Karena sudah tidak sabar lagi, Arya pun langsung bangun dari tempat duduknya dan berjalan untuk menghampiri Meisya yang masih berada didalam kamar Abian.
Tok … tok … tok.
Suara ketukan pun langsung terdengar.
Meisya yang masih menangis sambil memeluk putranya pun langsung merasa sangat terkejut.
"Itu! Itu pasti papa kamu, Abi," ucap Meisya, dia pun langsung menghapus air matanya dan mencoba tetap terlihat kuat didepan Arya.
Abian tidak mau melepaskan pelukannya karena dia takut, takut jika ayahnya akan menyakiti ibunya.
"Ma, jangan dibuka!" Ucap Abian sambil menatap sedih wajah ibunya.
Meisya pun mengeecup kening Abian dan tersenyum kepadanya.
"Tidak apa-apa, papa kamu tidak akan bisa memarahi mama, lebih baik. Abi tidur duluan ya! Nanti mama menyusul kamu," ucap Meisya dan dia pun langsung membuka pintu.
Sedangkan Abian, dia naik keatas tempat tidur dan membaringkan tubuhnya serta menarik selimut untuk menutupi tubuh mungilnya.
Saat Meisya membuka pintu. Dia sudah melihat, jika Arya sudah berdiri tegak tepat didepannya saat ini.
"Mas! Ada apa?" Tanya Meisya dengan nada acuh. Seolah-olah dia tidak mengetahui perselingkuhan suaminya itu.
Arya menatap wajah Meisya dan pakaian yang belum sempat dia ganti dan Arya, menatap wajah Meisya hingga ke ujung kaki lalu melihatnya secara bergantian.
Meisya merasa tidak nyaman dengan tatapan suaminya, yang menurutnya sangatlah menjijikan.
Mata yang dipakai Arya pasti sudah dia gunakan untuk menatap wanita selingkuhannya, dengan tatapan penuh cinta. Sedangkan kepadanya, tidak ada cinta sama sekali. Bahkan saat ini, tatapan Arya untuknya terlihat seperti ingin membunuhnya.
"Aku ingin bicara dengan kamu. Ayo ikut lah denganku!" Ucap Arya, dia pun membalikkan tubuhnya dan berjalan terlebih dahulu. Meisya menarik nafas panjang lalu mengikutinya dari belakang.
Arya sesekali menoleh dan melihat Meisya yang terlihat sangat cantik. Namun, hatinya merasa sangat kesal karena Meisya berhias seperti itu hanya untuk orang lain dan bukan untuk dirinya.
Arya pun mengepalkan tangannya dan mencoba untuk menahan emosinya.
Tidak lama kemudian, mereka pun sampai didepan pintu kamarnya dan Arya menyuruh Meisya untuk masuk ke dalam.
Meisya pun tidak menjawab apapun, dia diam dan mengikuti apa yang Arya katakan padanya.
Setelah Meisya masuk.
Pintu pun ditutup dan kini hanya tinggal mereka berdua saja didalam kamar itu.
Biasanya Meisya akan duduk disebelah Arya jika dia sedang duduk di pinggir tempat tidur mereka.
Tapi kini.
Saat Arya yang sedang duduk di pinggir tempat tidur, Meisya masih saja berdiri dan enggan untuk mendekatinya.
Arya pun mengerenyitkan dahinya dan merasa bingung dengan semua tingkah Meisya yang menurutnya sangat aneh.
"Mei, kenapa kamu diam saja? Ayo kemari!" Ucap Arya, dia menepuk pelan tempat tidur itu dan menyuruh Meisya untuk duduk dengannya.
Namun, Meisya menggelengkan kepalanya dan tersenyum kearahnya.
"Tidak! Terima kasih. Aku cukup berdiri saja mas," ucap Meisya. Dia langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali karena dia benar-benar menolak perintah Arya.
"Kenapa? Bukankah kamu sudah terbiasa duduk disebelah aku?" Tanya Arya, dia pun semakin bingung dengan tingkah Meisya.
Meisya masih mempertahankan senyumannya dan dia pun langsung menjawabnya, "Itu kan istri kamu mas dan aku bukan lagi istri kamu! Eh … salah maksudku pembantu kamu dan wanita yang pantas duduk disebelah kamu hanyalah b***k yang bisa kamu suruh untuk mengikuti semua keinginan kamu itu, jadi! Aku tidak mau duduk disitu lagi," ucap Meisya dengan senyuman sinisnya.
Mendengar ucapan Meisya, Arya pun langsung merasa terkejut. Dia tidak menyangka jika Meisya bisa mengatakan hal segila itu.
"Mei! Apa yang kamu maksud? Pembantu? b***k? Apa maksudnya?" Teriak Arya, dia langsung marah karena Meisya telah menolaknya.
Meisya masih tersenyum dan dia pun mengedipkan matanya untuk menggoda Arya.
"Mas Arya ku tersayang, aku tidak mau menjadi pembantu atau b***k kamu lagi. Karena mulai hari ini, statusku bukan lagi sebagai seorang istri. Tapi, sebagai kekasihku kamu. Kamu tahu kan, tiga seorang kekasih apa?" Ucap Meisya, dia berjalan mendekati Arya dan duduk diatas pangkuannya.
Arya pun merasa sangat terkejut saat melihat tingkah Meisya yang sangat berbeda. Meisya terlihat seperti wanita nakal yang sedang menggoda dirinya. Namun, bukannya jijik. Tapi Arya malah menyukainya.
Meisya mengusap lembut d**a Arya dan tangannya mulai membuka satu persatu kancing kemeja Arya.
Deg ... Deg ... Deg ….
Detak jantung Arya berdetak dengan cepat. Dia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya terhadap Meisya. Tapi hari ini, dia benar-benar merasakannya lagi setelah lima tahun berumah tangga dengannya.
"Mei! Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Arya dengan suara bingung. Seluruh tubuhnya terasa panas dan darah panas sudah mengalir ke seluruh tubuhnya.
Meisya hanya tersenyum dan mendekatkan bibirnya ke telinga Arya lalu berbisik dengannya.
"Menurut kamu, apa yang mau aku lakukan? Hhhmm … coba kamu tebak mas?!" Ucap Meisya dengan suara serak dan sangat menggoda.
Arya semakin tidak bisa mengendalikan dirinya karena Meisya sudah membangkitkan hasrat terbesar dalam hatinya dan untuk pertama kalinya, Arya ingin sekali memakan Meisya dengan buasnya.
Namun, Arya masih harus menahan dirinya, saat dia mengingat wajah Juwita yang memohon kepadanya untuk tidak menyentuh Meisya jika sudah bercinta dengannya.
Deg … deg … deg ….
Jantung Arya berdetak semakin cepat dan dirinya sudah terjebak oleh pesona Meisya yang kini sudah tidak bisa dia kendalikan diri.
"Mei, apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Arya sekali lagi.
Meisya hanya tersenyum dan dia kembali berbisik ditelinga Arya.
"Ingin menjadi kekasih kamu mas. Aku ingin menjadi kekasih kamu!" Ucap Meisya sambil meniup telinga Arya yang membuatnya merasa merinding diseluruh tubuhnya.
"Ke … kekasih? Maksud kamu apa Mei? Kamu itu adalah istriku, bukan kekasihku!" Ucap Arya dengan nada tinggi.
Meisya pun tertawa dan langsung bangun dari atas pangkuan Arya.
Dia pun berdiri tepat didepan Arya saat ini.
"Istri? Aku tidak mau menjadi istri kamu mas. Karena menjadi seorang istri tidaklah enak. Apalagi saat sang istri mengetahui suaminya selalu menjelekkan istrinya dibelakangnya dan selalu memuja wanita lain daripada istrinya. Jadi, aku rasa lebih enak menjadi seorang kekasih atau menjadi wanita selingkuhan karena menjadi mereka hanya bisa bermodal paras cantik dan mahir melayani di ranjang saja, bisa memuaskan para lelaki," ucap Meisya.
Dia pun melemparkan senyuman nakal dan kiss jarak jauh.
"Dadah mas Arya ku tersayang. Mulai besok, aku akan menjadi kekasih kamu dan …," Meisya pun menghentikan ucapannya sambil tertawa cekikikan, lalu melanjutkan ucapannya, "Kalau butuh pembantu untuk mengurus kebutuhan rumah. Aku sudah tidak berminat lagi ya mas, silahkan mas memperkejakan orang lain yang mau menjadi pembantu disini," ucap Meisya. Dia pun langsung pergi keluar dari kamar itu lalu menutup pintu kamar dengan suara keras.
'Brakkkk ….'
Suara keras itu pun menggema didalam kamar itu, meninggalkan Arya yang masih duduk dengan perasaan tidak percaya, dia merasa tidak percaya jika Meisya bisa se nekad terhadapnya.
"Arrghhh … sialan! Dasar wanita sialan! Dasar tidak tahu di untung! Dia pikir aku mau dengannya," umpat Arya sambil mengacak-acak rambutnya.
Dia merasa sangat kesal karena Meisya sudah benar-benar sangat berubah dan dia tidak bisa membodohi ya lagi.
"Sialan. Kamu Meisya! Sialan!" Teriak Arya yang terus mengumpat sendiri didalam kamar itu.