Chapter 13

1024 Kata
Happy reading;') Mendengar jawaban menggantung sang putra, Dyandra lebih memilih memastikannya sendiri dengan melihat wanita di samping putranya itu. Mata jelinya dengan teliti melihat Stella, memperhatikan ke seluruh penampilan wanita itu dari atas ke bawah dan balik lagi dari bawah ke atas, matanya lebih memicing saat ia mendapati bercak merah di sekitar leher Stella. Dyandra menggeram, tangannya dengan secepat kilat menarik telinga Kenzu, menjewer telinga putranya itu dengan kuat membuat sang empu meringis kesakitan. "Ehh—Mom, what are you doing?! It's hurts—Aww!" ringisan Kenzu terus terdengar saat telinganya terus saja di jewer dengan keras. "Dasar nakal! Kau pantas mendapatkan ini!" geram Dyandra semakin berutal. "Aww!! Jangan tarik... Apa maksud mom? aku tak melakukan apa pun padanya! Aku hanya bercanda!" Aku Kenzu dengan suara tersendat akibat telinganya masih menjadi sasaran tangan sang ibu. Dyandra mendengus remeh. "Mengelas, kau tak bisa membohongi ibu yang telah melahirkanmu. Lihat ini!" wanita paruh baya itu menunjuk satu bekas merah yang terdapat di leher Stella dan Kenzu yang melihat mengerang kesal. Dia kena sendiri, jadi menyesal mengerjai ibunya, s**t! Sedangkan Stella yang sadar dengan arah tunjuk Dyandra langsung teringat dengan percetakan merah di lehernya dari hasil karya pria itu. Pipinya langsung memerah malu. Bisa-bisa wanita paruh baya yang merupakan Ibu pria itu salah paham, tapi memang sudah terjadi kesalahpahaman karena sekarang ibu dan anak itu tengah berdebat. "Ini hukuman karena kau sangat nakal! Kau juga pantas mendapat hajaran lain." ucap Dyandra. "Mom, I-itu salah! Aww sakit—lepaskan dulu memalukan, aku akan jelaskan—" Dan akhirnya setelah beberapa menit kemudian bujukan yang terus Kenzu lontarkan akhirnya di dengar juga oleh Dyandra. "Aww, telingaku seperti terbakar rasanya. " gumam Kenzu sambil terus mengusap telinganya yang baru terbebas dari amukan tangan ibunya. Kenzu benar-benar tak berkutik bila di hadapan dengan ibunya, bahkan dia selalu kalah telak dari sang ibu ratu. "Hai ada apa ini?" Andre menghampiri setelah entah dari mana lelaki paruh baya itu. "Dari mana kau?" bukannya menjawab Dyandra malah balik bertanya. "Ada urusan sebentar tadi." jawab Andre tersenyum manis pada istrinya saat melihat wanita itu melotot padanya. Dyandra mengangguk, lalu tangannya kembali menunjuk leher Stella yang sekarang tengah di lindungi wanita itu—menujukan karya sang putra pada suaminya. "Lihat ini, sayang lepas sebentar..." ucap Dyandra mencoba menarik tangan Stella yang menutupi lehernya—tepat di mana karya itu ada. Stella malu sendiri di buatnya, terlebih Dyandra malah menunjukkan karya itu pada seorang pria yang merupakan ayah dari si pembuat karya. "Lihat INI dan—" Dyandra menunjuk leher Stella yang memerah kentara, lalu menunjuk siapa pelakunya. "Anakmu benar-benar nakal!" Melihat tanda itu, Andre malah terkekeh. "Dia anakmu juga Dy. Kerja Bagus, son. " ucapnya sambil menunjukkan jempolnya. Dyandra melotot melihat reaksi suaminya itu. "Ayah dan anak sama saja!" dengusnya dengan suara keras. Sedangkan Andre dan Kenzu tergelak dan sedetik kemudian menyeringai senang melihat wanita yang mereka sayang mendengus kesal. "Aku heran, salahku apa di masa lalu sehingga mempunyai suami dan anak m***m seperti ini!" "Tapi Eitt, Aku memiliki satu fakta dirimu, honey, kau juga m***m, honey!" ucap Andre membalas dengan senyum mesemnya. "What?! m***m. Aku? Yang benar saja!" sahut Dyandra dengan kekehan sinisnya. "Well, kau tak bisa menapiknya, kau selalu m***m bila bersamaku. " ucap Andre dengan senyum menyebalkannya. "Andree!!" *** Dan kini mereka berempat sudah berkumpul di sofa. "Jadi Stella, kau mau menikah dengan putraku?" tanya Andre. Stella langsung gugup, lebih tepatnya ragu untuk menjawab. "Tidak- " "Stella!" geraman Kenzu terdengar kemudian sebelum sempat Stella menyelesaikan ucapannya. Lelaki itu menatap Stella dengan pandangan tajam, what the hall! Mereka sudah membicarakannya selama kurang lebih tiga puluh menit, dan jawaban wanita itu—Ya, Stella akan menikah dengannya. "Kau benar-benar menolak?" tanya Andre sekali lagi. Stella terdiam sesaat, kepalanya terangkat menatap Andre dan inilah jawabannya. "Tidak, saya tidak menolak. saya bersedia menikah dengan putra anda. “ Ucapan Stella itu langsung membuat suasana tegang di ruangan itu seketika rilex kembali, bahkan Dyandra langsung memekik senang dan beranjak pindah duduk di sisi Stella. "seriously sayang? Akhh aku senang sekali, aku mempunyai menantu sekarang!" Stella hanya pasrah saat tubuhnya di peluk Dyandra, matanya terus bertatapan dengan Kenzu yang terlihat puas. Tuhan, semoga saja pilihanku tidak salah. batinnya. "Kalau begitu, kita adakan pernikahan dalam dua minggu kemudian, setuju? " Setelah melepaskan pelukannya, Dyandra langsung menyahut dan membuat tiga orang di sana menatap terkejut. "Tidak ada penolakan, aku yang atur semua, aku akan ambil kalian bila perlu... " Sebelum Kenzu mengeluarkan protesannya, Dyandra lebih dulu menyela. Wah, istriku benar-benar bersemangat sekali! Mom, kau benar-benar pengertian! Dua pesan batin itulah yang sekarang mewakili Kenzu dan Andre akan ulah Dyandra. Sedangkan Stella tak bisa berkata-kata selain hanya mengulas senyum ramah khasnya. Wanita paruh baya itu benar-benar wah dan terlihat sekali sangat menyukainya. Stella jadi sedikit bersyukur, setelah melewati sesi tolak menolak yang pada akhirnya dia terima—calon mertuanya tampak sebaik ini. *** Beberapa hari kemudian, di kediaman Maxwell. "Honey....." pekikan Dyandra terdengar di penjuru mansion. Wanita itu terlihat berlari kecil dan langsung membuka pintu ruangan suaminya tanpa basa-basi—Yang langsung di sambut oleh pemandangan suaminya yang tengah menikmati secangkir Coffe di tangannya. "Kau disini?" Dyandra melihat Kenzu di ruangan suaminya, tengah berhadapan dengan sang ayah, entah apa yang mereka bicarakan. "Honey, tidak usah teriak-teriak juga." ucap Andre mengingatkan, mentang-mentang punya speker aktip di aktifkan mulu semaunya. "Kenapa?" Dyandra malah bertanya heran. Kenapa dia tidak boleh teriak di rumahnya sendiri? Membuat Andre menghela nafas. Ehh istrinya itu kadang-kadang lemot juga! "Mom tidak sadar teriakkan mom mengganggu." gerutu Kenzu menjawab pertanyaan sang ibu. Dyandra menatap kesal putranya itu. "Dasar kurang ajar!" Detik selanjutnya, Dyandra kembali ke semula, dirinya akan menemui suaminya itu untuk bertanya dan membenarkan fakta yang baru di dengarnya. "Dre. Keniti—anak itu!" Andre terlihat menghela nafas. "Aku tahu!" ucapnya menebak tepat sasaran. "Kau tahu dan tidak memberitahuku!" Ucap Dyandra dengan suara naik drastis, saat sang suami ternyata bermain rahasia-rahasiaan dengannya. "Kakak punya alasan, mom. "ucap Kenzu tiba-tiba menyahut. "Kau juga mengetahuinya, hanya aku saja yang tidak tahu. Jahat sekali, padahal aku sangat-sangat menantikan." ucap Dyandra, nadanya terdengar sedih tapi sedetik kemudian moodnya berubah. "Lihat saja, aku akan memberinya pelajaran!" "Dasar anak-anak nakal!" ••• Terima kasih telah membaca:)♡
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN