Chapter 6

1181 Kata
15 menit sudah mereka menempuh perjalanan dari sekolah. Reina dan Davin sudah berada di jalan perumahan permata tapi anehnya di sebuah pertigaan Davin berbelok ke kanan. Padahal seharusnya arah rumah Reina berbelok ke kiri. "Kok belok ke kanan, rumah gue kearah kiri," ucap Reina di belakang Davin. Davin tak menjawab pertanyaan gadis di belakangnya itu, dia tetap melajukan motornya sampai akhirnya berhenti di sebuah pagar kayu bercat coklat. Davin mengklakson sebentar sampai gerbang itu terbuka menanpakan seorang lelaki paruh baya berseragam hitam , nampaknya itu sopir rumah besar bercat putih itu. "Turun," ucap Davin ketus. "Ini dimana?" tanya Reina bingung. "Rumah bokap sama nyokap gue tinggal," jawab Davin singkat. "Berarti ini rumah lo?Ngapain kerumah elo?" Tanya Reina heran. "Lo ikut aja, gak usah banyak nanya," ucap Davin menyarankan agar Reina diam saja. Setelah memarkirkan motornya di garasi. Davin mengandeng lengan gadis yang masih keheranan itu. Mereka memasuki rumah besar bercat putih dengan nuansa klasik. Reina masih setia mengekori Davin. Sampai di lantai dua Davin berhenti di depan pintu bercat abu-abu. "Lo ngapain ngikutin gue?" tanya Davin heran. Reina melongo setelah itu membuang nafasnya kasar, "Tadi lo bilang gue suruh ngikut aja nggak usah banyak nanya, sekarang gue ngikutin lo, ngapain lo malah nanya?" protes Reina pada Davin. "Gue mau ganti baju, lo mau ikut?" Reina menggelang cepat. "Tunggu disana," ucap Davin singkat sambil menunjuk kesofa di depan televisi di ruang keluarga terbuka itu. Reina mengangguk. Cukup lama Reina menunggu sambil bermain ponselnya. Tiba-tiba suara langkah kaki dari arah tangga terdengar. Langkah kaki itu mulai terdengar keras sampai muncul seorang wanita paruh baya dengan paras cantik. Dia keheranan saat melihat Reina yang tengah duduk di sofa. Reina berdiri dari duduknya dan tersenyum. "Siang, tante," sapa Reina ramah pada seorang wanita itu yang tak lain adalah Aruni mamanya Davin. Reina mencium punggung tangan Aruni. "Siang, kamu temannya Davin ya?" Tanya Aruni yang sudah mengetahui dari seragam yang di pakai Reina. "Iya tante saya Reina, temannya Davin." ucap Reina ramah sambil menampilkan senyumanya. "Oh kamu yang namanya Reina ya, Wah cantik banget kamu," puji Aruni sumringah. Reina hanya tersenyum manis, "Makasih tante," "Mama nggak usah modus deh, Ma," suara Davin muncul di balik pintu bercat abu-abu. Kemudian menampakkan dirinya yang hanya memakai kaos hitam polos tanpa lengan dengan celana hitam selutut dengan ujung jahitan seperti terkoyak. Cowok nyembelin itu ternyata agak ganteng juga, batin Reina. "Iihhh Davin,mama nggak modus kok, mama ngomong apa adanya," jawab Aruni. Davin memutar bola matanya malas. Melihat tingkah Mamanya yang selalu di luar batas kewajaran dengan usia yang sudah menginjak kepala 4. "Dia guru private Davin sekarang, jadi mama gak usah nyari'in Davin guru private. Davin nggak mau, ma." Aruni menatap Davin sebentar. Lalu tersenyum kepada Reina. Sedangkan Reina hanya tersenyum. Dia sudah tau mengapa Davin mengajaknya kerumah. Dia hanya ingin mengenalkan Reina pada sang mama. "Baguslah jika kamu udah bisa bujuk Reina buat jadi guru les kamu, mama seneng dengernya," ucap Aruni senang. "Yauda,kalau gitu mama tinggal ke bawah ya kamu belajar yang bener sama Reina," "Iya, ma." jawab Davin malas. "Reina makasih ya udah mau bantu Davin belajar, kalau Davin nggak mau belajar atau nakal tampol aja sampai jadi jelek, gak pa-pa tante ikhlas kok." Reina tersenyum sedangankan Aruni terkekeh melihat Davin menatapnya dengan wajah sebal. "Udah lah ma," rengek Davin. "Iya iya, yaudah Reina tante tinggal dulu ya," pamit Aruni dan turun ke lantai bawah. "Iya tante," ucap Reina sopan. Setelah kepergian Aruni, Reina menatap wajah tenang Davin. "Jadi lo bawa gue kesini cuma mau ngenalin gue ke mama lo?" tanya Reina. Davin mengangguk, "Kenapa emang?" tanya Davin. Reina menggeleng, dia benar-benar sedang dalam masa sulit kali ini. Baru juga pindah sudah mendapat masalah dengan cowok bernama Davin. Dulu Reina pikir akan menyenangkan membalas budi pada pahlawan kegelapannya. Sekarang yang dia alami malah kebalikannya. "Anterin gue pulang, Bunda gue pasti nyariin." rengek Reina. "Lo belom pamit?" "Udah, tadi ke abang gue tapi gak bilang kalau mau ketemu elo." "Kenapa gak coba telvon lagi" ucap Davin tenang sambil memainkan ponselnya. "Batrei hp gue abis, mana bisa gue hubungin Bunda gue." "Yauda lo balik aja." ucap Davin santai masih dengan ponsel di tangannya. Reina mengkerutkan dahinya dia terdiam dengan ucapan Davin. Maksudnya lo gue harus pulang sendiri gitu, jalan kaki? Seriusan lo? gue ada disini gara-gara elo Davin. Lo tega banget. Okelah kita satu perumahan tapi kita beda blok jalan kaki juga agak jauh. Dan gue capek hari ini. Reina membatin dalam hati. "Oke, gue balik!" Tanpa menunggu jawaban dari cowok nyebelin itu Reina menuruni anak tangga sambil menahan kedongkolan di hatinya. "Loh Reina mau kemana sayang?" Tanya Aruni dari dapur yang tengah berjalan menghampirinya. "Mau pulang tante, takut Bunda nyariin." ucap Reina seramah mungkin walaupun hatinya sedang dongkol di buat Davin. "Loh kok gak di anterin Davin? Davin kemana?" "Davin ada di atas tante, tapi gak usah gak pa-pa, Reina bisa pulang sendiri kok tante Cuma beda blok aja kok, kasian Davin kecapekan." "Nggak, Davin pasti gak mau nganter kamu, uda biar tante marahin dia." Belum sempat Reina menjawab, Aruni sudah memanggil Davin dengan suara super kerasnya. "Davin!" teriakan Aruni dari lantai dasar membuat Davin turun dari lantai dua. "Kenapa sih, ma? pakek teriak segala." ucap Davin malas. "Kamu ini yang uda buat Reina di sini, tapi gak mau nganter dia pulang, kamu ini bagaimana sih."omel Aruni pada Davin. "Ma, rumah dia itu di blok sebelah deket, jalan kaki juga sampai kan." "Davin kamu jadi cowok gak bertanggung jawab banget ya, pokoknya anterin Reina pulang sekarang." "Tapi Ma...." Belum sempat Davin membela diri ucapannya sudah di potong oleh sang Mama. "Nggak ada tapi-tapian." Davin berjalan gontai menaiki tangga. Dia akhirnya menuruti apa yang di katakana Mamanya. Karena jika tidak di turuti maka Mamanya akan mengomel tak jelas padanya. Dan parahnya lagi akan membuat Davin pusing. "Kamu mau kemana Vin?" Tanya Aruni saat mengetahui Davin malah menaiki tangga bukan mengantar Reina pulang. "Ambil jaket. Masak iya Davin keluar Cuma pakek kaos kayak gini, malu Ma." "Oh iya ya Mama lupa," Aruni terkekeh pelan sedangkan Reina di sebelahnya hanya tersenyum melihat Davin yang kesal dengan tingkah Mamanya. "Davin mah sok malu, padahal bisanya malu-maluin dia mah." "Davin denger!" ucap Davin dari tangga. Davin sudah menuruni anak tangga dan sudah memakai jaket di badannya. Dia menghampiri Mamanya dan Reina. "Ayo." Reina mengangguk, lalu berpamitan dengan Mamanya Davin. "Reina pulang ya tante, Assalamualaikum." ucap Reina ramah sambil mencium punggung tangan Aruni. "Iya cantik, Waalaikumsalam." Reina dan Davin meninggalkan Aruni yang masih berdiri di tempatnya. Sedangkan Reina gadis itu hanya mengekori Davin sampai di gerbang depan. Reina naik ke boncengan motor dengan di bantu Davin. Setelah itu cowok itu menstater motornya dan meninggalkan pelataran rumah besarnya. Tidak butuh waktu lama Davin sudah sampai di depan rumah Reina. Reina segera turun dan segera memasuki pelataran rumahnya. Namun langkahnya terhenti dengan suara seorang cowok di belakangnya. Davin. "Heh lo, udah dianterin pulang nggak ngucap trima kasih malah ngacir pergi." ucap Davin ketus. "Iya makasih." Setelah mengucapkan dua kata itu Reina pergi meninggalkan Davin yang tengah mengerutu kesal. Davin tak mau berlama-lama berada di depan rumah Reina. Dia menstater motornya dan segera kembali ke rumahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN