Chapter 7

1369 Kata
Bel tanda berakhirnya pelajaran untuk hari ini telah berbunyi 5 menit yang lalu. Para murid 11 Ipa 2 sudah mulai meninggalkan kelas. Ara dan Reina masih sibuk mebereskan buku masing-masing. "Lo jadi nunggu Davin, na?" tanya Ara yang tadi mengetahui jika Davin menemui Reina di saat jam istirahat. Ara juga sudah tau jika pahlawan Reina yang gadis itu cari adalah Davin. "Jadi, kalau gak gue tunggu bisa abis idup gue," ucap Reina. "Nah, tuh Davin." Ara menunjuk tiga orang cowok yang tengah berjalan di koridor melewati kelasnya. Itu adalah Davin dan kedua sahabatnya. Reina melihat kearah yang di tunjuk Ara, gadis itu memandang Davin. Sedangkan cowok itu hanya melirik sekilas kearah Reina dan masih melangkahkan kakinya menjauh. "Udah yuk balik," ajak Ara. Reina mengangguk pelan dan mengkitu Ara. Mereka menuruni tangga untuk sampai di lantai dasar, namun sampai di lantai dasar Davin mencegat Reina. "Ikut gue," ucapnya datar sambil menarik lengan Reina sedikit kasar. "Loh Reina!" teriak Ara, namum percuma Davin telah membawa Reina menjauh dari tempat itu. Davin terus mengandeng lengan Reina. Gadis itu hanya diam percuma memberontak tenaganya tak cukup kuat untuk melawan cekalan Davin. Cowok itu menghampri sekumpulan cowok yang sudah menggunakan seragam basket masing-masing di pinggir lapangan. "Wah Davin bawa ceweknya," ucap salah seorang cowok. Mereka serempak melihat kearah Davin yang masih mengandeng lengan Reina. "Sorry gue telat," ucap Davin singkat. "Oke nggak pa-pa, kita ngerti kok kalau lo masih kencan," Canda Abi yang sudah siap latihan basket. Mereka semua tertawa tak terkecuali Adam yang sudah siap dengan seragam basketnya. Davin hanya diam. Reina pun juga sama kikuknya dia tak tau harus berbuat apa sekarang. "Lo duduk sini. gue mau latihan." printah Davin. Reina menuruti apa kata Davin dia duduk di bangku panjang di pinggir lapangan. Cowok itu pun berlalu pergi dengan seragam basket di tangannya. "Gue mau ganti baju. Jangan godain tuh cewek. Kalau gak mau muka kalian ancur pulang dari sini," ucapnya tegas dan meninggalkan teman-temanya yang masih duduk santai di pinggir lapangan. "Waduh sensi banget sama gadisnya," ucap Adam yang di susul kekehan teman basketnya yang lain. Sudah hampir 2 jam Reina menunggu Davin latihan basket. dia bosan sangat bosan. Namun anehnya cowok itu seolah tak mempunyai rasa capek sedikit pun. Reina menatap Davin yang masih asik mendribel bola orange itu, memainkannya kesana-kemari sampai memasukannya kedalam ring dan bola itu mendarat mulus ke tanah. "Davin!" teriak Reina di pinggir lapangan. Davin melihatnya sebentar dan mendekati gadis itu. "Apa?" tanyanya singkat. "Pulang, gue bosen, gue capek!" lapor Reina. Davin menggangguk dan mengambil tasnya yang berada di sebelah Reina. "Gue balik duluan!" teriak Davin berpamitan kepada teman-temannya. "Lo gak ganti baju dulu?" Tanya Reina setelah mereka berdua sampai di parkiran. "Gue pakek jaket," ucap Davin cuek. Reina hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti. Setelah itu dia naik keatas motor Davin dengan bantuan cowok itu. Davin memakai helmnya dan menstater motornya, kemudian melajukan motornya menjauh dari area sekolah. Reina bingung saat motor Davin berhenti di depan gerbang rumahnya. Reina turun dari motor itu dan bertanya kepada Davin. "Kok kita berhenti di rumah gue? Bukannya gue harus privatin lo ya?" tanya Reina bingung. Davin melepas helmnya dan menatap gadis di depannya itu "Katanya tadi lo capek," ucap Davin. Reina diam mengingat apa yang dia ucapakan tadi pada Davin saat di lapangan. "Iya sih, tapi kan lo harus belajar," ucap Reina. "Nggak, kita atur aja waktunya kapan nggak usah tiap hari. 3 kali dalam seminggu aja," jelas Davin memberi saran. "Oke nggak papa, hari apa?" tanya Reina. Davin berfikir sejenak , "Senin, Rabu, dan Kamis," "Kenapa hari Rabu sih? Kenapa nggak selasa aja?" protes Reina. "Hari selasa gue ada latihan basket," ucap Davin yang membuat Reina mengerucutkan bibirnya kedepan. 'Nih cewek gemesin juga'.batin Davin "Oke deh gue setuju." Reina mengulurkan tangannya kedepan badan Davin. Cowok itu hanya mengerutkan dahinya tanda tak mengerti. "Deal, telmi," ucap Reina sadis. Davin sadar dengan maksud Reina dan mengulurkan tangannya mengikuti Reina. Gadis itu tersenyum manis kepada Davin. Yang membuat cowok itu tak berkedip sepersekian detik. Reina melepaskan tangannya dari genggaman Davin. "Ngapain lo masih disini?" ucap Reina ketus. Davin tersadar dan langsung berkedip cepat. "Ini juga mau balik," "Yauda, sono balik ke alam lo." usir Reina sadis. Davin hanya memutar bola matanya malas. Tak ingin menjawab perkataan gadis di sebelahnya itu. *** Ting tong ting tong Suara bell mengagetkan Reina yang tengah bersantai di ruang keluarga sambil menonton televisi. Sekarang sudah pukul 4 sore namun rumah besarnya masih sepi karena bundanya masih di butik sedangkan ayahnya masih mengurus pekerjaannya yang berada di luar kota beberapa hari ini. Sekarang tinggal Reina dan bang Beni yang di rumah di tambah mbok Inah asisten rumah tangganya. Namun, Beni si abangnya sedang asyik bermain basket di taman belakang bersama teman-temannya, mbok Inah juga sedang keluar ke warung untuk membeli sesuatu. alhasil Reina lah yang harus membukakan pintu. Dengan jalan yang ogah-ogahan Reina melangkahkan kakinya. "Iya bentar." Reina membuka pintu itu lebar-lebar dia kaget saat melihat siapa yang datang. "Rama!" Reina segera menubruk d**a bidang cowok itu dengan keras sampai si cowok yang bernama Rama itu terhuyung kebelakang. Reina masih memeluk cowok itu erat seperti sudah tidak bertemu bertahun-tahun karena terakhir mereka ketemu adalah saat mereka kelas tiga SMP. "Gue kangen!" Ucap gadis itu di sela pelukannya. Rama tersenyum sambil menarik Reina pelan agar melepaskan pelukannya. "Boleh gue masuk?" tanya masih dengan senyuman. "Ayo." sambut Reina riang. Mereka akhirnya duduk di ruang tamu, Reina hendak mengambilkan minum untuk Rama namun cowok itu menggeleng supaya gadis itu tak perlu membuatkannya minuman. Reina duduk di sebelah Rama. Suasana masih diam tanpa ada yang memulai pembicaraan . "Gue kesini karena tadi ketemu sama bang Beni di sekolah, gue baru tahu kalau ternyata lo udah pindah ke Jakarta, bahkan satu sekolah sama gue, kenapa nggak ngabarin?" suara lembut Rama memecahkan keheningan. "Hp gue rusak waktu itu, gue ngvak tau harus hubungin lo lewat apa, gue udah ngirim email ke elo tapi nggak pernah lo bales, gue DM lo juga gak pernah lo read," ucap Reina sambil memandang wajah tegas di sampingnya. Rama memandang wajah yang dia rindukan, "Sorry gue ada urusan dua bulan ini, gue sibuk sampai nggak ngecek semua sosmed gue," jelas Rama sambil mengelus puncak kepala Reina dengan lembut. "Nggak papa yang penting gue udah ketemu lo, gue kangen sama lo sumpah." lagi, Reina memeluk Rama erat. cowok itu membalas pelukan Reina sambil mengelus lembut rambut Reina. Rama tersenyum lebar, "Gue juga kangen sama lo, maafin gue ya nggak bisa jagain lo waktu itu di jogja, gue malah milih pindah ke Jakarta," Ucap Rama lirih. "Nggak apa Ram, santai aja buktinya gue nggak kenapa-kenapa kan, gue sehat-sehat aja," Kini Reina telah melepaskan pelukannya dia menatap cowok di sampingnya itu lekat. "Hati lo yang masih gak sehat," ucap Rama pelan dia merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Reina dengan benar. "Udah ah, kok jadi sedih gini sih, harusnya seneng dong uda bisa ketemu." Reina tertawa pelan, Rama hanya tersenyum, senyum khas milik Rama yang jarang dia pamerkan kepada siapa saja. "Bang Beni kemana?"Tanya Rama pada Reina. "Di taman belakang sama temen-temenya lagi main basket," jawab Reina. "Oh pantes di luar banyak motor." Reina mengangguk, "iya, punyanya temen-temen abang." "Ayah sama bunda?" Tanya Rama lagi karena melihat rumah besar itu tampak sepi. "Ayah masih di luar kota biasa ngurus kerjaan, Bunda masih di butik sejak pindah kesini bunda milih buka butik kecil-kecilan katanya dari pada bosen dirumah," Rama mengganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Mau jalan?" Reina segera mengangguk antusias , jujur dia kangen jalan bersama Rama tertawa bersama Rama dan menghabiskan waktu bersama Rama. Dia merindukan semuanya tentang Rama setelah cukup lama tak perna bertemu "Gue ambil tas dulu ya," pamit Reina kepada Rama dan segera melangkahkan kakinya untuk menuju kamarnya mengambil tas serempang kecil berwarna navy dan memakai jaket denimnya. "Gue uda pamit sama Bang Beni kalau ngajak lo keluar," lapor Rama setelah Reina sudah siap dengan dandanan ala kadarnya Reina tak berubah, dia tetap seorang gadis yang sederhana tanpa polesan make up pun wajahnya tetap cantik. Reina yang hanya menggunkan celana jeans hitam panjang , dengan kaos putih polos yang di balut dengan jaket denim dongker dan sepatu Converse yang senada dengan tasnya begitu cantik tanpa ribet. Iya Reina tak menyukai apa itu Ribet karena itu dia suka tampil alakadarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN