Bab 25

1506 Kata

Bab 25 Mbak Rahma menyambutnya begitu hangat. Mungkin karena Nindi ini adik dari sahabatnya. Dia menggiring Nindi untuk duduk pada kursi di dekatku dan Mas Laksa. Mbak Rahma lantas keluar dan tak lama kembali dengan dua lelaki paruh baya, Pak Suseno dan ayah dari Nindi, Pak Setiadi. Keduanya tampak begitu akrab. Dengan sigap, Mbak Rahma mengambil makanan dari dapur dan menyuguhkannya. Dia menyapa dengan sangat manis dan senyumnya tak luput tersungging pada bibirnya. “Silakan, Pak.” Mbak Rahma mempersilakan mereka. “Makasih, Rahma.” Pak Setiadi tersenyum dan mengangguk sopan. “Sama-sama, Pak Adi. Mari, Pak.” Mbak Rahma pun kemudian undur diri. Aku duduk dengan perasaan tak nyaman. Apalagi berada dalam jarak yang tak jauh dengan bapaknya Mbak Keysa. Rasanya, aku menjadi sumber perhatia

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN