LYU-13

1065 Kata
Indira terlalu lelah mengerjakan tugas sampai ketiduran di kursi dengan komputer yang masih menyala, perlahan Indira menyimpan file ke dalam disket nanti bisa dikerjakan bersama Dio dan Clara. Keluar dari kamar Indira mendapati Fajar sudah duduk manis di meja makan dan berpenampilan sangat tapi, tidak terlihat jika semalam berada di RSJ namun Indira tidak melihat keberadaan orang rumah, membuatnya tidak percaya semudah itu orang rumah mempercayakan Fajar berada di rumah. "Ibu bapak tadi langsung berangkat pagi-pagi dihubungi om kalau anaknya masuk rumah sakit" ucap bibi ketika melihat Indira di meja makan "om yang rumahnya daerah Anoa itu loh" lanjut bibi dan Indira mengangguk mengambil tempat di dekat Fajar. "Udah rapi aja" goda Indira sambil menaik turunkan alis "mau kencan sama siapa?" Fajar mencubit hidung Indira pelan "sama calon istri" sambil tersenyum "makan sana setelah itu berangkat" Indira mengangguk langsung mengambil makanan yang ada di meja makan "ada acara ke kampus?" sambil fokus makan. "Gak, selain antar adik" jawaban Fajar membuat langsung melihatnya namun Fajar tampak tidak peduli. Mereka langsung berangkat setelah Indira menghabiskan makan dengan cepat karena takut Fajar ada keperluan lain. Semenjak bersama ada perubahan di mobil Fajar yaitu lebih rapi dan Indira memberikan beberapa aksesoris seperti mainan, bantal kecil dan bantal leher. Beberapa perlengkapan Fajar seperti sepatu dan pakaian ganti Indira letakkan di bagasi sedangkan buku-bukunya sudah dikeluarkan semenjak wisuda. Orang pertama yang menyukai perubahan mobil Fajar adalah Ima lalu Fanny karena sekarang mereka bisa tenang berada di dalam mobil tanpa takut mengganggu buku-buku yang Fajar miliki dalam mobil. "Kemarin bicara apa sama papa?" tanya Indira ketika ingat apa yang Fajar lakukan semalam dengan membawa makanan. "Keseriusan kita menikah" jawab Fajar membuat Indira langsung menatapnya "pembicaraan di sekolah Bagas bukan mainan seperti halnya ketika mengajak berpacaran waktu pertama bertemu" sambung Fajar ketika melihat Indira tidak mempercayai kata-katanya. "Kakak selalu penuh kejutan begini? padahal masalah pacaran aku belum jawab ya loh" ucap Indira langsung mencoba beragumen dengan Fajar. Fajar tersenyum "semua sikapmu sudah sebagai jawaban dan ciumanmu di pipi kemarin juga jawaban atas ajakan di sekolah Bagas" Indira menatap tidak percaya atas perkataan Fajar "adik bukan cewek yang dengan mudah mencium cowok ini yang kakak perhatikan" mengambil tangan Indira di genggamnya pelan "kakak bukan pria sempurna tapi semenjak melihatmu kakak menjadi lebih semangat dan akan berjuang menjadi suami yang bisa diandalkan" Indira hanya diam mendengar perkataan Fajar "maaf kalau terlalu cepat semuanya" Fajar hanya mengantarkan tapi tidak masuk ke dalam seperti biasanya dan Indira langsung masuk kelas, kelas hari ini penuh ditambah harus mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan beberapa hari lagi. Ponsel tidak tersentuh sama sekali karena terlalu sibuk dengan tugas bersama teman yang lain, memutuskan berkelompok bersama Clara dan Dio serta Ryan terkadang membantu namun terkadang juga tidak terutama Dio yang suka seenaknya sendiri ketika mengerjakan tugas kelompok. "Gue ke perpustakaan dulu ya" ucap Indira tanpa menatap Clara "lo beliin air mineral" Clara mengangguk “gue tinggal jangan lama-lama” Indira berjalan ke perpustakaan seorang diri karena Clara mengeluh lapar jadi ke kantin terlebih dahulu, di perpustakaan untuk mengerjakan tugas mencari bahan-bahannya. Indira satu kelompok bersama Clara dan Dio tapi seperti biasa Dio selalu menghilang tanpa jejak dan hal ini selalu membuat Clara sering marah dengan tindakan Dio, sedangkan aku hanya bisa pasrah atas apa yang Dio lakukan. "Sendirian Indira?" tanya seseorang di belakangku. "Tante apa kabar?" aku mencium tangan Ajeng yang merupakan ibu salah satu teman Indira ketika duduk di bangku SD "ya mau ngerjain tugas tapi nanti teman nyusul" beliau hanya menganggukkan kepala "aku ke atas dulu, tan" pamit Indira langsung melangkah ke atas. Suasana yang sedikit sepi membuat Indira nyaman berada di sini karena tidak semua orang suka berada di sini sedangkan Indira lebih suka di sini karena selain tenang suasananya dingin karena AC selalu menyala penuh. Indira segera mengerjakan tugas sebelum Clara datang dan marah-marah tidak jelas. "Hai" sapa seseorang berada di depan Indira "boleh gabung?" Indira menatap sekitar lalu hanya mengangguk dan Indira baru sadar jika saat ini lumayan ramai dan tempat duduk penuh "Angga anak kedokteran" sambil mengulurkan tangan membuat Indira terkejut. "Indira" Indira membalas uluran tangan Angga dan berusaha terlihat sopan pada orang yang baru bertemu "nyasar kesini?" Angga tersenyum lalu mengangguk "gue kerjain tugas dulu" Indira langsung mengecek ponsel karena Clara belum datang juga Clara Lo buruan turun ada masalah di kampus berkaitan dengan Fajar My Lovely Adik dimana? kakak tunggu di parkiran sekarang Indira menatap kedua pesan ini padahal sebelumnya tidak ada masalah apapun lalu masalah apa yang berkaitan dengan Fajar, Indira1 segera merapikan berkas dengan memasukkannya ke dalam tas, melupakan keberadaan Angga yang berada di depannya menatap intens ke arah Indira. Indira Parkiran perpustakaan "Keburu sekali ada apa?" tanya Angga menghentikan aktivitas Indira dan langsung menyadari keberadaan Angga "jangan terlalu buru-buru nanti akan berpengaruh pada jantungmu" Indira menatap Angga bingung namun Indira tidak mempedulikannya karena ada hal yang lebih penting walaupun tidak tahu apa yang terjadi. Indira turun melangkah ke fakultasnya mendapati Clara yang duduk di gazebo dengan Fajar, Indira menatap mereka berdua dengan tanda tanya mengenai permasalahan yang dimaksud Clara berhubungan dengan Fajar, tapi dari pengamatan Indira tidak terjadi apapun pada Fajar saat ini lantas apa yang terjadi. “Ada masalah apa?” Indira menatap Clara “pesan kamu bilang ada masalah yang berkaitan dengan Kak Fajar, masalah apa?” “Dik” panggil Fajar membuat Indira mengalihkan pandangan dengan emosi “aku yang suruh Clara, maaf” Indira menatap bingung pada Fajar “ayo kita pulang” Indira hanya mengikuti langkah Fajar tanpa berpamitan pada Clara, hal lain lebih karena Indira tidak mau menjadi pusat perhatian di kampus apalagi mereka duduk di gazebo tempat lalu lalang orang fakultas. Dalam mobil Fajar hanya diam tidak merasa melakukan kesalahan dan akhirnya Indira harus bisa menetralkan emosinya karena Fajar tak kunjung berbicara dengan dirinya. “Tadi kakak yang minta Clara hubungi adik karena khawatir” Indira menatap Fajar bingung tapi pandangan Fajar mengarah ke jalan dengan fokus menyetir “khawatir kalau Bu Retno mencari adik dan berbicara yang tidak-tidak” “Maksudnya?” tanya Indira masih tidak paham dengan arah pembicaraan Fajar. “Nanti adik akan tahu nanti” jawab Fajar tanpa menatap Indira. “Aneh dan selalu aneh, penuh dengan rahasia sampai gak paham sebenarnya apa yang kakak inginkan” ucap Indira dengan sedikit emosi “aku semakin bingung dengan semua tindakan kakak mulai dari mengajak pacaran, nikah dan sekarang apa lagi? Belum masa lalu kakak yang aku belum tahu” Fajar hanya diam mendengarkan perkataan Indira pada dasarnya Fajar ingin berbicara jujur hanya saja belum siap atas semua reaksi yang Indira berikan, orang terdekat Fajar sudah meminta untuk jujur tapi Fajar sendiri yang belum siap apalagi menceritakan masa lalu. Fajar tidak bisa jika Indira tiba-tiba menghilang dari hidupnya, kemungkinan terburuk itu yang membuat Fajar berpikir ulang. “Nanti kakak akan cerita semuanya”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN