Undangan
“Kak Kinan, ada undangan buat Kakak,” ucap tetangga kos Kinan yang masih duduk di bangku kuliah semester tiga.
“Dari siapa Nin?” tanya Kinan penasaran. Pasalnya tidak ada teman kantor yang hendak menikah. Apa dari teman kuliahnya? Padahal Kinan tidak begitu aktif di grup alumni sekarang. Kenapa tahu alamat Kinan?
“Gak tau sih Kak. Tadi pake g*send ngirimnya,” jawab Nin atau Nindy.
“Ya udah deh. Makasih ya Nin. Kakak masuk dulu,” pamit Kinan. Memasuki kamar kos berukuran 3x4 meter miliknya. Kos sederhana yang hanya berisi kasur single, lemari, kipas angin dan meja kecil. Selain karena murah, kos ini juga lumayan dekat dengan kantor. Mungkin sekitar satu setengah kilometer jaraknya. Bisa di bilang, kos paling murah dengan jarak terdekat dengan kantor. Kos yang Kinan tempati merupakan sebuah rumah biasa dengan jumlah kamar sepuluh. Kos khusus putri yang hampir semuanya terisi. Kamar Kinan berada paling depan. Tepat di belakang pintu masuk rumah. Tanpa kamar mandi dalam. Kinan terlalu malas jika harus membersihkan kamar mandi sendiri. Jadi memilih kamar dengan tanpa kamar mandi. Untuk mandi, ada kamar mandi umum yang letaknya tidak jauh dari kamar Kinan. Yang bersebelahan dengan dapur umum. Lagi pula kamar kos dengan kamar mandi di dalamnya lumayan mahal harganya.
Kinan menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Bekerja seharian cukup membuat badannya terasa remuk semua. Apalagi hanya duduk berjam-jam saja di kantor. Menekuri lembar demi lembar deretan angka pada layar datar. Pundaknya juga seperti ingin patah.
“Undangan dari siapa sih,” kata Kinan penasaran. Membuka bungkus plastik hitam yang melindungi undangan tebal itu.
“Kelvin dan Andira,” gumam Kinan.
Jantung Kinan terpompa lebih cepat kala membaca nama yang terukir dengan tinta emas itu. Kelvin dan Andira. Ini benar Kelvin yang Kinan kenal kan? Sepertinya iya. Pasalnya hanya ada satu Kelvin saja di hidup Kinan.
“Nyesek sih. Tapi mau gimana lagi,” lirih Kinan. Sekuat tenaga membendung air mata yang hendak keluar.
Kelvin, lelaki yang lebih dari enam tahun menjalin hubungan dengannya. Lelaki yang bahkan beberapa bulan lalu melamarnya dengan romantis. Ya, Kelvin tunangan Kinan sampai beberapa hari lalu Kinan memergoki Kelvin tengah mengantre giliran untuk di panggil di depan poliklinik kandungan dengan seorang wanita muda yang wajahnya belum pernah Kinan lihat. Kinan yang penasaran memberondong dengan pertanyaan. Sayangnya jawaban Kelvin membuat Kinan bagai orang bodoh. Kelvin dengan wajah menunduk mengakui perbuatannya. Kelvin ternyata bermain di belakang Kinan. Dengan seorang kenalan sampai menghasilkan janin yang saat itu sudah berusia empat minggu. Kinan kecewa dan marah, tentu saja. Pria yang kerap terselip dalam doanya, mengharapkan untuk dapat hidup bersama ternyata tega mengkhianatinya. Dengan sepihak dan tanpa pikir panjang memutuskan pertunangan dan memutus kontak dengan Kelvin. Kelvin beberapa kali mencoba mendekati dan meminta maaf karena memang mereka bekerja di perusahaan yang sama jadi tidak menutup kemungkinan untuk saling bertemu. Kinan yang sakit hati terus menghindar. Menghindar satu-satunya yang bisa Kinan lakukan. Sampai Kelvin lelah dan mulai bersikap biasa malah terkesan acuh.
Walau sudah mengetahui bahwa akhirnya Kelvin akan menikah dengan selingkuhannya, tapi tetap saja ada bagian dalam diri Kinan yang merasakan sakit. Menjalin hubungan begitu lama dan berakhir dengan Kinan yang menjadi tamu undangan bukan sebagai mempelai wanita yang bersanding di atas pelaminan. Sungguh miris kisah cinta Kinan.
Kelvin akhirnya mempertanggung jawab kan perbuatannya. Menikahi wanita yang tengah mengandung keturunan lelaki itu. Bibir Kinan mampu berucap ikhlas. Namun hatinya masih saja nyeri. Mengingat segala kenangan bersama Kelvin. Enam tahun bukan waktu yang singkat. Banyak hal terjadi selama enam tahun bersama. Mereka dari desa yang sama. Memperjuangkan beasiswa agar bisa bertahan sampai wisuda di kota orang tanpa keluarga. Keluarga Kelvin bisa di bilang lumayan berada. Namun lelaki itu bertekat untuk tidak membebankan biaya kuliah pada kedua orang tuanya. Jadi mengejar beasiswa seperti Kinan akhirnya. Sampai melamar di perusahaan yang sama. Kinan begitu tergantung dengan Kelvin. Kesulitan apa pun selalu meminta bantuan dan Kelvin dengan siaga membantunya. Mereka bahkan sudah merancang masa depan bersama. Jika sudah seperti ini, apa yang harus Kinan katakan pada kedua orang tuanya nanti? Lalu, apa orang tua Kelvin akan datang? Tentu saja. Kelvin kan anak satu-satunya. Mana mungkin kedua orang tuanya tidak datang di hari bersejarah putra mereka. Kinan bingung saat nanti secara tidak sengaja bertemu dengan orang tua Kelvin. Sedari awal menjalin hubungan, orang tua Kelvin sudah tidak menyukai Kinan. Wajah mereka kentara menunjukkan ke tidak sukaannya terhadap Kinan saat bertemu, saat Kelvin dan Kinan pulang ke desa mereka pada libur semester. Entah alasannya.
“Harus banget ya Gue dateng?” tanya Kinan bermonolog.
Apa Kinan harus memenuhi undangan Kelvin? Takutnya nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bisa saja kan, Kinan khilaf dan melampiaskan sakit hatinya dengan mengacaukan. Huh, hati siapa yang tahu. Kenapa juga Kelvin harus mengundang Kinan? Apa lelaki itu belum puas menyakiti dan ingin membuktikan bahwa sekarang sudah mendapatkan pengganti Kinan? Jika iya, Kelvin benar-benar jahat. Hampir seluruh penghuni kantor juga sudah mengetahui hubungan khusus yang terjalin antara Kelvin dan Kinan. Besok pasti akan heboh. Pasangan kekasih yang menjalin masa pacaran lumayan lama berakhir menyedihkan. Kinan harus menyiapkan mental untuk besok pagi. Pasti akan banyak yang bertanya mengenai kebenaran undangan yang datang. Atau malah bertanya mengapa pasangan terlanggeng di perusahaan putus di tengah jalan.
“Penginnya sih gak dateng. Tapi nanti dikira belum move on.” Kinan bimbang antara dua pilihan. Jika datang, Kinan harus menyiapkan mental agar tidak menangis. Jika tidak datang, pasti anggapan semua orang yang mengetahui tentang hubungan Kinan dengan Kelvin sebelumnya mengarah pada Kinan yang belum bisa melupakan Kelvin.
Kinan belum move on. Ayolah, hubungan mereka terjalin selama enam tahun dan berakhir kurang dari satu minggu yang lalu. Siapa orang yang bisa secepat itu melupakan? Jika enam tahun yang Kinan habiskan adalah kepura-puraan, satu hari saja sudah cukup untuk melupakan Kelvin. Sayangnya, Kinan menggunakan seluruh hatinya, tulus mencinta, meletakkan harap begitu besar. Sampai akhirnya di patahkan begitu saja.
“Ya Tuhan, tolong petunjuk Mu,” pinta Laura.
Tanpa menemukan jawaban, Kinan memilih tidur sejenak. Tidur menjelang maghrib memang terasa lebih nikmat. Ya walau Kinan tahu, ada larangan tentang itu. Lagi pula, hampir semua yang dilarang itu terasa nikmat. Ah, ada apa dengan Kinan.
Sedikit bercerita. Kinan merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Merantau di kota orang tanpa sanak saudara untuk mencari nafkah. Kepintaran Kinan membawa gadis itu memperoleh beasiswa penuh di perguruan tinggi negeri di kota ini. Memenuhi biaya hidup dengan bekerja paruh waktu seusai jadwal kuliah selesai. Dengan nekat melamar pekerjaan pada perusahaan besar saat menyandang fresh garaduate. Untung saja nasib baik menimpa. Diterima saat pertama kali melamar pekerjaan. Kedua orang tua Kinan beserta tiga adiknya tinggal di desa. Kedua orang tuanya yang hanya tamatan sekolah dasar bekerja serabutan di desa. Mulai membantu pemilik ladang untuk menanam atau memanen, ibu Kinan tak jarang menjadi buruh cuci tetangga. Hidup Kinan memang sesusah itu dulu. Saat berita di terimanya Kinan di perguruan tinggi, banyak dari tetangga meremehkan dan mencaci. Menghabiskan waktu dan biaya untuk kuliah sedangkan orang tuanya mati-matian mencari nafkah untuk menyambung hidup. Kinan dengan nekat mengabaikan dan melanjutkan cita-citanya. Kinan ingin mengubah kehidupan keluarganya. Memperbaiki ekonomi dan status sosial di mata masyarakat. Untungnya, Kinan yang duduk di bangku kuliah sudah bisa menyisihkan tabungan dan mengirimkan untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya. Harusnya beban Kinan sedikit terangkat kala adik pertamanya, sudah lulus sekolah menengah atas. Fatur -adik Kinan- yang sekarang berusia 20 tahun malah enggan bekerja. Badan sehat dan usia cukup untuk bekerja, namun dengan tidak tahu dirinya malah tidak mau bekerja. Katanya cape. Memilih menghabiskan waktu dengan teman tongkrongan. Menjadi beban keluarga sesungguhnya. Sedang kedua adiknya lagi, si kembar Adel dan Abel sekarang duduk di kelas 9. Untung saja si kembar memiliki otak cemerlang sehingga sering mendapatkan keringanan biaya sekolah. Kinan tidak bisa membayangkan jika semua adiknya seperti Fatur. Yang ada Kinan bisa gila atau bahkan mati muda.