pengasuh Rayyan adalah Pria

1368 Kata
Meisya merasa terkejut saat anak laki-laki itu terus memanggilnya dengan panggilan 'mama' dan Meisya pun merasa sangat tidak nyaman. Dia pun langsung melepaskan pelukannya dan menatap wajah anak laki-laki itu. Meisya melihat wajah anak laki-laki ini terlihat sangat tampan dan saat dia melihat wajah anak laki-laki ini seperti melihat wajah Abian. Meisya pun tersenyum dan dia pun berkata, "Nak! Kenapa kamu ada disini sendirian? Dimana orang tua kamu? Sini, biar Tante antarkan kamu untuk menemui mereka," ucap Meisya dan dia mengusap lembut kedua pipi anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu pun langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku tidak mau kembali menemui pengasuh aku. Aku … aku, aku hanya ingin mencari mama, dan kini aku menemukan mama yang cocok untukku!" Ucap anak laki-laki itu, dia terus menggelengkan kepalanya dan tiba-tiba dia menyentuh tangan Meisya yang masih berada dikedua pipinya. "Tante, maukah Tante menjadi mama aku? Aku mohon Tante, aku mau Tante jadi mama aku!" Ucap anak laki-laki itu dengan tatapan yang menyedihkan. Meisya langsung merasa sedih saat melihat anak laki-laki itu. Dia langsung membayangkan jika dia meninggal, pasti Abian juga akan sama dengan anak laki-laki yang ada didepannya. Meisya pun tersenyum dan dia pun langsung mengusap puncak kepala anak laki-laki itu. "Nak, kamu jangan mengatakan hal seperti itu. Tante tidak bisa menjadi mama kamu, tapi …," Meisya menghentikan ucapannya karena ada suara putranya yang kini datang menghampirinya. Meisya pun menoleh kearah Abian yang kini sudah ada didepannya dan Abian pun langsung menatap kearah anak laki-laki yang seumuran dengannya dengan tatapan penuh cemburu. "Kamu siapa? Kenapa kamu, bersama mama aku?" Tanya Abian. Walaupun umurnya terbilang masih sangat kecil, namun kepintaran melewati jauh dari anak-anak seumurannya. Bukan hanya Abian, ternyata anak laki-laki itu pun sama pintarnya dengan dia. Anak laki-laki itu melepaskan tangan Meisya dan menatap wajah Abian yang tidak kalah tampan dengannya. Dia pun tersenyum dan langsung memeluk tubuh Abian. "Kakak, tolong jadikan aku adik kamu kak!" Ucap anak laki-laki itu dengan nada tidak tahu malu. Abian pun merasa sangat terkejut, dia memang pintar tapi anak laki-laki yang memeluknya ternyata jauh lebih pintar darinya. "Ehh … apa maksud kamu? Ke ... Kenapa kamu, memanggil aku dengan sebutan kakak?" Tanya Abian dengan nada bingung. Anak laki-laki itu pun tersenyum manis dan membuat Abian merasa sulit bergerak. "Ehh … kamu? Kamu kenapa?" Tanya Abian yang semakin bingung saja. Meisya pun menarik kedua anak laki-laki itu dan menyuruh keduanya untuk duduk disampingnya. "Ayo anak-anak, duduk dulu disini!" Ucap Meisya dan dia pun mengeluarkan kotak makan dari dalam tasnya. Abian pun langsung tersenyum cerah dan tangannya hendak meraih kotak makan itu, namun anak laki-laki itu langsung menepisnya. "Kakak, jangan diambil dulu. Biarkan mama eh maksudku Tante, yang memberikan kepada kita," ucap anak laki-laki itu. Abian langsung merasa sangat kesal dan dia memandang wajah anak laki-laki itu. "Kamu siapa sih? Sudah beraninya melarang aku, kan yang anak mama adalah aku bukan kamu," ucap Abian dengan nada ketus. Melihat tingkah putranya yang sangat galak. Membuat Meisya merasa kurang senang. "Abi, jangan seperti itu. Kasihan dia, dia sepertinya sudah tersesak di tempat ini. Sangat berbahaya jika dia berjalan sendirian, lebih baik. Abi sama dia Maan secara bersama," ucap Meisya sambil memberikan kotak makan itu kepada Abian. Lalu Meisya pun melihat kearah anak laki-laki itu dan tersenyum kepadanya. "Nak, nama kamu siapa? Tante belum tahu nama kamu nih?" Ucap Meisya dan dia pun kembali mengusap puncak kepala anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu pun tersenyum dan langsung menjawabnya dengan perasaan yang penuh kegembiraan. "Tante, namaku Rayyan, panggil saja aku Ray. Oh ya, siapa nama Tante dan juga nama kakak ini?" Tanya Rayyan sambil menatap kearah Abian. Abian hanya tersenyum dan dia pun menjawabnya, "Hallo Ray! Aku Abian, panggil saja Abi," ucap Abian sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Rayyan. Rayyan merasa sedikit ragu, namun. Dia akhirnya mau menerima uluran tangan Abian dan mereka pun bersalaman. Meisya pun tersenyum dan memeluk kedua anak kecil itu. "Ray, nama Tante adalah Meisya. Panggil saja Tante Mei," ucap Meisya sambil tersenyum kearah keduanya.. Namun, saat Meisya hendak melepaskan pelukannya, dia merasakan jika ponselnya bergetar dari dalam tasnya. Meisya pun secepatnya melepaskan pelukannya dan mengambil ponselnya yang terus bergetar tiada henti. Saat Meisya melihat ID pemanggilnya. Meisya hanya bisa tersenyum getir karena suaminya pasti mencarinya karena di rumah, dia tidak menyiapkan makanan dan meninggalkan rumah dalam keadaan cukup berantakan. Timbul rasa bersalah dari dalam hati Meisya tapi, dia saat dia mengingat isi pesan itu dan juga foto-foto suaminya bersama selingkuhannya, membuat Meisya yang mulai rapuh kembali kokoh kembali. Dia pun menaruh ponselnya ke dalam tas dan membiarkan ponsel itu terus bergetar. Meisya kembali menemani putranya dan juga Rayyan. Dia merasa sangat bahagia saat melihat putranya tersenyum dan memiliki teman baru. Meisya pun duduk sambil tersenyum sendiri memandang kedua anak yang ada didepannya. Rasanya, dia seperti memiliki dua putra yang lahir dalam rahimnya. Namun, lamunan Meisya pun langsung menghilang karena dari jauh terdengar ada suara seorang pria paruh baya yang sedang memanggil Rayyan. "Bos kecil, akhirnya kami menemukan anda!" Ucap pria paruh baya dengan suara terengah-engah dan dibelakangnya banyak pria yang memakai pakaian hitam telah mengikutinya. Meisya merasa sangat ketakutan dan sebagai seorang ibu, dia pun langsung memeluk kedua anak itu, seperti induk ayam yang sedang melindungi anak-anaknya. Rayyan pun tersenyum senang, karena Meisya sudah mulai menyayanginya dan dia semakin merasa yakin, jika Meisya harus menjadi ibunya. Tiba-tiba muncul ide konyol dari pikirannya untuk mendekatkan Meisya dengan ayahnya yaitu, Steven Zuriel. Melihat Meisya yang begitu kukuh menjaga kedua anak laki-laki itu. Pria paruh baya itu pun langsung tertawa. "Hehehe … nyonya, anda tidak perlu takut dengan kami, kami adalah pengawal bos kecil dan saya, saya adalah pengasuhnya bos kecil," ucap pria paruh baya itu sambil menunjuk kearah Rayyan. Rayyan pun tersenyum dan dia pun melihat kearah Meisya. "Tante, kakek Er adalah pengasuh aku, Tante jangan takut. Karena mereka tidak akan menyakiti kita," ucap Rayyan.. Mendengar ucapan Rayyan, Meisya pun melepaskan pelukannya dan melihat kepada pria paruh baya yang mengakui dirinya sebagai pengasuh Rayyan. "Pak, apa benar yang dikatakan Ray? Anda pengasuhnya?" Tanya Meisya. Dia masih tidak percaya dengan pria paruh baya itu. Karena setahu dia, jika seorang pengasuh pastilah seorang wanita, entah itu tua atau pun muda. Pokoknya, wujudnya pasti seorang wanita. Meisya pun menatap kearah Rayyan dan bertanya lagi, "Ray! Apakah benar kalau dia pengasuh kamu?" Tanya Meisya dan dia meyakinkan dirinya kalau pria paruh baya itu adalah pengasuhnya. Rayyan menganggukkan kepalanya dan dia pun berusaha meyakinkan Meisya jika pria paruh baya itu adalah pengasuhnya. "Iya Tante, kakek Er adalah pengasuhku, kalau tidak percaya. Aku akan mendekatinya sekarang juga," ucap Rayyan dan dia pun bangun dari atas tempat duduknya dan berlari kearah pria paruh baya itu. Setelah melihat itu semua, Meisya langsung menurunkan rasa curiganya dan kini dia sudah percaya jika kakek Er yang dipanggil oleh Rayyan adalah benar pengasuhnya. Meisya pun tersenyum cerah dan kini hatinya merasa sangat tenang, dia merasa sangat tenang karena akhirnya Rayyan bisa bertemu dengan orang yang dia kenal. "Syukurlah kalau itu benar-benar orang yang kamu kenal Ray," ucap Meisya, dia merasa sangat tenang dan entah kenapa perasaannya sulit untuk dijelaskan. Dia merasa jika dia tidak mau berpisah dengan Rayyan. Tapi, dia langsung menghilangkan semua perasaan aneh didalam hatinya. Meisya pun melihat jam dipergelangan tangannya dan terlihat, jika waktu sudah semakin larut saja. Setelah itu, dia pun langsung bangun dari tempat duduknya dan merapikan seluruh barang-barangnya. "Abi, aku kita pulang!" Ajak Meisya dan dia pun langsung meriah tangan Abian. Abian hanya bisa mengikuti ibunya dan dia tidak bisa apapun lagi. Sebelum mereka berpisah, Meisya dan Abian pun berpamitan dengan Rayyan dan juga kakek Er. "Ray, Tante dan Abi pulang dulu ya nak, kamu jangan pergi-pergi lagi seperti tadi. Nanti kedua orang tua kamu pasti merasa sangat khawatir," ucap Meisya dengan suara yang sangat lembut. Dari tatapan dan kasih sayangnya. Meisya memiliki aura sebagai seorang ibu yang sangat baik. Sehingga pesonanya telah membius Rayyan dan kini kakek Er juga mulai menganguminya. Rayyan pun langsung cemberut, dia ingin ikut dengan Meisya tapi Abian terus menghalanginya. "Tante ... Kapan kita bisa bertemu lagi? Ray … pasti akan sangat merindukan Tante," ucap Rayyan dengan wajah sedihnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN