Aimee menancapkan pisau yang ia gunakan untuk memotong kue ke atas meja dengan keras. “Lalu, kenapa kau masih memakannya!?”
Karin kembali tertawa. “Karena, sang Ratu akan segera lahir.” Ia menahan dagunya dengan sebelah tangannya, tangannya yang bebas memainkan garpu yang ia pakai untuk makan kue. “Apa pun yang kalian lakukan selanjutnya, semuanya sudah terlambat,” lanjutnya.
Jura mengerutkan keningnya mendengar hal itu. “Di mana Airella?”
“Airella? Siapa itu?” tanya Karin sambil memiringkan kepalanya bingung. Beberapa detik kemudian, ekspresinya berubah. “Oh! Maksudnya temanmu yang ikut bersamamu masuk ke dunia ini beberapa hari lalu, ya? Tenang saja, seharusnya ia berterima kasih karena tubuhnya bisa digunakan menjadi tempat untuk jiwa Ratu kami!”
“Kau pikir semua berada di bawah kendalimu? Aku bisa dengan mudah membunuhmu, kau tahu?” kata Jura dengan suaranya yang direndahkan. Bahkan Zeth merasa kalau suhu di sekitarnya mulai menurun.
Mendengar perkataan Jura, Karin hanya tertawa. “Lalu, kenapa? Pasukan kami tidak pernah takut mati untuk melawan orang-orang seperti kalian.”
Tiba-tiba saja Aimee menciptakan bola api dan menyerang Karin. Sayangnya, serangan mendadak dari Aimee dengan mudah ditahan oleh Karin dengan penghalang magis yang ia buat. Sambil tersenyum tipis, Karin berkata, “Ternyata kemampuan sihir dari anggota Kementrian Sihir kota Choveil hanya sebatas ini, ya?”
“Kau …” Aimee menggeram marah, sebelum ia menyerang Karin lagi, Arlo berhasil menghentikannya.
Karin hanya tertawa dengan wajah seperti seorang psycho. Kemudian ia berdiri dari duduknya dan mengambil kue yang dibuat Arlo. “Terima kasih atas kuenya~ Selanjutnya saat kita bertemu, hanya akan ada seseorang yang kembali dengan selamat,” kata Karin sambil berlari ke arah jendela untuk lari dari tempat ini.
Jura memejamkan kedua matanya sambil mendesah pelan, dengan jentikan jarinya ia membuat penghalang magis di seluruh ruangan OSIS, membuat Karin kembali terpantul masuk ke dalamnya. Tidak hanya Karin, tetapi Aimee, Arlo dan juga Kyle terkejut dengan kecepatan Jura untuk membuat penghalang magis yang sangat besar.
“Siapa yang bilang kau boleh pergi?” tanya Jura.
Zeth bisa melihat tubuh Karin mulai gemetar ketakutan. Tetapi ia hanya tertawa kecil kemudian berkata, “Membunuh seorang anggota yang rendah sepertiku tidak ada untungnya …”
“Kata siapa aku akan membunuhmu sekarang juga?” kata Jura sambil berjalan mendekat ke arah Karin. Dari samping, Zeth bisa melihat kalau mata Jura berubah menjadi merah. Syville mengerutkan keningnya tidak ingin melihat Jura yang seperti ini.
Melihat Jura yang berjalan mendekat ke arahnya, secara refleks Karin mundur satu langkah. “Lalu apa? Kau pikir aku akan dengan senang hati mengantar kalian ke markas utama kelompokku?”
Jura berhenti dua langkah dari Karin. Ia mengusap dagunya berpikir, kemudian berkata, “Tidak perlu. Kami sudah tahu di mana tempat persembunyian kalian.”
Karin tertawa singkat. “Lalu apa yang kau inginkan? Percuma saja jika kau ingin menggali informasi dariku.”
Mendengar perkataannya, Jura hanya tersenyum tipis. “Kau pikir aku hanya bisa mendapat informasi dari mulutmu saja?”
“Jura, apa yang akan kau lakukan?” tanya Aimee dengan suaranya yang pelan, merasa takut kalau Jura juga akan menyerangnya.
Jura kembali mengusap dagunya, memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil bergumam pelan. Di sisi lain, wajah Karin terlihat sangat pucat dan keringat dingin mulai membasahi keningnya, punggungnya seperti dibebani oleh sesuatu.
Tetapi dengan satu tarikan napas panjang, Karin akhirnya berhasil menemukan suaranya dan berkata, “Meski kau menyiksaku untuk membocorkan informasi tentang kelompokku, aku tidak akan melakukannya.”
Jura mengangkat kedua alisnya, kemudian berkata dengan suara yang tajam, “Sudah kukatakan, siapa yang ingin mendengar semuanya dari mulutmu saja?”
“Apa maksud—” Belum sempat perkataannya selesai, tiba-tiba Karin berteriak kencang seperti kesakitan sambil memegang kepalanya, tubuhnya langsung ambruk ke lantai. “Apa … bagaimana bisa—?”
“Oh, kau masih bisa berbicara?” tanya Jura pelan sambil berjongkok di depan Karin yang sudah mulai membenturkan kepalanya ke lantai.
“Jura?” tanya Syville pelan, ia berusaha untuk mendekati Jura. Tapi belum sempat ia melangkah, Zeth menghentikannya dengan memegang sebelah bahunya. Syville mengerutkan keningnya pada Zeth, yang hanya dibalas dengan gelengan kepalanya.
“Ah! Hentikan—!” sahut Karin dengan suaranya yang mulai serak karena berteriak terlalu kencang. Kepalanya yang ia benturkan ke lantai mulai mengeluarkan darah. Tubuhnya menggeliat kesakitan, bahkan kaki dan tangannya tertekuk pada arah yang tidak seharusnya.
Aimee, Arlo dan Kyle hanya bisa menelan ludah keringnya. Berterima kasih karena Jura dan teman-temannya tidak menjadi musuh mereka.
Entah sudah berapa lama ruangan itu dipenuhi teriakkan Karin sampai akhirnya kembali sunyi. Jura kembali berdiri sambil mengusap keningnya pelan, sedangkan Karin tergeletak tidak bergerak.
“Apa … apa dia mati?” tanya Aimee pelan.
“Hah? Apa kau pikir aku setega itu untuk membunuh seseorang?” kata Jura dengan suaranya yang kembali seperti biasa. Zeth dan Syville mendesah lega melihat Jura yang kembali seperti sebelumnya.
Aimee hanya menggelengkan kepalanya, masih gemetar ketakutan. Arlo mendekat ke arah Karin dan melihat kondisinya. “Aku akan … mengurungnya di ruang sebelah.”
Jura menganggukkan kepalanya setuju. Setelah mengantar Karin ke ruangan sebelah, Jura kembali menggunakan penghalang magis untuk mengurun Karin di dalamnya. Kemudian membalikkan badannya dan berkata pada Arlo dan yang lainnya. “Arlo, Aimee, Kyle. Setelah ini kalian bawa teman-teman kalian ke toko es krim milik Lucius. Kita harus cepat-cepat.”
Aimee mengerutkan keningnya. “Apa yang terjadi? Informasi apa yang kau dapatkan dari Karin?”
Jura diam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, “Tidak ada waktu lagi. Aku akan menjelaskannya setelah berhasil menghilangkan ilusi teman-teman kalian itu.”
.
.
Di akhir, Zeth, Syville dan Jura menuju dapur yang masih dipenuhi oleh asap hitam untuk menjemput Key. Dengan cengiran di wajahnya, Key mengangguk dengan puas membawa satu panci besar sup buatannya …
Setelah sampai di toko es krim milik Lucius, ternyata Lucius sendiri sudah sampai di sana. Ia memberi tahu Jura tentang pergerakan kelompok ‘Pengguna Sihir Hitam’ yang mereka lakukan selama dua hari terakhir pada Jura.
Beberapa puluh menit setelah Lucius dan Jura saling menukar informasi, akhirnya Arlo, Aimee dan Kyle bersama beberapa murid lainnya masuk ke dalam toko itu.
Dengan senyuman lebar dan kilatan pada mata Key, ia membagi sup buatannya ke pada tujuh orang yang baru datang itu. Benar saja, ketika mereka menyuapkan satu sendok sup ke dalam mulutnya, secara bersamaan mereka kehilangan kesadaran. Aimee berteriak panik melihatnya, tetapi Jura hanya tertawa terbahak-bahak dan membiarkan orang-orang yang baru saja kehilangan kesadarannya itu beristirahat terlebih dahulu.
“Setelah teman-temanmu itu sadar, kumpulkan orang sebanyak-banyaknya ke tengah akademi sihir dan ciptakan penghalang magis untuk melindungi mereka,” kata Jura. “Kalian bisa, ‘kan?”
Arlo mengusap dagunya pelan. “Kami bersepuluh bisa dengan mudah mengelilingi akademi sihir dengan penghalang magis. Tapi, kenapa tiba-tiba sekali?”
“Percaya padaku, lebih baik kalian tidak mengetahui apa yang terjadi …”
“Apa ini ada hubungannya dengan informasi yang kau dapatkan dari Karin?” tanya Aimee khawatir, ia masih menggunakan sihirnya untuk menyadarkan teman-temannya yang masih tidak sadarkan diri itu.
Jura hanya mengangguk singkat untuk menjawab pertanyaannya. “Meski aku tidak banyak mendapat informasi dari anggota terluar kelompok itu seperti Karin, tetapi dengan informasi yang diberikan oleh Lucius, dan … pengalamanku dulu ketika bertarung secara langsung dengan seorang penyihir yang menggunakan sihir hitam, aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.”
“Apa ada yang bisa kami bantu selain menciptakan penghalang magis?” tanya Kyle.
“Untuk saat ini … cukup lindungi saja orang-orang yang ada di dunia ini. Meski sebagian besar orang-orang yang tinggal di dunia ini adalah ilusi, tetapi sebagian kecil dari mereka juga orang-orang seperti kita yang terjebak di dunia ini setelah memasuki portal itu,” jawab Jura.
“Baiklah … Apa kita mulai melakukannya sekarang?”
Jura menganggukkan kepalanya. “Lebih cepat lebih baik. Kemungkinan tengah malam, ‘Ratu’ yang Karin katakan itu sudah memiliki kesadarannya.”
“Kenapa tidak sekarang saja? Sebelum ‘Ratu’ itu sadar?” tanya Aimee.
“Lebih baik jangan. Jiwa dan tubuh Airella bisa … rusak.”
Lucius hanya mendengus pelan. “Kenapa kau peduli padanya? Bahkan kita tidak mengenalnya sama sekali. Jika kita bisa menyelesaikan masalah ini sekarang juga, kenapa harus menunggu nanti ketika keadaannya sudah merepotkan?”
Jura terdiam mendengar perkataan Lucius. Kenapa? Tentu karena ia tidak ingin kejadian yang pernah terjadi sebbelumnya kembali ia lihat …
Melihat wajah Jura yang kesusahan, Lucius kembali mendesah pelan sambil mengangkat kedua bahunya, kemudian ia berkata dengan suara yang pelan, “Meski kau merasa bersalah, tapi kau tidak bisa menyelamatkan semua orang, kau tahu?”
Wajah Jura semakin tertekuk ke bawah. “Anggap saja aku menolong Airella sebagai pembalasan dosaku karena telah membunuh kerabat dekatku sendiri.”
Lucius hanya menggelengkan kepalanya pelan. Sedangkan Zeth, Syville dan Key hanya saling tukar pandang. []