Finna menjadi serba salah, perkara tadi Safa menjadi lebih diam. “Safa, kamu marah?” Tidal ada jawaban, tetapi Finna tak menyerah bahkan tahu betul sikap Safa yang memang agak sensitif. Ia terus mengikuti langkah Safa dari samping dengan senyum menggemaskan. “Kenapa kamu senyum kaya gitu, memangnya ada yang lucu?” Safa melirik sinis. “Enggak ada sih. Aku merasa senang saja, ternyata sahabatku ini sudah mau membuka hati dan berusaha menyenangkan hati suaminya.” Kalimat itu membuat langkah Safa terhenti dengan kedua alisnya yang berkerut bingung. Ia tidak tahu bagaimana Finna bisa menyimpulkan hal tersebut. “Sok tahu kamu,” decak Safa yang kembali melanjutkan langkahnya. “Bukan sok tahu, tetapi aku memang tahu, Saf. Tidak mungkin kamu membeli pakaian yang se-“ “Diam atau aku akan bena