Bab 9

923 Kata

Bab 9 Perlahan tetapi pasti, akhirnya aku sampai di pekarangan rumah. Aku memarkirkan motor. Ada lima orang yang tengah duduk melingkari meja kayu buatan Bapak di teras. Aku menelan saliva ketika melihat lelaki jangkung yang menoleh padaku. Di tersenyum. Senyum yang pernah memberikan harapan, setelah aku patah hati berulang. Sedang apa dia di sini? Lalu siapa mereka yang datang bersamanya? “Assalamualaikum.” Suaraku memecah hening. “Waalaikumsalam.” Mas Rustam menjawab. Dia bangkit, lalu berjalan mendekat. Aku mematung, menatap Ibu dan Mas Rustam yang berdiri menyambutku. Ada rasa gelisah yang memenuhi rongga d**a. “Lagi ngapain kamu di sini, Mas?” telisikku. “Ra, masuk dulu. Ibu mau bicara.” Ibu menepuk lembut bahuku dan mengajakku ke dalam. Namun aku bertahan. Aku tak mau lama-lam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN