Chapter 26

1580 Kata
"Davin sumpah demi apa lo? Gue seneng banget lo ajak gue kesini. Gue kangen maen di pasar malam kayak sekarang ini," ucap Reina sambil menahan agar tidak berteriak di depan pintu masuk pasar malam itu. Davin tersenyum lebar saat melihat ekspresi kegirangan Reina. "Davin makasih,ya," ucap Reina kegirangan, reflek dia langsung memeluk cowok itu dari samping. Davin terdiam sejenak dengan pelukan Reina yang tiba-tiba namun detik berikutnya dia membalas pelukan cewek itu. Sadar dengan apa yang dia lakukan Reina segera melepaskan pelukannya. "Kenapa di lepas?" Tanya Davin datar. "Malu di liatin orang, lagian tadi reflek," ucapnya dengan cengiran. "Yauda peluk lagi mumpung gak ada orang yang liat," ucap Davin santai sambil merentangklan kedua tangannya ke pada Reina. "Yee modus lo," cibir Reina. "Yang meluk gue tadi siapa? Elo kan jadi lo yang modus," ucap Davin membela diri.Reina memanyunkan bibirnya kedepan kebiasaanya. Davin tersenyum lebar melihatnya. "Udah ayok masuk atau mau gue gendong?" tawar Davin sambil mengedipkan matanya genit kearah gadis disebelahnya. "Ih najis." setelah mengatakan itu Reina langsung ngacir pergi meninggalkan Davin yang masih senyum-senyum melihat tingkah lucu dirinya. Reina berjalan mendahului Davin. seperti anak yang di ijinkan untuk bermain oleh ibunya. Reina begitu senang dan nampak kegirangan saat sudah memasuki pasar malam yang ramai malam ini. "Biar nggak ilang di sini rame. Sedangkan badan lo kecil," ucap Davin sambil menautkan jemarinya dengan jemari Reina. Gadis itu hanya menurut dengan apa yang di lakukan cowok itu. Hampir satu jam mereka berdua bermain dan mencoba setiap wahana yang ada. Namun kelihatannya Reina masih belum bosan dan capek. Berbeda dengan Davin yang sepertinya kelelahan melihat tingkah Reina yang lari-larian seperti anak kecil. "Davin, naik biang lala yuk, Cuma itu aja yang belom kita coba," ajak gadis itu dengan antusias. Dengan senyuman yang masih Davin pertahankan, dia memilih mengikuti ajakan gadis didepannya. "Gue udah lama nggak naik biang lala," ucapnya saat sudah menaiki wahana legand itu. "Lo sering naik ini?" Tanya Davin di hadapan Reina. Gadis itu mengangguk, "Dulu pas masih di jogja tiap ada pasar malam kayak gini bang Beni sering ajak gue. Tapi pas pindah ke Jakarta malah udah jarang banget ada acara kek gini," ucapnya. Davin mengamati wajah gadis di hadapannya dengan intens. "Dan sekarang lo tiba-tiba ajak gue kesini udah buat rasa kangen sama kota kelahiran gue terobati. Gue seneng," sambungnya lagi masih dengan pandangan yang berbinar. "Sama-sama, Rein. Anggep aja ini permintaan maaf gue ke lo," Reina menatap lekat manik coklat di depannya."Gue sebenernya nggak marah sama lo. Cuma sebel aja," Davin tersenyum tangannya terulur mengelus pipi gadis di hadapnya."Maafin gue udah buat lo nunggu. Gue janji nggak akan ngulang lagi," Reina hanya terdiam di tempatnya perlakuan dan perkataan cowok dingin di depannya sangat membuat dia ngefly. Davin sangat berbeda dari sebelumnya itu yang membuat Reina keheranan. Di tambah degub jantungnya yang begitu kencang membuatnya grogi. "Beneran?" hanya kata itu yang mampu Reina ucapkan saat ini. "Iya beneran," ucap Davin serius sambil menautkan jari kelingkingnya dengan milik Reina. Gadis itu pun tersenyum. *** "Lo yakin makan disini?" Tanya cowok itu keheranan saat Reina mengajaknya makan di warung lesehan di depan toko yang sudah tutup. "Emang kenapa?" Tanya Reina. "Lo nggak risih?" gadis itu hanya menggeleng. "Gue malah seneng suasananya enak sambil liat orang lewat," Davin menatap Reina tak percaya dengan apa yang di ucapakan gadis itu. Biasanya gadis jaman sekarang mainnya ke café hits di tengah kota, jalan-jalan ke mall, atau hangout keluar untuk menghambur kan uang. Tapi berbanding terbalik dengan gadis di depannya. Reina termasuk anak dari keluarga terpandang dan terhormat sama seperti Davin. namun gadis itu sama sekali tidak memperdulikan itu. Walaupun dia anak dari golongan yang berada dia tetap sadar bahwa dia tetaplah manusia biasa. Harta yang di miliki keluarganya adalah titipan dari Yang Maha Kuasa dan suatu saat nanti akan kembali pada.Nya. jadi untuk apa di pamerkan kepada orang lain. Sadar jika di awasi Reina pun mengibaskan tangannya di depan wajah tegas Davin."Liatinnya nggak usah gitu juga kali pak" ucapnya sambil terkekeh pelan. "Gue heran aja di jaman serba maju kayak gini masih aja ada cewek yang kayak lo," ucap Davin jujur. "Emang kayak gue gimana? Ya sama ajalah sama-sama manusia. Aneh deh lo," Reina terkekeh. "Maaf mbk ini pesenannya," ucap seorang penjual pecel lele itu. "Makasih mas," ucap Reina ramah sambil mengambil 2 porsi pecel lele dan 2 gelas teh manis. "Udah dari pada lo ngintrogasi gue mending lo makan. Gue jamin lo suka karena pecel lele disini enak banget," gadis itu menyodorkan seporsi pecel lele kehadapan Davin. Cowok itu menerima dan langsung melahab pesanannya. Reina pun juga melakukan hal yang sama menikmati menu makanan sederhana yang dia sukai. "Gimana enak kan?" tanyanya pada cowok di depannya yang masih menikmati makanannya. Davin hanya mengangguk yang di katakan Reina benar, pecel lele yang seumur hidup baru dia coba sangat enak menurutnya. Gadis itu tersenyum melihat Davin yang begitu menikmati makannya. "Habis ini langsung pulang ya udah hampir jam 9 malam," ucap Davin saat makanan mereka sudah habis. "Iya," jawab Reina singkat sambil meminum teh manisnya. "Oh iya tunggu dulu." Davin bangkit dari duduknya dan berlari menuju mobil sedannya.Tak beberapa lama cowok itu kembali dan menenteng paperbag di tangannya. Reina hanya memandang kedatangan Davin dengan dahi berkerut. "Nih," Davin menyodorkan paperbag ke hadapan Reina. "Apa ini?" Tanya gadis itu masih keheranan. "Buka aja," Reina menurut dia membuka paperbag dan menemukan bungkusan berbentuk kotak yang terbungkus kertas kado begitu rapi. Gadis itu terus membuaka kotak kado itu dan berhasil membukanya. Matanya melotot saat mengetahui apa isi dari kotak itu. "Hadiah buat lo yang uda mau bantuin gue belajar," ucap Davin sambil tersenyum. "Vin, ini seriusan buat gue?" Reina mengajukan pertanyan tak percayanya. "Iya Reina. Buat lo di pakek ya," "Tapi kan waktu itu ini limited. Kok bisa lo dapetin?" tanya Reina penasaran. "sepulang dari nganter lo gue balik lagi ke toko itu. Pesen buat penjaganya biar sepatu itu gak di pajang lagi. Awalnya penjaganya nolak Karena gue gak bawa uang banyak, akhirnya tuh sepatu gue dp dan besoknya gue balik lagi," jelas Davin jujur. "Segitu banget lo ngelakuinnya?" Davin mengangguk,"kalau lo suka kenapa nggak. Asal lo seneng." cowok itu tersenyum tulus. Gadis itu pun ikut tersenyum lebar. "Makasih Vin, lo udah baik banget sama gue," ucap Reina nada bicaranya sangat lembut dan begitu tulus. Sedangkan cowok itu hanya tersenyum lebar. *** Sejak kejadian jalan-jalan ke pasar malam, Davin dan reina sudah baikan. Mereka sudah kembali terlihat saling berdua. Davin juga sepertinya sudah mulai terbiasa tersenyum di setiap waktunya bersama gadis itu. Namun hubungan apa yang meraka jalani masih belum sanggup mereka tentukan. Davin yang terlalu diam dengan perasaannya dan Reina yang masih diam menunggu di tempatnya. Mungkin masa lalu keduanya yang terlalu sulit untuk mereka berdua melangkah atau hal lain yang membuat mereka enggan maju. Entahlah, keduannya hanya bisa diam. "Rein mau kemana?" Sadar namanya di panggil oleh seseorang, gadis itu pun menoleh ke sumber suara."Eh Bry ini mau ke perpus mau nyari bahan buat tugas biologi besok," "Kok sendirian temen lo kemana?" Tanya Bryan. "Biasa ke kantin duluan, katanya udah nggak tahan sama lapernya," ucapnya sambil terkekeh pelan. "Boleh gue temenin?" "Boleh kok, ayok," Bryan dan Reina pun bejalan menuju ke perpus di yang terletak di pojokan lantai dasar. Namun langkah keduannya terhenti saat menemui seseorang ditangga. "Mau kemana lo?" Tanya cowok itu dingin. "Ke perpus, kenapa? Tanya Bryan pada cowok di depannya. "Gue mau ngomong penting," ucap cowok itu serius sambil melihat Reina di samping Bryan. "Gue nggak bisa, gue mau nemenin Reina," jelas Bryan sambil melirik gadis di sampingnya. Cowok di depannya pun melihat Reina dari atas sampai bawah dengan pandangan datar. "Pacar lo?" Bryan mengelang cepat, "Kenalin dia Reina, tetangga kelas kita. Rein kenalin dia Lando temen gue," Reina mengulurkan tangannya di depan badan cowok bernama Lando itu. Cowok itu menyambut uluran tangan Reina dengan tatapan yang masih datar. "Reina," ucapnya dengan lembut sambil tersenyum. "Lando," singkat cowok itu dingin. "Yuada kalau gitu ntar aja gue ngomongnya." setelah mengucapkan itu cowok itu pergi dari hadapan Reina dan Bryan. "Gila ternyata bukan gue aja ya yang punya temen super dingin, lo juga punya," ucap Reina sambil meneruskan jalannya. Bryan di sebelahnya hanya terkekeh pelan."Oh ya?" "Iya beneran gue juga punya temen cowok jutek, cuek, dingin ,datar persis banget kayak temen lo tadi," Bryan tertawa pelan, "Lando sebenernya baik cuma karena sesuatu di masa lalunya dia berubah. Jadi seperti apa yang lo lihat barusan," "Kadang emang masa lalu ngebuat kita berubah. Menjauhi hal yang bukan diri kita, tapi tergantung orangnya sendiri sih," ucap Reina. Reina dan Bryan sudah sampai di perpus. Bryan yang mengisi daftar kunjungan yang sudah di sediakan. Sambil menunggu Bryan selesai, tak sengaja pandangan Reina bertemu dengan manik coklat yang amat dia kenali. Davin sedang berjalan kearah Reina yang berada di depan meja penjaga perpus. "Ngapain?" tanyanya saat sudah berada di depan Reina. "Mau makan. Ya mau nyari buku lah," ucapnya sedikit kesal dengan pertanyaan Davin. Bryan yang sudah selesai pun melihat kearah cowok yang sedang berbincang dengan Reina. Pandangannya terkunci saat melihat manik coklat itu. Mereka berdua terdiam saling memandang. "Oh iya Bry kenalin ini Davin temen gue yang gue critain tadi," suara Reina membuat kontak mata kedua cowok itu terputus. Bryan mengulurkan tanganya di depan Davin. namun cowok itu tidak memperdulikannya dan malah mengajak Reina menjauh dari perpustakan. Reina kebingungan dengan sifat Davin yang nampaknya tak suka dengan Bryan. "Vin, mau kemana sih? Gue mau nyari bahan buat tugas gue," rengeknya di tengah cekalan Davin. Davin hanya diam terus mengandeng Reina menjauh dari keramaian para murid yang tengah beristirahat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN