37 - Ramuan

1535 Kata
Pagi hari ini sama seperti hari yang lainnya. Zeth dibangunkan oleh suara berisik dari Leon. Kyle langsung melempar bantal tidurnya pada Leon, yang langsung membuatnya terdiam. Sepanjang perjalanannya ke akademi, Leon tidak pernah berhenti bertanya pada Zeth hubungan apa yang sebenarnya dimiliki oleh dirinya dan Dewi Syv yang selalu dikaguminya itu. Tentu saja, Zeth menjawab dengan mereka berdua hanya teman saja. Namun, Leon tetap tidak terima dengan jawaban yang diberikan oleh Zeth itu. “Lalu, kau ingin aku jawab apa?” kata Zeth sambil mendorong Leon menjauh dari dirinya. “Sudah kukatakan, aku dan Syv itu hanya teman.” “Tapi kenapa Dewi Syv selalu menunggumu setiap pagi di pintu masuk akademi!?” tanya Leon kesekian kalinya. “Karena aku juga bagian dari anggota OSIS …” “Kenapa saat aku ingin bergabung dengan OSIS, seorang kakak kelas dengan rambut merah menyala bagaikan api itu menolakku!?” “Karena terlihat jelas kalau kau bergabung dengan OSIS hanya ingin main-main saja, Leon!” Pertanyaan itu dijawab oleh Kyle. “Main-main apanya? Aku sungguh-sungguh ingin bergabung menjadi anggota OSIS dan membantu Dewi Syv untuk berpatroli di lingkungan akademi!” Batin Zeth sudah lelah, akhirnya ia mengabaikan Leon yang terus merengek padanya. Rengekkan Leon semakin kencang ketika melihat Dewi yang selalu ia kagumi melambaikan tangannya dengan senyuman cerah bak matahari pada Zeth. Di sampingnya, Kyle hanya menggelengkan kepalanya. “Selamat pagi, Leon, Kyle,” sapa Syville ramah. Mendengar namanya disebutkan terlebih dahulu dari pada Kyle dan Zeth, suasana hati Leon menjadi jauh lebih baik. “Selamat pagi Dew—Syv. Kau akan ke ruang OSIS?” Syville menganggukkan kepalanya. “Seperti biasa! Ayo, Zeth?” “Mmm,” jawab Zeth singkat. Leon menatap Zeth dengan pandangan yang tajam, kemudian berbisik padanya, “Apa itu hanya, ‘mmm’!? Kau tahu berapa sulit aku mengajak Dewi Syv berbicara dan kau hanya membalasnya dengan singkat!?” “Mmm,” balas Zeth lagi. Belum sempat Leon kembali berbicara, Kyle sudah memotongnya dengan cepat, “Oh, aku ikut dengan kalian ke ruang OSIS. Aku harus memberikan beberapa berkas pada Ketua OSIS.” Leon menatap Kyle dengan tidak percaya, kemudian berdeham pelan. “Mau aku temani?” “Tidak perlu,” jawab Kyle singkat. “Ayo kita pergi sebelum jam pertama kelas dimulai.” “Hei! Jadi ini yang namanya saudara seperjuangan?” Zeth, Syville dan Kyle tentu mengabaikan rengekkan Leon yang mulai menarik banyak perhatian. Tatapan yang Zeth rasakan untungnya tidak seperti kemarin. Sepertinya seseorang yang menggunakan sihir hitam atau apalah itu tidak akan menggunakan rencananya seperti kemarin lagi. Syville masuk terlebih dahulu ke dalam ruang OSIS, disusul oleh Zeth dan Kyle. Di sana, hanya ada Arlo dan Karin. Seperti biasa, Arlo sedang mengerjakan sesuatu di mejanya, sedangkan Karin sedang mengunyah kue kering yang kemungkinan buatan Arlo dengan mulutnya yang penuh. “Of, Sefamat fahi!” kata Karin dengan pipinya yang tembam seperti tupai yang mulutnya dipenuhi oleh makanan. “Selamat pagi, Karin! Selamat pagi, Arlo!” sapa Syville. Zeth dan Kyle juga ikut menyapa dengan singkat. “Ini catatan yang kau perlukan, Ketua OSIS,” kata Kyle sambil meletakkan sebuah amplop berwarna cokelat di meja Arlo. “Oh, terima kasih,” jawab Arlo singkat Karin menaikkan kedua alisnya. “Hmm? Apa kita ada anggota baru lagi? Kenapa aku tidak tahu!?” “Bukan seperti itu, Wakil Ketua OSIS. Aku hanya memberi Ketua OSIS catatan untuk membuat kue es krim …” Perkataan Kyle terpotong karena Karin yang tersedak oleh kue yang dimakannya. “Apa!? Kue es krim? Apa kau akan membuatnya, Arlo!?” Arlo hanya tersenyum tipis. “Tidak saat ini, Karin. Mungkin nanti saat jam makan siang atau setelah kelas terakhir selesai.” “Oh! Oh! Oh! Aku juga mau, berikan aku, jangan lupakan akuuu,” rengek Karin. “Tentu. Pastikan kau ada di sini nanti.” “Oh, pasti!” kata Karin semangat sambil mengangguk-anggukkan kepalanya cepat. “Baiklah, aku akan langsung ke kelasku,” kata Kyle singkat lalu ia keluar dari ruangan itu. “Eee~ jadi kapan aku bisa memakannyaa?” tanya Karin sambil melompat kegirangan ke sebelah Arlo. “Nanti. Saat ini Aimee sedang membeli bahan-bahannya. Aku akan mulai buat kue itu saat jam makan siang, kemungkinan kuenya akan jadi setelah kelas terakhir selesai.” “Uuuu~ Ketua OSIS memang hebat~” kata Karin sambil memijat bahu Arlo, yang tentunya langsung Arlo usir. “Umm … seperti biasa aku akan melakukan berpatroli dengan Zeth setelah kami makan siang dan kelas terakhir kami,” kata Syville. “Baiklah, mohon bantuannya.” Seperti biasa, Arlo kembali mengerjakan tugasnya. Karena Karin diusir oleh Arlo, akhirnya ia kembali duduk di kursi sebelumnya dan kembali mengunyah kue keringnya. Saat Syville dan Zeth akan keluar ruangan itu, Arlo menghentikannya, “Ah. Kau hanya perlu berpatroli saat jam makan siang saja, Syv, Zeth. Saat jam pelajaran terakhir selesai, langsung ke ruangan ini. Jangan lupa ajak teman-temanmu juga.” “Hnm!? Berarti akan banyak orang yang makan kueku juga, dong!?” sahut Karin tidak setuju. Arlo mengerutkan keningnya. “Jangan terlalu banyak makan makanan manis, Karin. Semakin hari kau semakin gendut.” Meski tidak berkata apa pun, terlihat jelas kalau Karin terkejut dengan kata-kata Arlo. Bahkan kue yang hampir masuk ke dalam mulutnya terjatuh. Syville hanya terkekeh pelan, kemudian ia dan Zeth langsung keluar dari ruangan OSIS dan menuju kelasnya masing-masing. Sesampainya di kelas, Kyle langsung menarik Zeth ke pojok ruangan dan berbicara dengan suara yang pelan, “Bagaimana?” “Karin akan tetap berada di ruang OSIS setelah kelas berakhir. Arlo juga meminta teman-temanku datang ke sana dengan alasan makan kue bersama …” Kyle mengangguk-anggukkan kepalanya karena berpikir ide Arlo untuk menjebak Karin cukup bagus. “Meski Arlo dan Aimee berpikir bahwa Karin salah satu anggota dari kelompok itu, mereka belum tahu kebenarannya.” Zeth ikut menganggukkan kepalanya. “Apa ramuan itu benar-benar bekerja?” Kyle mengangkat kedua bahunya. “Aku tidak tahu, hanya mendengarnya dari penjaga perpustakaan tua … dengan Aimee dan temanmu bernama Jura itu yang membuatnya, ramuan itu tidak akan gagal, ‘kan?” Zeth tidak menjawab pertanyaan itu karena ia sendiri belum yakin. . . Seperti biasa, setelah Zeth dan Syville selesai makan siang, mereka berdua langsung berpatroli mengelilingi lantai dua dan tiga akademi itu. Yang untungnya tidak ada masalah yang besar, hanya ada seorang murid yang tidak sengaja meledakkan satu ruang kelas karena mantra yang ia sebutkan salah. Ketika berpatroli, Zeth dan Syville berpapasan dengan Jura yang sedang dikelilingi oleh banyak murid yang bertanya tentang praktik sihir. Zeth mengangkat kedua alisnya bertanya pada Jura tentang ramuan yang seharusnya ia dan Aimee buat tanpa suara. Membalas tatapan dari Zeth, Jura menganggukkan kepalanya sekali sambil mengedipkan sebelah matanya. Sepertinya ramuan itu berhasil dibuat. Zeth tidak tahu bagaimana keadaan Lucius yang sedang memantau lokasi kemungkinan kelompok Pengguna Sihir Hitam. Tetapi yang jelas ketika Zeth dan Syville menyusup ke dalam dapur untuk melihat Key, ruangan itu dipenuhi oleh asap hitam. Langsung saja mereka berdua lari menjauhi ruangan itu, sambil berharap semoga Key tidak menjadi buronan karena membunuh seseorang dengan racun … Dengan cepat Zeth dan Syville menyelesaikan patrolinya, dan kelas terakhir pun berlalu tanpa ada kejadian yang berarti. Zeth dan Kyle menunggu Syville di tangga utama menuju ruang OSIS setelah berhasil mengelabui Leon untuk pergi terlebih dahulu. Di ruang OSIS sudah ada Karin yang tidak bisa diam di tempat duduknya, dan Aimee yang sedang menyiapkan peralatan makan. Setelah masuk ke dalamnya, Syville langsung membantu Aimee untuk membereskan meja, sedangkan Zeth dan Kyle diminta untuk langsung duduk. Beberapa menit kemudian, Arlo keluar dari ruangan yang belum pernah Zeth sadari. Pintu ruangan itu hampir tidak terlihat karena dilapisi oleh wallpaper juga, dan sedikit terhalangi oleh rak buku. Dari dalam sana, Arlo membawa sebuah kue dengan ukuran yang cukup besar. Mata Karin langsung bersinar cerah ketika melihatnya, ia menahan air liurnya yang hampir menetes. “Oh! Akhirnyaa, kuekuu!” Aimee memukul tangan Karin yang hampir merebut kue itu dari Arlo. “Sabar, biarkan aku potong dengan ukuran yang sama.” “Mmm~ aku ingin yang ada stroberi di atasnya!” sahut Karin langsung menyodorkan piringnya pada Aimee. Aimee hanya mendesah panjang kemudian memberi Karin potongan kue dengan stroberi di atasnya. Ia juga mulai memberi Zeth dan yang lainnya potongan kue. Dengan lahap, Karin makan kue itu terlebih dahulu. Dari ujung matanya, Zeth bisa melihat tubuh Arlo mulai santai. Sepertinya ia merasa tegang khawatir kalau Karin curiga, untung saja tidak sama sekali. Setelah setengah dari kue yang ada di piring Karin dilahap habis olehnya, Jura masuk ke dalam ruang OSIS tanpa permisi terlebih dahulu. “Mana dia?” tanya Jura. Aimee menunjuk Karin dengan dagunya. Karin hanya memiringkan kepalanya bingung menatap Jura yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang OSIS. “Kau, apa kau anggota dari kelompok Pengguna Sihir Hitam itu?” tanya Jura langsung. “Betul~ bagaimana kau bisa tahu?” jawab Karin dengan santai, mulutnya masih penuh dengan kue. Mendengar jawaban dari Karin secara langsung, sepertinya ramuan yang dibuat oleh Jura dan Aimee bekerja dengan bagus. Jura langsung mendesah panjang, kemudian duduk di depan Karin. Sedangkan Zeth dan yang lainnya hanya terdiam melihat interogasi itu. “Apa tujuan kelompokmu dengan menciptakan dunia ini?” tanya Jura lagi. “Hm? Karena Sang Penguasa membutuhkan energi sihir yang cukup banyak untuk perang selanjutnya!” jawab Karin tanpa ragu, bahkan ia minta tambahan kue dari Aimee. “Perang? Perang apa?” “Perang untuk melawan seseorang yang akan menjatuhkannya~” “Apa maksudmu di dunia ini?” Karin menggeleng-gelengkan kepalanya. “Dunia di luar sana. Sang Penguasa akan melawan orang-orang yang dikirim ke masa ini untuk menghancurkan seluruh rencananya.” Zeth mengerutkan keningnya mendengar jawaban itu. Ia langsung menatap Syville yang juga dibalas olehnya. Sebelah alisnya terangkat. Kenapa … Zeth merasa jawaban dari Karin itu dimaksudkan oleh ia dan yang lainnya? “Ya~ selama ratusan tahun Sang Penguasa tidak pernah menggunakannya, sih. Karena orang-orang itu tidak pernah berhasil untuk menemukan kebenarannya,” tambah Karin. Kali ini, suaranya terdengar menyeramkan. Tidak seperti biasanya dengan nada yang riang dan terdengar seperti anak kecil. Jura mengerutkan keningnya mendengar perkataan Karin. “Apa itu ada hubungannya dengan The Oblivion?” Karin hanya tertawa singkat. Ia menaruh garpunya dengan dentingan pelan. “Itu benar,” jawabnya. “Kalian pikir, aku tidak sadar dengan ramuan yang kalian campurkan pada kue ini?” Aimee menancapkan pisau yang ia gunakan untuk memotong kue ke atas meja dengan keras. “Lalu, kenapa kau masih memakannya!?” Karin kembali tertawa. “Karena, sang Ratu akan segera lahir.” []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN