Mencoba Melawan

1595 Kata
Shafira tak ingin Leo terus-terusan memanfaatkan dirinya. "Jangan, kak!" ucap Shafira sedikit mendorong tubuh Leo dan berusaha untuk melepaskan lingkaran tangan Leo dari pinggangnya ketika mereka berada di dalam kamar mandi. "Kenapa, hah? Kau tak suka?" tanya Leo sembari menatapnya. "Ya!" sahut Shafira. Leo melotot kesal mendengar jawabannya. "Kak, tolong jangan seperti ini ... aku merasa semua yang kita lakukan salah." ucap Shafira seolah memohon dengan tatapan matanya yang sendu. "Jadi kau menyalahkan aku? Heh, menurutku kau yang salah karena kau memiliki tubuh yang mampu membuat gairahku selalu bergejolak! Itu salahmu, Shafira," ucap Leo kembali menempelkan tubuh Shafira padanya. Shafira sedikit berontak ketika Leo mulai mengendus serta menciumi dirinya. "Kak, jangan! Aku tidak mau!" ucap Shafira berusaha mendorong Leo menjauh darinya. "Kak, jangan lakukan lagi... kumohon, hiks-hiks-hiks...." ucap Shafira dengan suaranya yang terdengar bergetar dan menangis. "Kenapa? Kau itu milikku! Aku sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk menukarkanmu, kenapa kau tidak paham juga, hah?" teriak Leo menjadi kesal. "Bagaimana mungkin kita terus melakukannya? Kita tidak memiliki hubungan apapun!" pekik Shafira tak mampu menahan semua kekesalannya. Leo sedikit tertegun menatap reaksi Shafira yang mulai emosi. "Hubungan yang kita lakukan selama ini hanya akan dilakukan oleh sepasang kekasih yang sudah menikah... tapi diantara kita...." "Hahahahaha...." Leo tertawa lepas mendengar ucapan gadis lugu yang berusia 17 tahun itu. Shafira terdiam menatap bingung kepada Leo yang terus menertawai dirinya. "Ke-kenapa kau tertawa?" tanya Shafira. "Hahaha, kau tak hanya gadis yang lugu tapi kau juga lucu!" sahut Leo terus tertawa. "Lucu? Apa yang lucu dariku?" gumam Shafira semakin kebingungan. "Menikah katamu?" ucap Leo membuat Shafira merasa tidak salah saat mengatakannya. "Dengarkan aku baik-baik ... pria dan wanita menikmati hubungan mereka diatas ranjang itu sangat biasa, mereka bebas melakukannya dan mereka tidak perlu menikah! Bahkan gadis remaja yang baru saja mengenal cinta, sudah memberikan segalanya pada pria yang disukainya! Hahaha, kenapa kau malah berpikir kuno sekali, Shafira?" ucap Leo lagi menjelaskan gaya hidup yang begitu bebas di zaman modern. "Tapi aku tidak ingin seperti mereka!" kata Shafira terus menolak. Leo menatap Shafira yang tampak bersikeras untuk menolak keinginannya. "Jadi kau ingin aku menikahimu, begitu?" tanya Leo membuat Shafira ragu-ragu untuk menjawabnya. Leo terus menatap seolah ingin mendengar jawaban apa yang akan keluar dari mulut gadis yang masih telanjang di hadapannya itu. "Jawab pertanyaanku!" seru Leo membuat Shafira kaget. Shafira menggelengkan kepalanya perlahan. "Sialan!" umpat Leo kesal dalam hatinya lantaran Shafira tetap saja menolak dirinya. "Lalu apa yang kau inginkan, hah?" teriak Leo kesal. "A-aku ...." Shafira kemudian berlutut di kaki Leo. "Tuan, tolong lepaskan aku ... aku mohon, tuan! Aku janji akan bekerja keras untuk mendapatkan uang agar aku bisa melunasi semua uang yang kau keluarkan untuk pengobatan ibuku dirumah sakit," ucap Shafira memohon kepada Leo. Mendengar permintaan Shafira, membuat Leo berang. Leo meraih tubuh Shafira dan menyeretnya mendekati ranjang lalu menghempaskannya begitu saja. Kemudian ia naik keatas ranjang itu dan menindih tubuh Shafira. "Sampai matipun, aku tidak akan melepaskanmu!" ucap Leo kemudian mencium bibir Shafira dengan ganas sementara Shafira terus berusaha untuk berontak. Sekuat tenaga ia ingin melepaskan pergelangan tangannya dari cengkraman pria yang ingin memaksanya lagi. Bbbuukk...... "Aaarrgghh!!!" teriak Leo saat Shafira berhasil menendangnya. Pergelangan tangan Shafira terlepas dan ia lantas melompat turun dari ranjang itu sembari melihat Leo mengerang kesakitan. Shafira lalu kembali berlari masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya dari dalam. "Shafira!!!" teriak Leo kesal setengah mati padanya. "Aduuh... sialan kau!" gerutu Leo masih merasakan nyeri yang tak tertahankan. Jantung Shafira berdegup kencang setelah apa yang ia lakukan kepada Leo. Ia gemetar ketakutan di dalam kamar mandi. "Aku pasti akan mati setelah keluar dari kamar mandi ini! Dia pasti akan membunuhku!" ucap Shafira gelisah dan ketakutan. Bbrraakk ... Bbrraakk ... Bbraakk .... Shafira melompat kaget saat mendengar gedoran pintu dari luar kamar mandi. "Keluar kau, Shafira!!!" teriak Leo. Tubuh Shafira semakin gemetaran. "Matilah aku ... matilah aku!" ucap Shafira kebingungan. Ia mengambil bathrobe dari dalam lemari kecil untuk ia kenakan. Setelah itu ia duduk diatas closet yang tertutup. Suara gedoran pintu serta teriakan Leo terus saja memekakkan telinganya. Hingga beberapa saat kemudian, Shafira tak mendengarnya lagi. "A-apa dia sudah pergi?" tanya Shafira dalam benaknya. "Cih, apa yang harus aku lakukan sekarang? Dia pasti akan benar-benar membunuhku!  Mungkin saat ini dia sedang mengambil kunci cadangan untuk membuka pintu, dan dia akan menyeretku keluar lalu menguburku hidup-hidup di halaman belakang!" ucap Shafira dengan pikirannya yang kemana-mana. Leo menuruni anak tangga dengan perlahan. "Dasar gadis sialan! Beraninya dia menendangku... aku akan benar-benar menghabisinya!" gerutu Leo geram. "Cih, aaadduhh ... nyeri!" ucap Leo terus melangkah turun dengan perlahan. Saat baru saja melangkahkan kakinya di lantai bawah, Leo berhadapan dengan ayahnya yang baru saja tiba di kediamannya. Gustaf sempat melirik raut wajah putranya yang meringis kesakitan ketika berjalan. Ia lantas menatap putranya tersebut. "Kenapa? Sakit?" tanya Gustaf sembari menyunggingkan senyuman disudut bibirnya seolah meledek Leo. "Tidak!" sahut Leo berlagak tenang padahal ia sedang menahan rasa sakitnya. "Heh, masih berlagak saja kau ini! Kau pikir papa tidak tau kalau kau sedang menahan sakitmu itu!" gerutu Gustaf. "Kalau aku bilang tidak sakit ya tidak sakit!" sungut Leo kesal. Gustaf menatap curiga pada putranya itu. "Hei, apa jangan-jangan bagian itu sakit gara-gara perbuatan calon menantuku? Hehehe ...." ucap Gustaf sembari terkekeh meledeknya lagi. Leo hanya diam tak ingin menggubris ayahnya. "Heh, ternyata calon menantuku bisa membuat pria arogan sepertimu sakit juga! Hebat sekali dia, hehehe ... gadis seperti itulah yang memang pantas menjadi menantuku!" ucap Gustaf lagi. "Papa mau ngapain kesini?" tanya Leo. "Aku mau menjemput calon menantuku!" sahut Gustaf sembari melangkah menaiki anak tangga. "Hah? Apa maksud papa?" tanya Leo lagi. Gustaf menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang membalas tatapan tajam dari putranya. "Kenapa? Kau tidak ingin menikahinya kan? Aku dan mamamu sudah membuat keputusan ... kami akan membawa Shafira dan mencarikannya pria kaya yang bersedia menerimanya apa adanya," sahut Gustaf. "Pa! Shafira itu milikku!" ucap Leo kesal. Gustaf sama sekali tak memperdulikan apa yang dikatakan putranya. Ia kembali melangkah dan menaiki anak tangga menuju kelantai atas. Gustaf sangat yakin bahwa Shafira berada di dalam kamar Leo. "Papa!" seru Leo hendak mengejar ayahnya, namun sanga ayah terus saja berjalan bahkan semakin cepat. Leo yang tak bisa berjalan dengan cepat lantaran juniornya sakit setelah ditendang Shafira, tampak meringis sembari menaiki tangga dengan perlahan. "Sialan! Rasa nyeri ini membuatku tidak bisa mengejar papa!" gerutu Leo dalam hatinya. Gustaf masuk ke dalam kamar utama dan celingak-celinguk mencari keberadaan Shafira. "Tidak ada sosok gadis yang dikatakan Miya di kamar ini! Apa mereka pisah kamar?" gumam Gustaf terus saja mencari-cari keberadaan Shafira. Gustaf melirik pintu kamar mandi yang tertutup rapat. "Mungkin dia sedang di kamar mandi!" gumamnya lagi. Gustaf lalu menghampiri pintu tersebut dan mengetuknya. Tok ... Tok ... Tok.... Shafira melompat kaget ketika mendengar suara ketukan pintu itu. "Itu pasti dia!" ucap Shafira dalam hatinya. Suara ketukan pintu kembali terdengar. "Aku tidak mau keluar!!! Dasar pria menyebalkan!!!" pekik Shafira kesal lantaran mengira bahwa itu adalah Leo. Gustaf terkekeh pelan mendengar pekikan Shafira dari dalam kamar mandi. "Ppfft, hehehe ... ternyata mereka sedang bertengkar. Berarti tebakanku benar kalau Shafira baru saja menghajar Leo!" gumam Gustaf terkekeh geli. Sekali lagi Gustaf mengetuk pintu kamar mandi itu. "Shafira, keluarlah nak! Aku tidak akan menyakitimu," seru Gustaf padanya. Shafira terdiam dan tidak mengenal suara pria yang baru saja bicara padanya. "Eh, siapa itu? Suaranya begitu asing di telingaku!" gumam Shafira. Shafira berjalan menghampiri pintu dan menempelkan telinganya disana. "Si-siapa kau?" tanya Shafira. "Aku adalah calon papa mertuamu!" sahut Gustaf. "Hah? Papa mertua?" gumam Shafira bingung. Shafira masih tak bergeming. Ia bingung harus melakukan apa disaat pria asing memintanya untuk keluar dari kamar mandi itu. "Papa!" seru Leo. Jantung Shafira berdetak kencang ketika ia mendengar suara Leo yang baru saja tiba di kamarnya. "Itu suaranya! Dia tadi bilang papa ... apa pria asing itu benar papanya?" tanya Shafira dalam benaknya. "Shafira, keluarlah ... calon papa mertuamu akan menyelamatkanmu dari serigala buas yang bernama Leo!" seru Gustaf. Dengan sigap Shafira membuka pintunya dan melihat dua pria yang tengah menatapnya. "Shafira, hebat kau ya! Saat aku memintamu keluar kau sama sekali tidak mendengarkanku!" gerutu Leo kesal. "Aku benci kau! Kau pria jahat! Kau selalu saja memaksaku!" pekik Shafira kesal pada Leo. Shafira lantas mendekati Gustaf yang berdiri tak jauh darinya. "Tuan, aku mohon selamatkan aku dari pria menyebalkan ini! Dia selalu saja memaksaku untuk melayani hasratnya!" pinta Shafira pada Gustaf. "Baiklah, aku datang kesini memang sengaja ingin menyelamatkanmu!" kata Gustaf. "Ayo kita pergi! Ada seseorang yang sedang menunggumu dirumahku!" kata Gustaf lagi sembari menarik tangan Shafira. Shafira terlihat ragu-ragu saat Gustaf hendak membawanya lantaran ia tidak mengenal Gustaf. "Biarlah! Daripada aku terus-terusan disini dan dipaksa melayani pria menyebalkan itu, lebih baik aku pergi saja ikut dengan tuan ini, aku rasa dia tidak akan menyakitiku! Tampak dari wajahnya sepertinya dia orang baik!" gumam Shafira dalam hatinya. Shafira kemudian begitu yakin melangkah mengikuti Gustaf yang berjalan lebih dulu darinya. "Kau tidak boleh pergi, Shafira!" teriak Leo hendak mengejarnya, namun karena langkahnya yang gontai ketika Leo merasakan nyeri pada juniornya. "Aadduhh ...." ucap Leo meringis kesakitan dan tak dapat mengejar Shafira juga Gustaf. Gustaf menyuruh Shafira masuk ke dalam mobilnya. Saat itu Shafira hanya mengenakan bathrobe yang ia kenakan saat berada di dalam kamar mandi. Gustaf lalu meminta Huria untuk memberikannya selimut agar dapat menutupi tubuh Shafira. "Kau tenang saja ... aku akan membawamu ke tempat yang aman," kata Gustaf pada Shafira. Shafira hanya menganggukkan kepalanya sedikit ragu. Sementara Leo menatap mobil sang ayah sambil mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Sialan!" umpat Leo kesal. "Aku pasti akan segera membawa Shafira kembali kerumahku!" gerutu Leo sembari terus menatap mobil sang ayah yang sudah melaju keluar dari halaman rumahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN