Setelah kejadian itu, Safa menjadi lebih diam. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar bahkan tidak ikut serta menjemput ayahnya hari ini yang dikabarkan pulang dari rumah sakit. Safa ingin kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda seraya mengobati hatinya yang dilema. Menjalani kesibukan seperti biasa. Saking fokusnya, Safa tidak sadar dengan kehadiran seseorang hingga terdengar suara dehaman. Seketika kepalanya menoleh, memerhatikan pria paruh baya itu berdiri di ambang pintu. “A-ayah!” Segera memeluknya penuh kasih sayang. “Kenapa kamu tidak ikut Azril? Kamu masih marah dengan Ayah?” Marlan memandang wajah putri kecilnya yang ia rindukan. Marlan merasa kesepian setelah kejadian kemarin. Saat itu, Safa tidak hadir lagi di rumah sakit dan hanya Azril yang setia menemani