Chapter 11

1233 Kata
"Sorry gue langsung masuk, tadi gue udah nyoba ketuk tapi lo gak bukain," lapor Rama sambil duduk di samping Davin. Davin hanya mengangguk lalu menyodorkan sekotak rokok kepada Rama, "Mau?" ucapnya dingin. Rama hanya menggeleng tak mengambil kotak rokok itu. "Gue uda berhenti," Davin mengkerutkan dahinya mendengar jawaban Rama. sejak kapan cowok di sampingnya berhenti merokok. Padahal setahu Davin, Rama adalah perokok berat. Namun sekarang dia terkejud mendengar penuturan Rama barusan. "Sejak kapan?" Tanya Davin masih dengan nada dinginnya. "Sejak gue ketemu orang yang gue sayang lagi," jawabnya santai yang membuat Davin berhenti menyesap rokoknya dan menatap Rama lekat. Seolah tahu dengan maksud tatapan Davin. Cowok itu tersenyum tipis, "Reina." timpalnya yang membuat Davin kaget dan segera mengedipkan matanya cepat. Rama tersenyum menampilkan senyuman khas Rama. Cowok itu memperhatikan sepupunya yang nampak kaget dengan penuturannya. Rama mengerti dengan tingkah Davin yang aneh, "Dia sahabat gue," timpal Rama memperjelaskan. "Sahabat??" Tanya Davin bingung. "Iya dia sahabat gue waktu gue di jogja. Kenapa? lo ngira gue pacaran ya sama dia. Lo cemburu, Vin?" goda Rama sambil terkekeh melihat ekspresi Davin yang sulit diartikan oleh Rama. "Gue nggak cemburu," tukasnya. "Kalau nggak cemburu kenapa waktu di tangga ketemu Reina nyapa gue lo malah pergi?" Tanya Rama slidik. Davin diam dia juga tidak tau mengapa dia langsung pergi dari sana. Waktu itu dadanya hanya terasa nyeri sebentar melihat Rama dan Reina berbincang. "Gue tau kok kalau sekarang lo nyoba PDKT sama Reina. Gapapa gue dukung," ucap Rama dengan riang. "Apaan sih lo," ucap Davin ketus sambil memukul lengan Rama keras. Cowok itu hanya tersenyum setelah sukses membuat sepupunya kesal. "Gue bakal bantuin lo," ujarnya serius. Davin mengangkat sebelah alisnya. "Gue nggak suka sama dia," timpalnya yang membuat Rama terkekeh. "Lo kenapa sih?" sentak Davin yang melihat sepupunya kini tertawa lepas seoalah sedang menertawai hal yang lucu. Padahal sedari tadi Davin tidak berniat untuk bergurau. Rama menghentikan tawanya dengan susah payah. "Dasar daratan kutub. Sekarang emang lo nggak sadar tentang perasaan lo, tapi gue yakin suatu saat lo bakal buka hati lo buat dia," Ucap Rama dengan nada seriusnya. Davin tersenyum kecut, "Sok tau," "Gue emang tau, Vin. Lo nggak perna mau deket sama cewek mana pun sejak kejadian itu, dan sekarang dengan tiba-tiba lo deket sama Reina, salah gue sebagai sepupu curiga?" ucap Rama. "Dia cuma bantuin gue buat belajar, kalau bukan karena mama juga gue nggak akan mau," jawab Davin acuh. Rama terkekeh pelan. "Awalnya begitu." Davin tak bergeming dia menjatuhkan puntung rokoknya kelantai dan menginjaknya sampai padam. "Vin, asal lo tau gue dan yang lain cuma pengen lo kayak dulu lagi. Davin yang ramah dengan wajah hangatnya yang selalu dia tunjukan kesiapapun itu. Keperdulian lo dengan orang-orang yang berada di sekitar lo. Kita semua kangen sifat itu dari lo." "Sifat yang hilang bersamaan dengan hilangnya seorang yang berharga buat lo dua tahun lalu," sambung Rama lagi. "Stop Ram!" tegas Davin rahangnya mengeras seolah menahan emosi. Rama menatap Davin dengan sorot mata kesedihan. "Gue cuma mau Davin yang dulu. Bukan kayak sekarang!" tegas Rama. "Buka hati lo, Vin. udah lama hati lo beku. Memang lo butuh waktu tapi gue yakin lo bisa. Dari tatapan lo ke Reina gue bisa nyimpulin kalau lo ada rasa walaupun itu masih sedikit." Rama beranjak dari duduknya. Sebelum dia pergi dia menepuk bahu Davin dan mengucapakan sebuah kalimat penuh arti, "Ikhlasin masa lalu lo dan buka lembaran baru di hidup lo." Davin hanya terdiam memikirkan kata yang sepupunya katakan. Kemudian dia tersenyum lebar. Senyuman khas Davin yang telah lama hilang bersamaan setelah kejadian itu. *** "Astagfirullah. kenapa jelek gini sih nilai gue." Teriak Ara di bangkunya yang membuat kaget seisi kelas. Tangan kanannya memegang selembar kertas ulangan yang tadi dia kerjakan. Bisa tebak berapa nilai Ara? Yup gadis dengan suara cempreng nan kerasnya itu mendapatkan seekor bebek berserta telur di belakangnya. "Heh Ara mulut lo kambuh lagi ya, gue jadiin pacar kalau lo masih teriak-teriak," bentak Dito sambil teriak juga kearah Ara. Kelas menjadi riuh akibat ucapan Dito. Untung guru yang tadi mengajar sudah keluar kelas karena jam pergantian sudah berbunyi. "Yee gue teriak gak boleh malah lo ikut teriak nggak konsisten banget." cibir Ara pada Dito. Cowok itu melotot pada Ara. Gadis itu langsung nyengir melihat wajah kesal Dito. "Yaelah gitu aja baperan," ucap Ara tanpa menoleh kearah cowok itu. Dito menghampiri Ara di bangkunya. Dia mencekal lengan Ara kasar. Ara takut melihat wajah cowok di depannya yang tengah menahan emosi. Dito mendekatkan wajahnya sampai Ara bisa merasakan hembusan nafas cowok itu. Dito menatap manik mata Ara lekat dan tersenyum miring. "Kinara Arshinta tunggu pelajaran dari gue selanjutnya," Setelah mengatakan itu Dito pergi dengan teman-temannya yang hendak kelapangan untuk pelajaran olahraga, meninggalkan Ara yang masih diam mematung di tempatnya. Takut dengan ancaman Dito tadi. Reina yang sedari tadi hanya melihat keributan dari sahabatnya hanya tertawa pelan. Dia melihat wajah Ara yang saat ini memucat. "Heh Ra yuk ganti baju udah jam olahraga," ucapnya membuyarkan lamunan Ara. Gadis itu hanya mengangguk pelan dan mengikuti Reina yang berjalan di depannya. Saat ini kelas 11 Ipa 2 sedang melakukan kegiatan olahraga di lapangan. setelah 10 menit melakukan pemanasan dengan cara ugal-ugalan akibat Rifki sang ketua kelas menghitung secara tak beraturan. Ditengah lapangan siswa laki-laki sedang bermain basket. Sedangkan siswi perempuan hanya duduk bersantai di pinggir lapangan yang teduh jauh dari paparan sinar matahari. Tak kecuali Reina dan Ara mereka tengah duduk selonjoran diatas rumput tepat di bawah pohon yang rindang. "Udah kali nggak usah di pikirin, entar juga ada remedial," Reina membuka suara. Gadis itu hanya diam tak menjawab. Reina hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya yang bisanya selalu heboh kini terlihat sedih. "Ra, udahlah jangan sedih gini, entar nilai lo buat gue deh. Nilai gue biar buat lo gimana?" ucap Raina menghibur Ara. Namun gadis itu masih diam. Reina hanya diam mungkin sahabatnya ingin menenangkan pikiranya sejenak akibat ulangan kimia yang mendadak dan membuat nilainya jelek. "Na, kira-kira Dito ngasih pelajaran ke gue apa ya. Gue takut, Na," ucap Ara pelan. Reina melongo mendengar ucapan Ara barusan. "Jadi, dari tadi lo diem cuma mikirin Dito?" Ara mengangguk pelan. "Yaelah, gitu aja lo pikirin, sih, udah gue yakin Dito gak bakal apa-apain lo," ucap Reina meyakinkan. Ara menatap Reina sebentar lalu mengangguk pelan. "Eh gue ikut gabung nggak pa-pa nih?" suara seorang gadis dengan tatanan rambut mirip dora duduk mengikuti Reina dan Ara. "Nggak pa-pa, kok." sahut Reina ramah dia tersenyum kearah cewek itu. Dia Gilsya murid baru tepatnya dua minggu lalu dia pindah dari Surabaya ke Jakarta. Ara pun tersenyum saat pandangannya bertemu dengan Gilsya. "Gue gabung kesini soalnya kalian kayaknya pada asyik orangnya. Nggak pa-pa kan?" "Nggak pa-pa nyantai aja sama kita, lo bisa kok temenan sama kita berdua," ucap Ara dengan senyuman terbaiknya. Gilsya tersenyum karena telah mendapat teman baru. Dia berterimakasih kepada dua sahabat di depannya yang sudah mau menjadi temannya. Reina tersenyum saat melihat seorang cowok yang tengah melintas di koridor lantai dasar. Cowok itu nampaknya melihat keberadaan Reina. Dia melambaikan tangannya kearah Reina dan di balas hal yang sama oleh gadis itu. Cowok itu tersenyum namun berikutnya dia mulai melangkahkan kaki menaiki tangga. Ara dan Gilsya yang melihat kejadian itu pun terdiam dan menoleh kearah Reina. Mereka berdua melongo sambil meminta penjelasan terhadap gadis itu. "Kenapa?" Tanya Reina bingung. "Lo kenal Rama?" Tanya Ara. Reina menepuk jidatnya dia lupa tidak menceritakan soal Rama kepada Ara. Benar saja wajah Ara dan Gilsya bingung saat melihat adegan lambaian tangan tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN