"Siapa?" Maira kepo. Ia berdiri tepat di belakang Agha yang hendak berangkat. Tangan kanan memeluk pinggangnya. Tangan kiri memegang bekal makanannya. "Temen baru di rumah sakit. Kan kita bareng tuh." "Siapa namanya?" Memang tak ada nama kontaknya. Itu nomor baru dan Agha juga baru tahu. Seingatnya Bara memberikan nomor ponsel tapi bukan miliknya. Lalu bagaimana perempuan ini bisa mendapatkan nomornya? "Geya, dear." Mata Maira menyipit. Ia menatap Agha ke arah kanan atas. Karena Agha memang lebih tinggi darinya. Meski perbedaan itu tak jauh-jauh amat. "Emang udah janjian mau berangkat bareng. Soalnya mereka bilang kalo gak ada kendaraan. Kalo naik ojol bisa bengkak juga pengeluaran. Jadi nebeng. Kasihan juga kalau gak dibantu." Bibir Maira mengerucut. Perempuan itu melepas rangkul