Bab 23 Rahma Pengaruh obat tidur pada Humaira perlahan hilang dan akhirnya dia pun sadar. Dia histeris, lebih histeris daripada aku. Bahkan, tubuhnya bergetar dan suaranya sampai parau. Aku tak terlalu memperhatikan semua yang sudah sibuk berkomentar dan menerka-nerka siapa pelakunya. Sudut mataku sibuk mencari Ardi, lelaki yang katanya akan jadi dewa penolong untuk Humaira. Namun, kenapa dia tak kunjung datang hingga sekarang? Semua kekacauan berangsur sirna ketika aku memutuskan untuk membawa Humaira ke kamar kami dan meminta maaf pada Keysa. Aku tak tahu jika itu kamarnya. Andai aku tahu, pasti akan kupilih kamar yang lain untuk melakukan aksi ini. Berkali-kali Humaira histeris dan pingsan, hingga akhirnya Keysa meminta sopirnya untuk mengantar kami pulang. Baru kami hendak berang