"Tuh dia, si anak koruptor. Tikus berdasi. Jadi jelas ya, kemewahan yang selama ini dia nikmati adalah hasil dari mencuri uang perusahaan." Ucap seorang gadis saat Galuh turun dari sebuah mobil dan memasuki gerbang kampus di mana dia kuliah lebih dari tiga tahun ini.
"Iya. Gaya aja lugu, dan bersahaja, ternyata di balik semua itu ada bangkai yang dia tutupi. Semua kebaikannya selama ini hanya topeng belaka, topeng untuk menutupi kebusukan keluarganya!" Timpal gadis lain ikut mengintimidasi.
"Kalo aku jadi dia mah, aku gak bakalan punya muka untuk datang ke kampus ini. Aku akan menyembunyikan mukaku di tempat paling gelap di rumah ku agar tidak di katakan anak koruptor!" Seorang gadis lain ikut menimpali dengan sangat pedas dan Galuh hanya mencoba menulikan telinganya untuk tidak terprovokasi dengan ucapan para mahasiswa lain tentang dirinya.
Ya, Galuh adalah seorang gadis cantik dengan tulang hidung yang tinggi turunan dari ayahnya . Dia dan dua saudara perempuannya adalah blasteran Indonesia - Jerman. Galuh adalah mahasiswa semester akhir yang sedang menyelesaikan skripsinya dan sekarang usahanya tiga tahun lebih untuk menyelesaikan studinya terancam gagal karena skandal ayahnya di perusahaan tempat ayahnya menjadi direktur. Ya ayahnya sedang menjadi terduga kasus korupsi, dan sedang ramai di beritakan di hampir semua stadion televisi.
Galuh tau itu, tau jika ayahnya tidak mungkin melakukan hal memalukan itu, namun berdasarkan berita yang sedang beredar, ayahnya terduga melakukan penggelapan uang perusahaan dan sekarang ayahnya juga masih dalam proses penyidikan.
Beberapa aset keluarga mereka sudah di bekukan , termasuk tiga akun bank atas nama anaknya, Galuh dan kedua kakak perempuannya Keyla dan Fera, bahkan rumah besar yang mereka tempati saat ini juga terancam akan di sita pihak berwajib jika Evan terbukti melakukan penggelapan dana perusahaan, dan setelah itu mereka tidak akan tau harus tinggal di mana jika ayahnya, Evan benar-benar terbukti bersalah dan di penjara.
Belum selesai Galuh menenangkan segala kegalauan hatinya dengan sindiran keras para mahasiswa lain terhadapnya, kini Galuh justru disuruh menghadap ke rektor universitas tersebut dan entah untuk apa lagi dia di minta menemui sang rektor.
Galuh sudah berdiri di depan pintu ruangan sang rektor, diam sejenak untuk menarik napas sebelum akhirnya menghembuskan, berusaha menenangkan hati dan emosinya yang sedang bergejolak karena seluruh mahasiswa di kampus itu terlihat menatapnya dengan tatapan jijik seolah dirinya lah yang sudah melakukan kesalahan itu.
Tok tok tok
Galuh mengetuk tiga kali pintu ruang kerja sang rektor sebelum akhirnya membuka pintu itu dan seketika pandangan Galuh melihat jika di ruangan sang rektor ada beberapa orang petinggi kampus, termasuk dua dosen pembimbingnya saat ini.
"Masuk Galuh!" Ucap seorang yang Galuh tau adalah salah satu dekan di kampus itu dan Galuh langsung mengagguk lalu masuk, mengambil tempat duduk di satu-satunya kursi kosong di ruangan itu.
"Apa kau tau kenapa bapak memintamu untuk datang kemari?" Sang rektor bertanya pada Galuh maksud dan tujuannya meminta gadis cantik itu datang ke ruangannya. Galuh menggeleng karena dia sama sekali tidak tau kenapa dia di panggil ke ruangan sang rektor. Galuh merasa tidak pernah berbuat salah atau melanggar peraturan kampus atau melakukan kriminalisasi hingga membuat pihak kampus marah atau bahkan menegur keras dirinya. Tidak.
Galuh adalah salah satu mahasiswa cerdas, berprestasi , patuh, dan pandai bersosialisasi. Meskipun Galuh termasuk salah satu mahasiswa pendiam, tapi sebenarnya Galuh tipe wanita yang supel dan mudah bergaul , terlebih lagi selama ini banyak mahasiswa lain yang mengaguminya karena Galuh baik dan suka berbagi, tapi lihat sekarang, semua yang pernah mengaku temannya kini juga menghindari nya, melihatnya sebelah mata, bahkan ada salah satu dari mereka juga ikut menghakiminya atas apa yang sedang menimpa ayahnya.
"Ada beberapa mahasiswa protes dengan keberadaan kamu di kampus ini. Tidak hanya mahasiswa yang protes tapi lebih dari sepuluh donatur kampus juga protes tentang keberadaan kamu di kampus ini!" Ucap seorang dosen yang kemarin juga sempat Galuh temui untuk meminta tandatangan terkait skripsi yang sedang dia susun, tapi sayang, dosen itu belum menyetujui skripsinya lolos, karena saat Galuh datang menemui sang dosen, dosen itu memintanya untuk menemuinya secara pribadi di tempat lain selain kampus dan Galuh belum sempat kembali membuat janji dengan dosen itu untuk perkara skripsi.
"Ada apa dengan ku, pak? Aku sedang menyusul skripsi, dan aku tidak tau apa yang para mahasiswa gunjingkan tentang aku. Aku tidak merasa melakukan kesalahan hingga harus di permasalahkan oleh mereka!" Ucap Galuh dengan wajah tegap dan berani.
"Bukan tentang kamu, Galuh, tapi tentang pak Evan, Papamu." Jawab sang dosen dengan nada suara yang terdengar datar.
"Kenapa dengan Papaku?" Kutip Galuh tidak mengerti. Pikirnya ada hubungan apa ayahnya dengan pihak kampus hingga pihak kampus juga akan membahas perkara ayahnya sekarang.
"Jangan berpura-pura tidak tau, Galuh. Kita semua tau apa yang sedang terjadi dengan Papamu. Beritanya sedang di muat dan di tayangkan di mana-mana, dan sekarang kau bertanya kenapa pada kami?" Jawab seorang dekan lain yang juga berada di ruangan itu.
"Aku tau. Berita yang masih belum menemui titik terang dan masih belum terbukti kebenarannya itu sedang mengusut dan menyidik apakah Papaku terlibat dalam masalah itu, namun aku hanya bingung, apa sangkut paut Papaku dengan aku di kampus ini?" Jawab Galuh dengan sangat logis dan cermat. Yang sedang menjalani pendidikan adalah Galuh, dan yang sedang bermasalah dengan perusahaan adalah ayahnya, dan sekarang para pihak kampus mengintrogasi Galuh terkait apa yang sedang di tuduhkan ayahnya padanya.
"Beberapa mahasiswa protes dengan keberadaan kamu di kampus ini, karena kasus yang sedang membelit Papamu, dan kemarin ada lebih dari sepuluh donatur kampus meminta kami untuk mengeluarkan mu dari kampus karena masalah tersebut, dan kami tidak bisa ambil resiko jika harus kehilangan banyak donatur kampus jika terus mempertahankan kamu di kampus ini, jadi kami terpaksa mengambil tindakan mengeluarkan kamu dari kampus." Ucap sang rektor dengan tanpa perasaan. Galuh sedang menyelesaikan skripsinya dan jika skripsinya lulus, kemungkinan Galuh akan wisuda tahun ini tapi apa ini? Pihak kampus tiba-tiba mengeluarkan dia hanya karena kasus ayahnya yang bahkan belum terbukti kebenarannya. Kampus macem apa ini? Mengintimidasi mahasiswanya dengan masalah yang sejatinya tidak ada sangkut pautnya dengan sang mahasiswa.
"Apa? Bapak tidak bisa melakukan itu padaku? Aku sedang menyelesaikan skripsiku dan ini adalah tahap akhir pendidikan ku." Tolak Galuh dengan pernyataan yang baru saja sang rektor ucapkan. "Yang sedang dalam masalah adalah Papaku, dan seharusnya,,,,"
"Kami bisa melakukan itu Galuh. Seperti yang tadi kami jelaskan, kami tidak mau ambil resiko jika kami harus kehilangan donatur kami karena keberadaan kamu di kampus ini. Kami bisa mengeluarkan siapapun di kampus ini meski tanpa alasan!" Tegas sang rektor tidak bisa di ganggu gugat lalu menyerahkan surat yang sudah di tandatangani oleh para petinggi kampus yang ada di ruangan itu, surat yang menyatakan jika Galuh Afrika di keluarkan dari kampus itu dengan cara tidak hormat.
Galuh menerima surat pengeluaran itu, membaca barisan kata paling atas hingga paling bawah dan di surat itu jelas jika dia baru saja di keluarkan dari kampus.
Sempurna. Ya. Sempurna sudah kemalangan yang Galuh dapatkan dalam hidupnya, setelah semua teman-temannya menjauh darinya , ayahnya di tahan, rekening banknya di bekukan, kedua kakak perempuannya minggat, dan lima hari lalu ibunya meninggal karena serangan jantung saat ayahnya di jemput polisi karena di duga melakukan penggelapan uang perusahaan, dan sekarang dia di keluarkan dari kampus secara tidak hormat hanya karena masalah yang bahkan belum terbukti kebenarannya.