Bab 27 Laksa “Ibu pisahin saja buat Mbak Rahma. Biar pas pulang bisa nyicip juga.” Aku memberikan ide pada ibu mertuaku. Dia tampak bahagia dan langsung mwmisahkan makanan—yang menurutku malah sudah terasa membosankan—pada piring-piring kecil, untuk Mbak Rahma, kakak iparku. Lantas, kami melanjutkan makan kembali. Ada yang perih menusuk dalam kalbu ketika melihat kedua orang yang mulai kuperhitungkan keberadaannya dalam hidupku menyuap dengan begitu lahap. Ada rasa bersalah yang menguar begitu hebat. Meski memang tak sepenuhnya salah, tetapi aku turut membuat hidup mereka berantakan selama dua setengah tahun ini. Andai malam itu aku tak melakukan hal memalukan pada Humaira, mungkin hari ini aku masih bahagia hidup bersama keluarga kecilku, Aidan dan Keysa. Semenjak kejadian nahas yang