Azril terbelalak kaget saat punggung tangannya dikecup oleh Safa. Entah angin dari mana, dan membuat matanya tak percaya. “Ayo.” Safa hendak menarik lengannya dan Azril semakin tak percaya membuat matanya menoleh ke arah ayah mertua. Melihat bibirnya tersenyum lebar, Azril tak menyiakan kesempatan dengan tangannya untuk merangkul bahu Safa. “Kami izin ke atas dulu, Yah!” Azril sopan dan menggiring Safa lembut. Jujur, jantungnya seperti ingin copot melihat sikap Safa yang menurutnya manis. Namun, ia tidak marah jika memang itu hanya sandiwara Safa di hadapan ayah. Azril mengerti dan setidaknya Safa menghargai keberadaannya. Azril berharap bisa seterusnya bahkan menjadi awal perubahan Safa untuk menjadi istri yang baik. Tidak hanya Azril, Safa pun merasakan hal yang sama pada hatinya.