Chapter 25

1708 Kata
Reina telah selesai menjalankan kewajibannya sebagai muslim,dan sekarang dia sudah berada di depan televisi di ruang keluarga. Dia menonton acara tv itu dengan bosan. Beni sedang mengerjakan tugas sekolahnya di kamar. Sedangkan Sonya sang mama masih di butik karena banyak sekali pesanan.Reina memutar mutar remote di tangannya bosan dengan tontonan tv itu. Ting tong ting tong Suara bel mengangetkan gadis itu. Dia segera beranjak dari duduknya dan segera membukakan pintu. Reina terkejud saat siapa yang datang. "Rama!" teriaknya kencang sambil memeluk cowok itu erat. Rama tersenyum, "Rein, bisa nggak sih kalau mau meluk ngomong dulu," ucap Rama pada gadis di pelukannya. "Hehehe maafin ya." Reina nyengir kuda sambil melepaskan pelukannya. "masuk yuk," ajaknya kemudian. Reina menggandeng tangan Rama agar mengikutinya menuju ruang keluarga. Rama hanya diam dan menuruti apa yang dilakukan gadis di depannya. "Duduk biar gue ambilin minum dulu," Reina segera berlalu namun tangan Rama mencegahnya. Rama menggeleng, "Nggak usah,Reina, ntar kalau gue haus gue ambil sendiri," ucap Rama sambil tersenyum. "Yaudah terserah lo aja deh." Reina mendudukan tubuhnya di sofa sebelah Rama. "Ada apa nih tumben kesini?" tanyanya pada sahabatnya. "Lagi kangen sama lo," ucapnya sambil mengacak rambut Reina gemas. "Ish Rama berantakan ini," Rengek Reina. "Biarin," ucapnya sambil menjulurkan lidahnya mengejek Reina hingga gadis itu Nampak sebal. "Lo ngeselin ya sekarang," ucap Reina sambil memukul lengan Rama ringan. Rama tersenyum mendapati sahabatnya yang bermuka cemberut sekarang. "Nih," ucapnya sambil menyodorkan plastik ukuran sedang kearah Reina. "Ini apa?" Tanya gadis itu. "Es cream, gue tau lo lagi BM kan? Dan satu-satunya yang bisa balikin mod lo adalah jalan-jalan atau nggak es cream. Berhubung tadi habis hujan nggak mungkin gue ngajak lo keluar karena di luar dingin, jadi gue beliin lo es cream aja," ucap Rama panjang lebar. "Ihh Rama, lo pengertian banget deh makasih,ya." Reina mengucapkan itu dengan ekspresi senang yang luar biasa. Rama di sampingnya hanya tersenyum tipis. Melihat Reina yang sudah mulai menyendokan es cream ke mulutnya. "Tadi pulang sama siapa? Sama Davin?" tanyanya tiba-tiba. Reina menggeleng cepat. "Lo lagi marah ya sama Davin?" pancing Rama. "Iya habis gue sebel sih udah nunggu dia lama tapi dia nggak dateng. Apa lagi habis itu hujan di telvon nggak di anggkat, di chat juga nggak bales. Untung ada Bryan," jelas Reina dengan masih menikmati es creamnya. "Bryan?" Tanya Rama heran dengan nama yang tidak asing baginya. "Iya Bryan, dia murid baru di sekolah kita. Tetangga kelas, dia baik loh udah mau nganter gue pulang," jelasnya lagi. Rama terkejud dengan penuturan Reina barusan. Yang dia pikirkan dengan nama Bryan adalah orang yang tadi dia tabrak. "Rein jangan asal percaya sama orang gitu aja," Tutur Rama pada gadis di sebelahnya. "Dia baik kok kayaknya ,dua kali gue ketemu dia sebelum dia pindah kesekolah kita. Kayaknya emang dia orang baik," "Baik nggaknya tetep lo harus hati-hati ya. Jangan gampang percaya." Reina hanya mengangguk sekilas dan kembali dengan kegiatannya. *** "Bryan yang nganter Reina pulang kemaren." lapor Rama pada Davin di sampingnya. Mereka berdua sedang berada di rooftop sekarang. Sekarang jam istirahat dan rencana Rama adalah memberitahu Davin tentang siapa yang mengantar Reina pulang kemarin. "Lo serius?" Rama mengangguk mantap. "Gue takutnya Reina jadi sasaran setelah ini," ucap Rama khawatir. "Nggak akan gue biarain dia nyelakain Reina. Karena cewek itu nggak tau apa-apa." Davin mengucapkan kata itu dengan nada tegas. Cowok itu pergi meninggalkan Rama yang masih terdiam di tempatnya. Davin berencana menemui Reina. Meminta maaf pada gadis itu soal kemarin. Saat matanya menemui sosok yang diacari Davin segera berjalan menghampiri gadis yang masih terduduk di bangkunya. Reina melihat kearah datangnya Davin dia masih sebal dengan cowok nyebelin itu. "Ngapain lagi lo kesini?" sentaknya saat cowok itu sudah berada di depannya. "Gue mau minta maaf soal kemaren," ucapnya dengan nada lembut. "Gue nggak cukup dengan kata maaf," ketus Reina. "Oke ntar malem gue jemput," ucap Davin mantap. Reina menatap cowok itu, "Mau kemana?" Tanya masih keheranan dengan maksud Davin. Davin tersenyum, "Gue mau nebus kesalahan gue." Setelah mengatakan itu Davin menarik Reina pergi dari bangkunya. Reina kebingunan dengan cowok di depannya. "Mau kemana?" "Kantin. Lo harus makan," ucapnya dengan nada dingin dan tangannya sudah menggengam tangan mungil Reina. Gadis itu hanya tersenyum lebar saat Davin memperdulikannya. Dia senang dengan sifat Davin yang sekarang. *** "Wah kawan lama ketemu lagi." seruan keras itu membuat keempat cowok bad boy itu berhenti melangkah. Rama yang terlebih dulu menoleh ke sumber suara pun kaget saat melihat siapa cowok yang tadi menyapa mereka. Davin, Adam dan Abi tak kalah kagetnya saat mengetahui siapa orang yang telah menyapa mereka. "Akhirnya kita bisa ketemu lagi ya," ucap cowok itu dengan nada penuh mengejek. "Ngapain lo ada disini?" Tanya Davin dingin. "Gue cuma kangen aja sama kalian mangkannya gue balik lagi," jelasnya dengan senyuman licik. "Basi," ucap Adam ketus. Cowok bernamtag 'Erlando Zuan Pradana' itu pun tertawa lepas."Sifat kalian beda banget ya, nggak kayak dulu," ucapnya sambil tersenyum simpul. "Bacot , ngapain lo balik lagi ke indo huh? Masih belum cukup satu nyawa orang hampir jadi korban gara-gara lo?" kini giliran Rama yang nampak terpancing emosi. "Satu nyawa itu masih hampir kan?" ucap cowok bernama Lando dengan penekatan di kata hampir. "Trus apa kabar sama satu nyawa yang udah sepupu lo bunuh itu huh?" ucapnya dengan nada penuh dengan kebencian dan memandang Davin. "Anjing," Nampaknya Abi yang sudah termakan emosi pun maju dan siap menghajar Lando. Namun tangan Davin menghalanginya. "Gue tegasin sama lo, semua murni kecelakaan dan sedikit pun gue nggak ada niat buat nyelakain orang yang gue sayang." tegas Davin wajahnya merah padam akibat menahan emosi. Lando pun tertawa mendengar penuturan Davin, "Hahaha maling ngaku ruang tahanan full bro." Davin mengepalkan tangannya emosinya memuncak siap menerjang Lando. Agar bisa membuat cowok itu babak belur di tangannya. Namun niat itu dia urungkan, Davin memilih diam di tempatnya. Rama, Adam dan Abi di sebelahnya hanya menatap Lando sinis. Lando melangkahkan kakinya menghampiri Davin. Rama dan kedua sahabatnya berjaga-jaga takut jika cowok itu menyerang Davin tiba-tiba. "Mungkin kali ini lo masih bisa nyaman jalanin hidup lo. Tapi gue pastiin habis ini lo nggak akan perna hidup dengan tentram," ucap Lando tepat di sebelah telinga kanan Davin. Setelah mengucapkan itu Lando pergi meninggalkan Davin, Rama, Adam dan Abi yang masih membeku di tempatnya. "Yuk kita balik," ajak Rama yang hanya di jawab anggukan oleh ketiga sahabatnya. *** Tepat jam tujuh malam Davin sudah sampai di depan rumah Reina. Sesuai janjinya tadi siang Davin akan mengajak Reina jalan jalan. Menebus kesalahannya kemarin yang lupa tidak menjemput gadis itu. Davin memencet bell rumah besar itu. Sampai akhirnya pintu itu terbuka dan menampakan Sonya bunda Reina. "Assalamualaikum tante," sapa Davin ramah sambil mencium punggung tangan Sonya. "Waalaikumsalam," Sonya tersenyum hangat pada cowok di depanya. "Reinanya ada tante?" "Ada kok, masih di kamar. Ayok masuk dulu di tunggu di ruang tamu aja," ajaknya pada Davin. cowok itu hanya menurut dan mulai mengekori Sonya. "Kamu duduk dulu ya biar tante panggilin Reina sama sekalin tante ambilin minum," "Kalau minumnya nggak usah tante, makasih." tolak Davin sopan. "Yauda kalau gitu tante panggilin Reina aja," setelah mengucapkan itu Sonya berlalu dari hadapan Davin. Davin duduk di sofa berwarna crem yang berada di ruang tamu. Mata elangnya tak sengaja melihat beberapa pigura foto yang berjejer rapi di atas nakas ruang tamu. Sudut bibirnya terangkat saat mendapati sebuah pigura dengan foto berukuran sedang, tengah memperlihatkan seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang memakai topi koboi yang kebesaran sedang tersenyum ke kamera. Cowok itu tersenyum lebar saat mengetahui siapa dua anak kecil itu. Davin membaca tulisan yang tertera di bawah foto 'Reina Salvina Herlangga 3thn' dan 'Herdian Beni Herlangga 4thn' Davin mengumam saat membacanya. "Udah lama ya?" suara itu mengangetkan Davin dari kegiatannya. Dia menatap gadis yang sudah duduk dihadapannya. Davin menggeleng pelan, "Nggak kok baru aja," Reina hanya menganggukan kepalanya sekilas. "Udah siap?" tanyanya pada gadis itu. Reina hanya mengangguk lagi. Jujur dia sedang gugup dengan makhluk dihadapnya sekarang . Davin,cowok itu malam ini sangat tampan. Dengan polo shirt warna hitam yang di bagian ujung kerahnya bergaris putih, celana jeans panjang yang senada, juga sepatu yang warnanya senada dengan bajunya membuat aura ketampanan Davin begitu terlihat. "Iya udah kalau gitu bunda lo mana?" Tanya Davin. Reina kebingungan saat cowok itu malah mencari bundanya. "Lo mau ngajak bunda jalan juga?" tanyanya polos pada cowok itu. Davin terkekeh pelan melihat ekspresi lucu Reina, "Gue mau pamitan sama bunda lo, bukan mau ngajak beliau jalan," ucapnya sambil tersenyum lebar. "Oh ngobrol kek dari tadi, bentar gue panggilin ya," Reina berdiri dan pergi mencari sang Bunda. Tak lama kemudian Reina datang dengan Sonya yang sudah berada di sampinnya. "Maaf tante saya mau ngajak Reina keluar sebentar, apa boleh?" tanyanya sopan. Sonya tersenyum hangat, "Boleh nak Davin, tapi pulangnya jangan kemaleman ya besok sekolah. Lagian ntar kalau bang Beni tau adiknya nggak di rumah malam-malam gini dia jadi marah," "Baik tante, nggak sampek larut malam. Saya janji sebisa mungkin menjaga Reina," ucap Davin meyakinkan Sonya. Reina yang sedari tadi diam tak percaya jika cowok dingin yang sedikit bad itu menjadi sopan seperti sekarang. "Yaudah kalau gitu tante percaya sama kamu," sonya tersenyum lebar. "Kalau begitu saya pinjem Reina sebentar tante," "Iya udah tiati ya," "Siap tante, Assalamualaikum," ucap Davin setelah mencium punggung tangan Sonya. Reina di sampingnya pun mengikuti apa yang di lakukan Davin. "Nana pergi dulu ya, bun, Assalamualaikum," "Waallaikumsalam," "Tumben bawa mobil," Tanya Reina saat dirinya dan Davin sudah berada di depan gerbang. "Udara kalau malam dingin, gue nggak mau lo masuk angin," ucap Davin. "Kan gue peket jaket," elak Reina sambil memegang jaket levis yang dia pakai. "Tetep aja. Udah nggak usah bawel buruan masuk," perintah cowok itu dia membukakan pintu penumpang untuk Reina. Reina keheranan dengan tingkat manis Davin hari ini. Dia sudah tidak sedingin biasanya. Omangannya pun tidak semenusuk biasanya. Dia begitu hangat dan perhatian terhadap Reina. Davin memutari mobilnya dan memasuki pintu pengemudi .dia menstater mobilnya dan hitungan detik mobil sedan hitam itu melesat membelah jalanan malah hari ini. *** Mobil sedan Davin berhenti di sebuah tempat parkir area taman hiburan. Pasar malam, begitulah nama tempat yang sedang Davin dan Reina kunjungi saat ini. "Lo ngajak gue kesini?" Tanya Reina keheranan saat sudah turun dari mobil cowok itu. Davin hanya mengangguk sambil tersenyum, "Kenapa nggak suka ya?" Tanya cowok itu sambil melihat raut wajah keheranan gadis disebelahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN