Happy reading:)
***
"Kenzuuuuuu!!"
Pekikan girang Dyandra terdengar menggelegar di telinga Kenzu, membuat pria itu segera menutupi kuping telinganya—seolah menghindari jeritan membahana sang ibu yang terus memanggil namanya, sama halnya dengan Stella yang turut ikut menutup kedua kuping telinganya.
"Mom! Aku pikir gendang telingaku akan rusak mendengar teriakkan kerasukan yang mom sebabkan!" gerutunya dengan sindiran.
Dyandra mencebik, menatap sebentar putra nakalnya itu lalu dengan cepat mengalihkan tatapannya saat melihat Stella berada di dekat mereka.
"Stella. " ucapnya riang sambil menarik Stella mendekat padanya.
"Oh, jadi ini calon menantuku, " suara berat seorang pria yang tak lain Andre terdengar.
"Dad, kenapa kau ada di sini, dan kalian?" tanya Kenzu sambil menatap kedua orang tuanya itu bergantian.
"Well, ibumu terus memaksaku menemui calon menantu dan aku tak bisa menolak, terlebih aku juga ingin melihat gadis seperti apa pilihanmu. " jelas Andre membuat Kenzu mengangguk mengerti.
Tatapan pria paruh baya itu kemudian teralih pada Stella, kepalanya mengangguk-angguk seakan meneliti. “Cantik dan sepertinya wanita baik-baik. Siapa namamu?" tanyanya kemudian.
"Namanya Stella, aku sudah bilang dari kemarin. " Tapi malah Dyandra yang menyahut.
"Aku lupa. " ucap Andre dengan cengiran khasnya, sedangkan Dyandra mendengus, suaminya itu mulai pikun sekarang.
"Jadi kapan kau akan melangsungkan pernikahannya—"
Satu pertanyaan lagi dari Andre membuat Stella mengerutkan alisnya, lalu bertanya bingung. "Pernikahan apa?"
Sedangkan Kenzu terlihat berpikir sebelum berkata, Tapi saat akan mengangkat suaranya pertanyaannya ayahnya lebih dulu menyela.
"Jadi perempuan ini masih tidak tahu? Bagaimana kau bisa menikahinya bila seperti ini?" Andre menatap tajam putra keduanya itu. "Kau pun tak memberitahunya?"
Apa harus sekarang, padahal baru kemarin bertemu, tapi ya sudahlah. Batin kenzu pasrah, toh juga ini merupakan apa yang di inginkannya.
Kenzu langsung membalikkan tubuh Stella menghadapnya. "Kau ingin tau pernikahan siapa ini?"
Stella mengangguk. "Siapa yang akan menikah?"
"Kita. Will you marry me?"
Jawaban Kenzu setelahnya membuat Stella membulatkan kedua matanya setelah mencerna apa yang tersampaikan dari mulut pria di depannya itu.
Menikah? Apa pria itu tengah melamarnya saat ini and —dadakan?! Akhh tentu Ia tidak mau!
Mengingat perbuatan lelaki itu kemarin membuatnya sangat marah, terlebih Ia kabur pun karena ingin bebas—menikmati dunia luar, dirinya bahkan menghindari pernikahan dadakannya yang sudah di rancang sang ayah.
Oh apa ini salah satu drama fantastis dari sekian drama yang di berikan tuhan padanya!
"Me–menikah?" Stella tergagap mengatakan kalimat sakral itu.
Kenzu mengangguk. "Yes, menikah denganku—tanpa penolakan!”
"Kau gila! Aku tak mau!" Dan dengan tak kalah tegas Stella menolak mentah-mentah.
"Stella!"
Geraman Kenzu terdengar saat mendengar wanita ini menolaknya tanpa berpikir dua kali.
Shit! Dari sekian banyak wanita kenapa harus sekarang dirinya di tolak, terlebih oleh wanita yang di inginkannya.
Kenzu sadar, mereka baru saja bertemu, tapi perlakukannya pada Stella benar-benar di luar kendali, dia benar-benar tak mau mendengar penolakan wanita ini!
"Aku bilang tak ada penolakan!" tekannya memaksa.
"Aku tak mau menikah!!" Pekik Stella kembali.
"Wow, sepertinya kau harus lebih berusaha lagi son—membujuknya. " Suara Andre memecah ketegangan di antara Kenzu dan Stella.
Kenzu menoleh, mengangguk mengerti lalu tanpa di sangka langsung membopong tubuh ramping Stella di depan dan dengan langkah cepat membawa wanita itu.
"Ehh—Kenzu, kau mau membawanya ke mana?!" pekik Dyandra saat melihat putranya itu membopong Stella yang terus meronta.
"Aku harus menyelesaikan urusanku sebentar, Mom. Tunggu saja dan aku pastikan wanita ini akan menarik kata-kata penolakannya terhadapku! " ucap Kenzu lantang, membuat kebrutalan Stella semakin bertambah.
“Aku tidak mau! Tidak mau! Kau dengar TIDAK MAU!!”
“Lepaskan! Turunkan aku berengsek!!”
“Shut up! Our....”
Seketika tubuh stella mendadak kaku saat mendapat bisikan Kenzu yang seperti ancaman. Dan entah bisikkan apa yang di katakan pria itu, hingga mampu membuat Stella berhenti berontak, bahkan kedua mata wanita itu terlihat memerah. Hingga kemudian kedua manusia itu menghilang d balik pintu kamar yang terkunci dari dalam.
***
"Diam, atau aku akan melakukan sesuatu padamu sehingga kau akan menyesal di kemudian hari. " Desis Kenzu.
Mungkin kata ancaman yang di keluarkan Kenzu tidak semenarik di bayangkan sampai membuat Stella langsung terdiam, Tapi aura dan intonasi suara yang di keluarkan pria itu mampu membuat Stella terdiam kaku dalam gendongan Kenzu.
Pria ini marah, kenapa seram sekali. Batin Stella.
Stella terus menunduk tak lagi berani mengangkat pandangannya melihat Kenzu, karena jujur, dia takut pada pria itu sekarang.
Menghiraukan kedua orang tuanya Kenzu memasuki kamarnya lalu menutupnya dengan menendang pintu menggunakan kakinya, dan sukses pintu itu tertutup sempurna meninggalkan Andre dan Dyandra yang melihat mereka dengan pandangan menebak.
Kira-kira apa yang akan di lakukan putra mereka? Mungkin sekelebat pertanyaan itulah yang terputar di benak Andre dan Dyandra.
"Honey, menurutmu apa yang akan di lakukan Kenzu?" tanya Dyandra pada suaminya.
Andre mengendikan bahunya. "Biarkan saja, Kenzu butuh privasi untuk berbicara langsung pada wanita itu."
"Tapi tidak di kamar juga!" ucap Dyandra tak habis pikir.
Kenapa anaknya malah membawa Stella ke kamar, sedangkan masih banyak ruangan kosong di sini dan tentunya bisa di awasi oleh kedua mata cerdiknya.
"Kau tak tahu saja anakmu. " Andre malah terkekeh geli.
Dyandra memicingkan matanya. "Dasar, ayah dan anak tak ada bedanya!" cetusnya sinis.
"Mau ke mana?" tanya Andre saat istrinya itu akan melangkah meninggalkannya.
"Dari pada menguping atau mengintip mereka, aku lebih baik mencari udara segar, dan entah kenapa dekat-dekat denganmu membuatku panas dingin. " jawab Dyandra.
***
Kenzu menurunkan Stella di lantai kamarnya, dan wanita itu langsung bersingkut mundur saat Kenzu berniat mendekat padanya.
"Tidak, jangan mendekat!" Stella menggeleng-gelengkan kepalanya sembari terus memundurkan langkahnya.
Ada secarik ketakutan di wajah cantiknya, tapi Kenzu menghiraukannya, rahang pria itu terlihat mengeras dengan emosi yang tengah di tahannya, bahkan tangannya terkepal erat seolah tengah merendamkan amarahnya hanya karena penolakan yang di dapatnya dari wanita di hadapannya itu.
"Apa yang akan kau lakukan?" cicit Stella terus mundur saat langkah pria di depannya semakin mendekat padanya.
"Membujukmu."
"Membujuk untuk apa....Hmm..." kedua mata Stella melotot terkejut saat dengan tiba-tiba Kenzu menarik pinggangnya, menabrakkan tubuh mereka lalu mendaratkan bibir mereka.
"Le–Lepaskan... Akhhh sakit!"
Rintihan kesakitan terdengar dari mulut Stella saat tangan Kenzu dengan sengaja menekan pinggang wanita itu dengan kuat.
"Kenapa? Sakit?" Dan Kenzu malah menunjukkan smirk-nya.
Stella menunduk, pria ini benar-benar jahat, Detik kemudian, Stella terkejut saat tangan kenzu dengan kasar mengangkat rahangnya dan menekannya hingga membuat rintihan sakit keluar dari mulutnya lagi.
"Lepas... Kau jahat!" isakan Stella mulai tak terbendung lagi seiring cengkeraman Kenzu yang mengetat dan menyakitinya.
Bukannya melepaskan dan meminta maaf, Kenzu malah terkekeh, tangannya yang mencengkeram rahang Stella perlahan melonggar, lalu merambat mengelus pipi Stella seringai bulu, membuat Stella tambah khawatir dengan perubahan sikap pria itu.
"Sekali lagi, aku katakan! Menikahlah denganku tanpa penolakan." ucapnya dengan nada yang berubah manis namun terasa lain di pendengaran Stella.
Tapi wanita itu tetap kekeh, menggeleng tegas—menolak ajakan menikah.
Dengan salah satu tangan terkepal Kenzu bertanya dingin. "Kenapa? apa ada yang kurang dari diriku?"
"Tidak, Kau sempurna, tampan, kaya...,“
"Lalu kenapa kau menolakku? Bahkan di luar sana banyak yang ingin di posisimu—"
"Kalau begitu kenapa tidak wanita di luar sana saja? Bukan aku!" sela Stella memotong ucapan Kenzu.
"Bukan mereka yang aku inginkan, tapi kau!" aku Kenzu dengan volume tinggi membuat Stella sedikit tersentak.
"Kau ingat pertemuan pertama kita, dimana banyak orang mengejarku saat itu. Aku kabur kar—karena menghindari pernikahanku sendiri dan setelah aku bebas kau malah memintaku menikah. Aku kabur menghindari bukan berpaling pada pria lain!" lanjut Stella dengan nafas memburu.
Kenzu sedikit tertegun mendengar nada berat wanita di depannya ini. Dan fakta bahwa wanita ini berada di tangan pria lain dalam artian calon suami membuatnya langsung mendidih.
"Kau pernah mau menikah?"
"Ya, dan besok hari pernikahanku."
Ya, tepat besok hari adalah pernikahannya entah dengan siapa? Tapi jelas, pernikahan itu tak akan terlaksana karena mempelai wanitanya tidak ada dan sudah di pastikan ayahnya benar-benar marah besar mendapati dirinya kabur.
Kenzu terkejut saat lagi-lagi mendengar fakta dari wanita di hadapannya itu. Dan membayangkan Stella di genggaman pria lain membuat darahnya tiba-tiba mendidih. "Aku tak akan membiarkan kau di ambil lelaki lain. " desisnya penuh penekanan.
Stella menatap Kenzu, apa maksud pria itu?
"Apa ma—Emm!" Belum juga Stella menyelesaikan ucapannya, mulutnya lagi-lagi di sumpal terlebih dulu oleh mulut pria itu.
Akhh ini salah! Batin Stella akan ciuman tiba-tiba pria itu.
Terlebih ciuman itu terasa kasar tapi pada akhirnya Stella ikut terhanyut, membuat Kenzu tersenyum di sela kegiatannya.
"Aku tak akan membiarkan kau jatuh pada pria lain, meski itu orang yang akan menjadi suaminya karena pria yang berdiri tepat di hadapanmu ini lah yang akan menjadi suamimu." Ucap Kenzu setelah melepaskan ciumannya sedangkan Stella terlihat terengah-engah karena pasokan oksigennya mengurang drastis akibat ciuman Kenzu.
"Tapi aku tak mau -" Kenzu menempelkan telunjuknya di bibir Stella, agar wanita itu diam.
"Tidak ada penolakan, kau sudah masuk ke kehidupan tadi malam dan tidak ada cara untuk keluar lagi."
Mata Stella membulat tak percaya. “Tidak, tolong lepaskan aku. "
"Jangan takut padaku, aku tak akan melakukan apa pun bila kau menurut. "
Kenzu lalu merengkuh Stella ke pelukannya—memeluk wanita itu erat.
"Aku membutuhkan waktu!" ucap Stella tiba-tiba.
"Waktu?”
"Ya, memikirkan tawaranmu untuk men–"
Kenzu menggeleng, "No. Aku beri waktu atau tidak, semua percuma, tak ada gunanya karena pada akhirnya kau akan tetap berada di sisiku—Menjadi milikku!"
"Tapi—!"
"Tidak ada tapi, seperti yang aku bilang, kau tak akan ku lepaskan, dan bila kau terus berkeras ingin lari dariku, aku terpaksa akan membuat hidupmu sulit, amat sangat sulit."
"Kau mau?" tanya Kenzu tepat di manik biru Stella yang indah, keheningan menyapa mereka selama beberapa detik–Stella tidak tampak ingin membalas pertanyaan Kenzu melainkan balik bertanya.
"Tapi kenapa kau menginginkanku? Kita baru kemarin bertemu."
Kenzu mengendikan kedua bahunya.
"Aku tidak tahu, tapi aku ingin kau terus di sisiku dan menjadi milikku seutuhnya."
***
Kembali berkumpul dengan orang tuanya, Kenzu melempar tatapan pada sang ibu yang tengah mengomel.
"Bagaimana? Puas selama 40 menit di dalam kamar. " seru Dyandra riang berbanding terbalik dengan nada suaranya yang terdengar menyindir bahkan tatapannya terus menatap putra keduanya itu.
Kenzu mendengus, akk ide gila terlintas di benaknya, sekali mengerjai tak apa-apa kan?!
"Mom tau, beberapa detik yang lalu mom mengganggu kami dari kenikmatan–"
Dyandra menyipitkan matanya, menatap Kenzu. "Kalian berbuat nakal di dalam, di sela-sela pembicaraan?"
"Menurut mom?" Dan Kenzu malah memberi tebakan dengan Smirk andalannya.