu yang lama baginya karena jam telah sangat mepet dengan jadwal shotting.. K bergegas keluar dari dalam bathroom untuk berganti pakaian, lalu dengan ragu dia mengeluarkan sejumlah uang dari dalam tasnya dan menaruhnya di dalam goodie bag di atas meja kemudian berjalan meninggalkan Allana Shawn tertidur di atas kasur sendirian. Dia menoleh sejenak menatap wanita yang telah dia renggut kesuciannya tadi malam, dan secara spontan dia memutar tubuhnya menuju ranjang dimana Allana masih terlelap dengan wajah polos bak Dewi. K menatap Allana lekat, tangannya menarik selimut dan menutup tubuh wanita yang memberikan jawaban atas rasa penasaran dengan sebutan kenikmatan dunia yang sering dia dengar dari rekan sesama artis yang pernah menikmati keperawanan seorang wanita. Tanpa sadar K membelai rambut Allana, lalu dia tersentak oleh getar ponsel di saku celananya, hingga membuatnya mundur beberapa langkah, lalu dengan sigap memutar tubuhnya dan berjalan menuju pintu kamar presiden suite hotel bintang lima itu. K perlahan menutup pintu, kemudian dia merogoh ponsel dari saku celananya, dia melirik nomor sang manager yang baru saja menghubunginya, lalu K dengan sigap menghubungi pengawalnya untuk mengawal ketat dirinya menuju lokasi shooting yang akan di lakukan pagi setelah sarapan karena hujan sudah tak lagi mengguyur bumi. K menaiki mobil dengan di kawal dua mobil pengawal pribadi yang selalu setia menemaninya kemanapun dia pergi. Pikiran K terbelah menjadi dua antara kamar hotel dan lokasi shooting. Waktu terus berlalu tanpa terasa, terlihat di sebuah kamar mewah hotel bintang lima, Allana baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa berdenyut hingga dia memegang kepalanya yang terasa sakit, tapi matanya berat untuk dia buka, tubuhnya terasa remuk seperti habis bekerja keras, dan satu lagi selangkangannya terasa perih, ngilu. “Ahh! Ada apa denganku? Ataukah aku sedang di alam mimpi? Tapi mengapa sakit ini jelas terasa bagiku. Heii! Apa-apaan ini?” rintih Allana sembari memegangi kepalanya. Allana mengumpulkan seluruh kekuatan yang di milikinya untuk membuka matanya lebar-lebar, karena merasa seperti ada yang tidak beres dengan dirinya, di tambah dengan situasi kamar yang lebih empuk dari kamar rumah kontrakannya. “Tunggu! Ini seperti bukan kamarku? Ataukah aku sudah melintasi waktu dan berada di sebuah tempat yang jauh berada ribuan tahun di ke masa depan? Atau justru ribuan tahun masa silam? Tidak! Tidak! Itu hanyalah ada di drama Korea dan China yang aku tonton…” Allana menggeleng, lalu dia meraba tubuhnya dari balik selimut dan menyadari bahwa kini dia tanpa mengenakan busana sama sekali, lalu dengan liar dan jantung berdegub semakin kencang matanya memandang sekeliling. “ Hah?! Hotel? Tidak mungkin! Tapi, Ya. Aku berada di hotel. Mengapa aku di hotel. Hotel siapa ini? Mengapa aku tanpa busana. Apa yang terjadi sebenarnya. Ayoo Allana, kumpulkan dulu nyawamu dan kembalikan fokusmu...” gumamnya perlahan, lalu dia mengedarkan pandangan sekeliling, matanya tertuju pada bercak darah di atas sprey, dia mulai panik dan spontan dia menjerit histeris " Aaaaaaaaaaaaaaaawwwwwww..!! Apa yang terjadi denganku?! Mengapa aku berada disini? Dan apa ini?! Mengapa ada bercak darah? Akankah aku melakukan sesuatu? Lalu dengan siapa?? Tuhaaaan.!!! Apa yang terjadi denganku?! " jeritnya histeris sembari berusaha berdiri dan melompat seperi orang gila berlari kesana kemari seputar kamar, dia mengabaikan rasa sakit dan ngilu yang dia rasakan, saat ini hatinya sangat kacau. " Oh Tuhan.!!! Apa yang terjadi denganku? Mengapa aku ingatanku samar terasa? Mengapa aku berada disini? Dan apa ini?!" Tangisnya menyayat pilu terlebih setelah matanya mendapati papper bag coklat dberisi tumpukan uang dengan gepokan besar ratusan ribu, penuh satu papper bag. Allana terkulai lemah diatas karpet tebal kamar hotel president suite, dia menyandarkan tubuhnya di tepi ranjang. Hatinya berkecamuk, hingga tubuhnya bergetar hebat, antara sedih, takut malu dan jijik. Apa yang dapat dia lakukan saat ini seroang diri di kamar mewah dengan tumpukan uang ratusan ribu. Apa artinya uang jika semuanya seperti ini. Hancur sudah harapannya untuk menggapai masa depan yang cerah bersama teman - temannya, kini dia tak suci lagi, lalu apa yang akan dia katakan kelak dengan suaminya di masa depan ketika sang suami mengetahui dirinya adalah calon istri yang sudah tidak perawan? "Sepertinya wajah pria yang mengajakku tadi malam itu terlihat tidak asing, aku pernah bertemu dengannya. Siapa sebenarnya dia? Kalau aku sudah begini, mungkinkah ada seorang pria yang mau menikah denganku nantinya? Wanita yang tidak perawan lagi?" Allana menggigit bibir bawahnya, dengan lemah dia mengusap air mata yang terus mengalir bak air bah yang turun dari langit. Jujur saja, dia bingung saat ini harus berbuat apa, karena dunianya runtuh seketika setelah mengetahui dirinya dalam keadaan seperti saat ini. Ingin rasanya saat ini dia berhenti bernafas dan menutup matanya untuk selamanya, apalagi yang akan di banggakan seorang wanita desa sepertinya, jika bukan keperawanan yang masih sanggup di pertahankan. Sekelebat dia teringat pesan ibunya yang tengah terbaring lemah di rumah sakit. "Allana anakku, sebagaimanapun khilafmu di rantau dalam menimba ilmu, kau harus bisa melindungi milikmu satu-satunya, demi masa depanmu Nak, kalau itu telah hilang, maka hilanglah harga dirimu dan harapanmu, Nak…" Allana semakin meraung kencang mengingat nasehat sang ibu yang tengah berjuang melawan kanker yang di deritanya. Dia menghantamkan kepalanya berkali-kali di tepi ranjang, menyesali kejadian mengapa musibah ini menimpanya, akankah dia sanggup menghadapi dunianya? Pandangannya kosong menatap jendela kamar hotel, yang terlintas di kepalanya adalah bagaimana cara untuk menjatuhkan diri dari balik jendela itu, agar dia tak lagi merasa hina dan rendah diri atas apa yang telah terjadi dengannya tanpa keinginannya. Tanpa sadar Allana bangkit berdiri dengan berbalutkan kimono yang tersedia dikamar hotel itu, dia melangkah kearah jendela kamar hotel tempat nya berada. Allana menatap kebawah, dan ternyata dia berada di lantai yang sangat tinggi,matanya menatap gedung-gedung pencakar langit di hadapannya, lalu tangannya membuka jendela perlahan tapi pasti Allana melangkah keluar balkon hotel. “Apa arti aku ada di dunia ini, jika akhirnya aku tak memiliki apapun di dunia ini? Semua hancur berantakan sebelum aku memulainya, biarlah semua beban dan rasa malu ini aku tanggung sendiri. Aku tak mau orang tuaku terhina setelah mendapat lelaki yang nantinya menikahiku dan menceritakan ke orang lain bahwa istri yang baru saja di nikahinya ternyata sudah tak perawan. Apa yang akan terjadi di kampungku?” isaknya pilu. Allana memutuskan untuk mengakhiri semuanya, dan menutup kisahnya sampai disini, karena dia tak tahu harus menyalahkan siapa atas kejadian ini. Terbukti tak ada seorangpun di kamar itu, hanya dirinya dan tumpukan uang gepokan ratusan ribu diatas meja. Kakinya melangkahi besi pagar balkon, dia memejamkan mata rapat-rapat karena pada hakekatnya Allana takut akan ketinggian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN