BAB 5

1816 Kata
   Tiga minggu berlalu begitu cepat, ruang bawah tanah yang biasanya ramai dengan aktivitas para eksekutif Golden Snake kini sepi. Mereka berdiam diri, dan sedari semalam membereskan semua kekacauan yang tuan mereka buat.    Mereka juga patut memuji diri mereka sendiri, obat yang mereka teliti bekerja dengan baik, bahkan, lebih memuaskan. Obat yang mereka berikan kepada tiga wanita itu, membuat ketiganya bertahan dalam musim tern.    “Apa Cancri sudah bangun?” tanya Tuan Yama.    “Tuan Cancri masih tertidur, musim tern telah berakhir.” jawab Ryuong, salah satu dari sepuluh eksekutif tinggi Golden Snake.    Tuan Yama mengangguk paham, ia akan segera kembali ke jepang hari ini. Ada banyak hal yang akan dia kerjakan, tentu, itu juga mengenai cucu tercintanya, Cancri.    Dari arah pintu, seorang pria dengan pakaian serba hitam masuk. Ia berjalan dengan tegak, langkah pasti. Pria itu juga mengenakan masker yang menutupi bagian hidup dan mulutnya.    “Lauye, Kakek kira kau tak akan datang,” ujar Tuan Yama. Pria itu menatap cucu keduanya, ia bisa melihat jika tidak ada kata ramah pada tatapan dingin Lauye.    “Kakek ….” suara seorang gadis memecah kesunyian, dia adalah Luzia. Gadis itu berlari, ia memeluk Tuan Yama begitu erat, “Kakek, ku dengar Kakek akan kembali ke jepang. Apa itu benar?” tanya Luzia.    “Tentu, ada banyak pekerjaan yang harus Kakek lakukan di sana.” jawab Tuan Yama.    Lauye bungkam, ia memilih duduk dan menunggu Luzia yang masih berbincang dengan Tuan Yama. Pria itu menatap Ryuong yang hanya berdiri tegak, ia tahu jika ada satu dan lain hal yang perlu Ryuong sampaikan padanya.    Berdiri, Lauye menghampiri Ryuong. Ia menatap Ryuong tajam, lalu bergegas pergi.    “Tuan, saya harus menyampaikan laporan kepada Tuan Lauye. Dan untuk, Nona Luzia. Maaf saya harus segera pergi.” Ryuong membungkuk, kemudian pergi menyusul Lauye.    “Kakek dengar, kau menyukai seorang pria? Apa itu benar, Luzia?” tanya Tuan Yama.    Luzia mengangguk, lalu duduk dan menatap Tuan Yama. Gadis itu merengut, ia ingat penolakan Rysh beberapa minggu lalu, “Tapi, dia menolakku.”    Terkekeh, Tuan Yama memutuskan untuk duduk. Pria tua itu memberikan selembar foto pada cucunya, “Kau tentu tahu siapa mereka, bukan?” tanya Tuan Yama.    “Tentu saja aku tahu, ini foto Mom and Dad.” jawab Luzia.    “Mommy yang kau sayangi itu, juga mendapatkan hati Daddy yang kau cintai dengan cara yang tidak mudah.”    “Bagaimana? Tapi, Daddy sangat menyayangi Mommy.” jawab Luzia.    “Jika kau mencintai seseorang, maka kau harus berjuang.”    Luzia mengangguk, ia kemudian tersenyum lalu mencium pipi Tuan Yama. Gadis itu bergegas keluar, ia harus segera kembali dan menemui Rysh, ia ingin berjuang dan tidak patah semangat dalam mengejar cinta pria idamannya.    “Kau mempengaruhi otak gadis nakal itu, Kakek.” suara seorang pria terdengar.    “Kau sudah bangun, Cancri. Bagaimana perasaanmu hari ini?” tanya Tuan Yama.    “Aku hanya merasa pusing, dan apa yang terjadi selama musim tern?” tanya Cancri.    “Tidak ada, kau hanya dipasung dan akan kelelahan lalu tertidur.” jawab Tuan Yama.    Ya, semua orang sengaja merahasiakan kejadian saat musim tern kepada Cancri. Mereka masih ingin hidup dan menikmati dunia yang indah.    “Baguslah, aku tak ingin menyakiti Lizzy lagi.”    “Jika kau ingin terbebas dari rasa sakit, maka kau harus menyetubuhi Lizzy.”    “Aku akan melukainya, Kakek.”    Tuan Yama hanya tersenyum, ia tidak ingin berdebat dan membuat suasana semakin keruh. Cinta memang bisa membuat Cancri menjadi gila, kasih sayang pria itu begitu hangat sampai rela menyiksa dirinya sendiri.    “Ku dengar, kau dan Lizzy sedang mengikuti program kehamilan Lizzy lagi. Apa itu benar?” tanya Tuan Yama.    Cancri mengangguk, ia memang berniat memberikan si kembar seorang adik..    “Kalian sudah memberi kabar pada Felica?” tanya Tuan Yama.    “Belum, Mommy Lica akan mengadakan pesta besar-besaran jika tahu hal tersebut.” jawab Cancri.    “Bukankah itu bagus?” tanya Tuan Yama lagi.    “Kakek, aku merasakan hal buruk akan terjadi.” jawab Cancri. Ia harus memastikan Lizzy berbadan dua sebelum memberi kabar pada pemimpin keluarga, ia tidak ingin membuat harapan palsu pada semua orang tuanya.    “Baiklah, Kakek menunggu kabar baik keluargamu, Cancri.” Tuan Yama berdiri, ia merentangkan tangan.    Cancri juga tersenyum, ia berdiri dan memeluk Tuan Yama, “Kakek akan kembali? Sampaikan salam kepada semua keluarga Heaven Warrior,” ujar Cancri.    “Ya, Kakek akan menyampaikannya untukmu. Dan, sampaikan salam untuk keluargamu.”    “Baiklah.”    Keduanya kini saling melepas pelukan, mereka kemudian keluar dari ruangan tersebut. …    “Jadi, bagaimana penyelidikan yang kalian lakukan?” tanya Lauye.    “Kami menemukan beberapa tikus kecil.” Ryuong membuka sebuah dokumen, lalu membacanya.    “Di Seoul, seorang artis papan atas melanggar kontrak dengan kita. Dia tidak membayar pajak jasa, dan dia menginvestasikan uangnya untuk perusahaan lain.” Ryuong meletakan beberapa foto yang bisa dijadikan bukti, bahkan sebuah kaset di atas meja, “Namanya Lee Hara, dia meminta keamanan ketat bahkan pernah menggunakan jasa eksekutif kelas rendah untuk membunuh artis saingannya.” lanjut Ryuong.    “Lanjutkan, siapa lagi yang kau dapatkan!”    “Yang kedua, seorang CEO perusahaan properti, berasal dari China, dia juga menjual beberapa informasi tentang Golden Snake ke pihak perusahaan lain.”    “Bukankah itu bagus? Akan semakin banyak orang bodoh yang kita kendalikan.”    “Lauye, aku tak ingin bersikap hormat padamu saat kita hanya berdua. Asal kau tahu, dia menjual informasi keluarga inti Golden Snake. Dan kau juga pastinya tahu, jika Cancri sering melakukan pesta besar-besaran untuk semua kolega bisnisnya.”    Lauye menarik napas, jika sampai pada informasi keluarga inti itu jelas menjadi ancaman, “Perusahaan mana yang membeli informasi itu?” tanya Lauye.    “Kami belum bisa melacaknya. Mereka sangat pandai bersembunyi,” ujar Ryuong.    Lauye hanya mengangguk, dia akan menyelidiki masalah ini sendiri dalam waktu dekat. Pria itu menatap Ryuong, “Lanjutkan!” titahnya.    “Ketiga, seorang pria di Indonesia berkhianat pada kita, dia menyelundupkan heroin dengan jumlah besar, namun dia tidak menyerahkan hasilnya kepada Golden Snake.”    “Lalu?”    “Heroin itu adalah milik Golden Snake yang ada di Thailand, beberapa pekerja dari Indonesia ada di sana dan mereka mencuri untuk kepentingannya sendiri.”    “Selanjutnya,” ujar Lauye.    “Seorang wanita asal Indonesia, dia adalah pencuri handal yang bekerja sama dengan kita dalam pencurian barang-barang peninggalan sejarah.”    “Kusuma Admijaya?”    “Ya, dia mendapatkan, Tongkat milik Presiden R.I yang pertama, Gada milik patih Gajah Mada, dan Kepala Budha di Candi Borobudur. Dia mencurinya, namun-”    “Berhenti bertele-tele, Ryuong!”    “Wanita itu tidak memberikan hasil curiannya kepada pihak Golden Snake. Dia menjual barang-barang itu kepada organisasi lain,” ujar Ryuong.    “Siapa lagi?” tanya Lauye.    “Hanya mereka yang kali ini bisa terendus kecurangannya.”    Lauye mengangguk, “Kau bisa pergi, awasi pergerakan b***k-b***k tidak berguna lainnya.”    “Baiklah.” Ryuong memilih pergi, ia cukup yakin jika Lauye sudah memiliki sederet rencana gila untuk melenyapkan benalu di tubuh Golden Snake.    Sepeninggalan Ryuong, Lauye membuka laptopnya dan memeriksa semua bukti yang Ryuong berikan padanya. Pria itu menyeringai, lalu tertawa keras. Suaranya begitu nyaring dan menggema di ruangan dengan cat berwarna hitam itu, Lauye benar-benar mendapat mainan kali ini. Ia bahkan tidak sabar untuk tugas yang Cancri berikan padanya. ...     Seminggu kemudian, Cancri dan adik-adiknya kembali ke mansion utama. Keadaan tengah hutan begitu tenang, mansion yang ditempati keluarga Snake terlihat begitu damai.    “Jadi, Lauye akan melaksanakan tugas gila itu lagi?” Chaeri membuka pembicaraan di meja makan. Wanita itu menatap anak keduanya yang hanya diam dan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.    “Kakak, jika kau pergi sebaiknya sampai bertahun-tahun!” ujar Luzia agak keras. Gadis itu memamerkan gigi rapinya saat mata Lauye menatap ke arahnya.    “Luzia! Kau ingin kakakmu pergi begitu lama? Ada apa?” tanya White yang sedari tadi hanya diam. Ia menatap anak gadisnya yang kini tersenyum lebar, pasti ada sesuatu yang Luzia rencanakan kali ini.    “Kakak Lauye selalu mengawasiku, aku juga ingin bertemu Rysh dan berkencan. Daddy lamarkan Rysh untukku!” pinta Luzia.    Mendengar penuturan anaknya, White segera memandang Chaeri. Pria itu menggeleng dan menunjuk Chaeri dengan garpu di tangannya, “Kau, apa yang kau ajarkan kepada putri kita?” tanya White.    “Tidak ada, aku hanya menyuruhnya bermain.” jawab Chaeri. Ia menyuapkan makanan kepada White, dan membuat seluruh anggota keluarga menatap kedua orang itu dengan pandangan malas. Kebiasaan keduanya sudah berubah, mereka sering berdebat di meja makan dan kadang kala berduaan sambil menjaga cucu kembar mereka.    Cancri meneguk habis minumannya, ia menatap Lauye yang kini bersandar di kursi sambil mengelus kepala ular di pangkuannya. Di sebelahnya, Lizzy menggenggam tangan Cancri, ia juga ingin menyampaikan tujuan mereka pada keluarga besar.    “Sepertinya, ada yang ingin kalian bicarakan.” White menatap anak sulungnya, ia juga menatap menantunya yang tersenyum hangat.    Mendengar ucapan ayahnya, Cancri hanya memandang datar. Pria itu menarik napas, lalu mengembuskannya pelan.    “Mom, Dad,” ujar Lizzy pelan.    “Ada apa?” tanya White.    “Aku dan Lizzy ingin melakukan program kehamilan.” Cancri tersenyum, ia menatap ayahnya yang kini terlihat kaget, “Apa Dad setuju? Menambah satu cucu lagi, bukan masalah.” lanjut Cancri.    “Terserah kalian.” jawab White.    “Mom juga setuju, si kembar sudah waktunya memiliki adik. Lagi pula, Rebecca menyukai anak kecil dan bisa membantu Lizzy.” Chaeri menatap seorang wanita yang kini duduk berdampingan dengan Luzia. Rebecca, anak angkat keluarga Snake.    “Ya, aku juga ikut setuju.” jawab Rebecca.    “Lauye?” tanya White.    “Kehidupan Kakak adalah miliknya, aku setuju.” jawab Lauye, pria itu menatap kakak iparnya, “Kakak Ipar, lahirkan seorang putra. Aku akan mengajarkan banyak hal,” ujar Lauye.    “Bagaimana pendapatmu, Luzia?” tanya White. Pria itu menatap putrinya yang malah berdiri dan menghampirinya, ia merasa bingung dengan sikap Luzia.    “Dad ….” Luzia menghentakan kakinya, “Aku setuju saja jika Kakak memiliki seorang anak lagi. Tapi, aku juga ingin menikah dengan Rysh!” lanjut Luzia.    Mendengar penuturan putrinya, Chaeri terlihat jengkel. Segera saja sebuah pisau kecil melayang. Menuruti perintah otak majikannya.    Dengan cepat, Lauye bergerak. Pria itu menangkap pisau yang dilesatkan ibunya dengan sumpit, hampir saja pisau itu mengenai Luzia.       White sedikit menajamkan matanya saat melihat reflek putra keduanya, ‘Semakin sulit untuk menghadapi mereka, semakin menegangkan untuk membunuh mereka,’ batin White yang kemudian tersenyum miring ke arah anak keduanya    “Mommy menjadikan nyawaku sebagai taruhan, menyebalkan!” Luzia menatap ibunya.    “Kau selalu berpura-pura bodoh. Ada apa denganmu, Luzia?” tanya Cancri.    “Rysh akan melindungiku, untuk apa aku menggunakan kemampuanku?” tanya Luzia, “Lagi pula, Kakak dan Kakak Lauye pasti selalu bersamaku. Dad and Mom, Kakak Rebecca, dan semua keluarga ini akan saling melindungi. Apa aku benar, Dad?”    “Ya.” White mengelus rambut anak gadisnya. Ia memang berhasil menjadi ayah, dan kepala keluarga yang baik saat ini.    “Duduklah, Luzia. Kita akan melanjutkan makan malam ini!” titah Chaeri.    “Yes, Mom!” jawab Luzia dan kembali duduk pada posisinya.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN