"Bisa saya tahu alasan Mbak marah-marah sama suami saya." Wanita yang tidak aku kenali ini bersedekap, memperhatikanku dari atas ke bawah berulangkali, seolah dia sedang menilaiku, dari dahinya yang mengernyit membuatku bisa menyimpulkan jika dia tidak menyukaiku dan memandang rendah diriku. Hal yang sama aku rasakan atas dirinya. "Bangga sekali dirimu menyebut Dika sebagai suamimu, aku pikir seorang yang sudah menggantikan tempat Tiara seorang yang cantik, ternyata......!" "Aura!" Suara rendah Mas Dika membuatku bergidik, tatapan penuh kemarahan terlihat di wajahnya saat dia menegur wanita bernama Aura ini. "Jaga batasanmu dalam berbicara." Tapi peringatan Mas Dika hanya di balas wanita itu dengan desisan meremehkan, "kenapa marah, Ka? Memang kenyataan kok, istrimu ini sama sekali ng