LYU-14

1004 Kata
Pertemuan dengan Angga tidak Indira bicarakan pada Fajar karena pertemuan tersebut tidak penting dan hari ini Fajar mengajak ke pernikahan temannya Ine yang bertemu pada saat makan di warung, Ine menikah dengan Teguh yang merupakan teman satu angkatan dengan Fajar juga. Semenjak pertemuan yang Clara bilang ada masalah dengan Fajar dan pembicaraan tidak jelas dari Fajar, tidak ada komunikasi yang dilakukan karena Indira sendiri belum paham dengan maksud yang Fajar lakukan selama ini. Fajar dan keluarga sendiri ada acara di luar kota sebenarnya Indira diminta ikut tapi menolak karena jadwal kuliah sedang padat-padantnya dan keluarga Fajar memaklumi hal tersebut. "Waduh bilang makasih sama ibu sudah repot-repot" ucap Rosa menerima pemberian dari keluarga Fajar. "Gak repot, tante" ucap Fajar sambil tersenyum menatap Rosa dengan sopan "sudah siap?" ucap Fajar ketika melihat Indira duduk di sebelah Rosa dengan segera Indira mengangguk "pergi dulu ya om tante" pamit Fajar lalu mencium tangan kedua orang tua Indira. "Berangkat ma pa" pamit Indira dan melakukan hal yang sama dengan Fajar, berjalan ke mobil bersama setelah Aria memberikan nasehat "kakak gak capek? baru tadi pagi sampai kan?" tanya Indira begitu sudah masuk mobil. "Capeknya hilang begitu lihat adik" goda Fajar yang Indira balas dengan mencibir "beneran ternyata adik cantik pakai baju ini" ucapan Fajar membuat wajah Indira memerah dan langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Pakaian yang di pakai adalah pilihan Indira ketika keluar kapan lalu dan Fajar menyetujui setelah melihat melalui foto yang dikirim melalui email. Pakaian yang digunakan adalah pakaian dengan warna yang sama, itupun atas permintaan Fajar karena ingin menggunakan pakaian kembaran di acara pernikahan temannya. Keadaan ruangan pesta pernikahan ini tampak ramai karena banyak tamu yang diundang, tangan Fajar tidak lepas dari pinggang Indira seakan takut Indira berpaling padahal Indira tidak mengenal siapapun disini hanya Fajar yang dikenalnya atau mungkin sahabat-sahabatnya yang ditemui ketika Fajar wisuda waktu itu. "Halo Indira" sapa Nathali yang langsung mencium pipi Indira kanan dan kiri membuat Fajar memutar bola matanya malas “kenapa gak boleh gue cium cewek lo?” Nathali menatap Fajar tajam sedangkan Fajar hanya mengangkat bahu acuh membuat Nathali mencibir “posesif” sindir Nathali. "Gue juga mau cium Indira kaya Nathali" ucap Awang yang langsung dipukul lengannya sama Fajar membuat Indira dan Nathali tertawa. "Gak papa, mas" jawab Indira dengan memberikan tatapan menggoda tapi Fajar malah menatap Indira tajam "asal berani aja nglewatin Kak Fajar" sambung Indira memberikan senyuman ke arah Fajar sambil mengelus pelan lengan Fajar. "Wajah lo jangan gitu gak enak dilihat" ucap Nathali sambil tersenyum geli melihat ekspresi Fajar yang ingin marah. "Lagian gue juga bercanda kali, Jar" sambung Awang dengan tatapan menggoda “udah yuk kita ke Ine dan Teguh bisa marah kalau kita gak ngucapin” Berjalan bersamaan ke pelaminan untuk memberi ucapan selamat kepada Ine dan Teguh, dari kejauhan mereka berdua menatap Fajar dengan tatapan menggoda sedangkan Indira semakin malu dibuatnya pasalnya baru ini Indira berhubungan dengan pria yang jarak usianya sangat jauh. Fajar menatap tajam Teguh ketika ingin mengucapkan sesuatu dan Indira baru tahu seperti ini interaksi para senior ketika bertemu dan bagaimana orang dewasa berinteraksi. “Gue tunggu undangan kalian berdua” ucap Teguh ketika sudah berhadapan langsung dengan Fajar “sumpah imut banget” Teguh menatap Indira “gue percaya sekarang waktu Ine kasih foto kalian kagak percaya anak imut gini mau sama lo” Teguh menatap Indira “banyak sabar sama pria tua ini ya” “Lo juga tua kali” sindir Awang “udah kasihan Indira tu udah merah wajahnya menahan malu lo godain” Awang menunjuk Indira sambil mendorong Fajar. Godaan tidak berhenti sampai disitu saja karena ketika bertemu teman yang lain Fajar dan Indira menjadi bahan godaan teman satu angkatan Fajar membuat Indira hanya bisa tersenyum dengan godaan mereka semua tidak tahu harus menanggapi apa. "Terus kapan nikahnya? ditunggu undangan dari lo" ucap salah satu teman Fajar yang Indira lupa namanya. "Segera" jawab Fajar singkat sambil tersenyum sambil menggenggam tangan Indira erat. "Fajar baru kali ini bawa cewek selama ini gak ada cewek yang bisa dekatin dia" bisik Nathali "beruntung lo eh atau buntung" Indira menatap Nathali namun dibalas dengan tersenyum. Awang mengalihkan pembicaraan karena melihat beberapa dosen datang ke acara ini dan Indira semakin tidak nyaman, namun genggaman tangan Fajar menenangkan Indira seolah berkata bahwa Fajar akan disampingnya apapun itu. Pembicaraan yang dialihkan Awang semakin berkembang dan topik mengenai Fajar sudah hilang, Nathali mengajak Indira terlibat dalam pembicaraan dengan teman-teman wanita yang lain. Bahkan Indira tidak malu menggendong anak salah satu teman Fajar karena lagi makan, Fajar menatap Indira dari kejauhan dan langsung membayangkan jika itu adalah anak mereka berdua. “Cocok banget” bisik Fajar hampir membuat Indira terkejut dan menatap Fajar tajam “kaget ya? Maaf” mengelus punggung Indira pelan “udah cocok jadi ibu” bisik Fajar lagi. Indira mengangguk “belum ada bapaknya, mana ada cowok yang mau sama aku” “Aku mau” bisik Fajar. Tidak lama ibu dari anak ini datang dan berbicara sebentar dengan Fajar bahkan tampak akrab, Nathali mengajak pulang dan akhirnya mereka memutuskan keluar bersamaan. Fajar masih setia menggenggam tangan Indira selama perjalanan menuju mobil mereka bertiga membicarakan mengenai lembaga psikologi yang mereka jalani saat ini sedangkan Indira hanya diam membisu tidak tahu menanggapi apa karena memang tidak ahli dalam bidang ini. Nathali pulang sendiri dengan mobilnya begitu juga dengan Awang sedangkan Fajar dan Indira berjalan menuju mobil mereka yang tidak jauh dari kedua orang itu. Selama perjalanan tidak banyak bicara selain radio yang selalu Indira putar, karena Fajar tipe yang tidak suka berbicara ketika menyetir kecuali jika ada hal yang penting jadi lebih baik Indira mendengarkan radio daripada keadaan sepi disamping itu tidak tahu harus membicarakan apa dengan Fajar. "Besok kakak berangkat ke Jakarta, dik" kata Fajar begitu sudah sampai rumah dan duduk di teras "sudah mulai trainingnya" "Kakak semangat ya disana" ucap Indira menatap Fajar lembut. "Pasti sebelum berangkat kakak kesini sama keluarga" ucap Fajar yang menatap Indira dengan lembut. "Ngapain?" tanya Indira bingung namun Fajar hanya diam. Fajar masuk ke dalam rumah untuk pamitan pada kedua orang tua Indira setelahnya langsung pulang tanpa menjawab pertanyaan, salah satu kebiasaan Fajar yang harus dimaklumi Indira tapi tidak tahu sampai kapan. My Lovely Kakak sudah dirumah dan besok dandan yang cantik lagi seperti tadi Indira hanya membaca pesan itu tanpa berniat membalasnya dan langsung tidur tanpa mempedulikan pesan yang masuk kembali My Lovely Kakak besok akan melamar adik jadi dandan yang cantik
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN