Amarah pria itu memuncak hingga ubun-ubun. Apinya meluap di d**a dan ingin segera dikeluarkan. Langkahnya begitu cepat, memandang tajam kepada seseorang yang memerhatikannya. “Maaf, Pak, ada yang bisa kami bantu?” sapanya sopan. “Saya ingin bertemu dengan seseorang yang bernama Muntasir Azril.” Faqih menatap serius sang resepsionis di hadapan. “Maaf, Bapak siapanya Pak Azril?” Wanita itu harus teliti mengenai tamu yang hendak menemui para karyawan. Faqih jengah sekali, perusahaannya terlalu banyak peraturan. Namun, tidak boleh kalap agar bisa menemui pria sialan itu. “Saya rekannya. Cepat, katakan di mana ruangan Pak Azril yang terhormat.” Faqih berbicara tegas penuh penekanan. Wanita itu merasa takut. Baru kali ini menerima tamu yang keras kepala dan tidak sopan santun sesuka hati.