Buruh Pabrik, part 1

1251 Kata
Dulu saat kuliah, Andi memiliki cita-cita yang tinggi. Sebagai salah satu mahasiswa teknik perguruan tinggi negeri di kota S, dia bermimpi untuk bisa mengubah nasib keluarganya. Tapi, kehidupan tak seindah harapan. Setelah lulus dari kampusnya dan mendapatkan gelar ST, Andi mencoba melamar pekerjaan ke sana ke mari dan tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Hingga akhirnya, dia diterima di salah satu perusahaan tekstil di kotanya. Tak seperti angannya dulu, Andi memulai karirnya sebagai seorang supervisor di sebuah pabrik teskstil dengan gaji yang tak jauh dari nilai UMR di kotanya. Alasan pihak HRD dulu menawarkan gaji serendah itu, karena mereka menganggap Andi hanyalah seorang fresh graduate yang belum memiliki pengalaman kerja. Karena Andi sudah malu menganggur sekian lama sejak dia sudah lulus dari kampusnya, dia pun menerimanya. Memang benar kata HRD di kantornya, apa yang dikerjakan oleh Andi, sangat jauh berbeda dengan semua ilmu yang diterima di kuliahnya dulu. Dia tak bertemu dengan mekanika fluida, teknik pengelasan, atau kinematika dinamika. Dia justru bertemu dengan mesin-mesin tekstil dan istilah-istilah yang sama sekali asing baginya. Tak seperti anggapan orang, benang yang banyak digunakan sebagai bahan utama kain adalah benang buatan yang terbuat dari polyester. Natural cotton, wool, sutra atau material alam lainnya kini semakin susah didapatkan dan kalaupun ada, harganya tak lagi ekonomis bagi konsumen umum. Karena alasan itulah perusahaan-perusahaan tekstil pembuat benang berbahan dasar polyester masih beroperasi sampai sekarang. Benang buatan berbahan polyester berasal dari bijih plastik yang dilumerkan lalu ditarik menjadi serat-serat benang memanjang. Serat itu diatur ukuran diameternya dan jumlahnya lalu didinginkan dengan teknik tertentu untuk menghasilkan seutas benang dengan banyak serat yang akhirnya digulung dalam sebuah gulungan. Tapi, benang itu masih dianggap sebagai benang mentah karena seratnya lurus. Padahal, pada kenyataanya, benang yang dipakai untuk bahan kain jadi, bukan benang dengan serat lurus tetapi memiliki puntiran dan juga terlihat mengembang. Karena itu, dibutuhkan lagi proses tambahan untuk membuat benang mentah tadi menjadi benang yang memiliki tekstur sesuai pesanan. Proses ini disebut dengan texturizing dan Andi bekerja di departemen itu. Sebenarnya, semua pekerjaan di pabriknya dilakukan oleh mesin. Mulai dari memberikan puntiran pada benang, lalu menembakkan angin bertekanan agar serat benang mengembang hingga melakukan pemanasan agar benang tak kembali ke bentuknya semula, semua itu dikerjakan oleh mesin. Tugas karyawan di departemen Andi bekerja hanya dua, memasang gulungan benang mentah dan mengambil gulungan benang yang sudah jadi. Meskipun pekerjaannya terlihat sederhana, tapi karena ukuran gulungan benang yang beratnya diatas 5 kg, rata-rata pekerja di tempat Andi adalah laki-laki. Tak seperti perkiraan banyak orang bahwa perusahaan tekstil dipenuhi oleh karyawan wanita yang haus belaian laki-laki. Tapi bukan berarti, tak ada karyawati yang bekerja di sana, ada beberapa orang karyawati yang bekerja untuk tugas-tugas yang lebih sederhana seperti menyambung benang bahan dan pekerjaan administrasi. “Pak Andi, ni laporannya,” kata salah seorang operator sambil menyerahkan data produksi mesin yang menjadi tanggung jawabnya ke Andi. “Iya,” jawab Andi sambil menerima laporan itu dengan muka datar. Dia sudah jenuh bekerja di sini. Apalagi setelah sekian lama bekerja, tak ada kenaikan gaji yang signifikan sesuai keinginannya. Bukankah kini bukan lagi fresh graduate seperti dulu. Operator tadi langsung membalikkan badannya dan meninggalkan Andi seorang diri di mejanya. Dia tak kaget dengan sikap atasannya itu. Memang sejak dulu, Andi dikenal sebagai supervisor yang dingin dan kaku. “Gimana?” tanya seorang operator wanita yang duduk di belakang sebuah mesin texturizing ke arah Agung si operator yang baru saja bertemu dengan Andi. “Aku belum ngomong Din,” jawab Agung lemas. “Tapi, kita butuh duit itu Mas,” keluh Dini kecewa. Agung dan Dini memang sepasang kekasih yang saling berpacaran. Mereka berdua sama-sama operator di departemen Texturizing. Agung operator doffing yang tugasnya ‘memanen’ benang yang sudah selesai proses, sedangkan Dini operator sambung yang bertugas menyambung benang pakan ke mesin. “Kamu kan tahu kalau mandor kita itu kaku banget Din, belum ngomong aja, mukanya dah asem banget,” keluh Agung. “Iya, iya,” jawab Dini pelan. ===== “Pak…” Andi menolehkan kepalanya. Saat melihat siapa yang memanggilnya, Andi tertegun tapi dengan cepat kembali menguasai dirinya, “Iya, ada apa?” tanya Andi. “Mmm…” Dini terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan laki-laki di depannya itu. “Kalau nggak ada apa-apa, aku tinggal dulu. Ada trouble di mesin 47,” kata Andi setelah menunggu beberapa saat dan Dini masih juga diam. Andi lalu membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya. “Mas…” panggil Dini ketika melihat Andi benar-benar pergi. Andi berdiri di tempatnya tapi tak membalikkan tubuhnya. Sudah lama sekali dia tak mendengar panggilan itu dari mulut gadis di belakangnya. “Dini butuh uang, Mas,” bisik Dini lirih. Andi tak menjawab dan hanya diam mematung saja. “Berapa?” tanya Andi tak lama kemudian tanpa memutar badannya. “Nggak banyak Mas, 15 juta aja. Nanti pasti Dini kembalikan,” jawab Dini cepat. “Nanti aku transfer, no rekeningmu belum ganti kan?” tanya Andi. “Belum…” jawab Dini lirih, “Makasih ya Mas…” Andi tak menjawab dan berjalan meninggalkan Dini. ===== Pernahkah kalian membayangkan rasanya kuliah di jurusan Teknik Mesin? Dari seratus orang di angkatan Andi, hanya ada dua orang saja mahluk berjenis kelamin perempuan. Dan jangan bayangkan kalau mereka itu berwajah cantik rupawan, mereka biasa-biasa saja malah. Selain mereka berdua, Andi hanya memiliki satu orang lagi rekan kuliah yang berjenis kelamin perempuan, dia adalah kakak kelas satu tingkat di atas Andi. Dengan kondisi seperti itu, kalian bisa bayangkan betapa gersangnya masa-masa kuliah Andi. Kenapa nggak cari ke jurusan lain? Kampus Andi sedikit unik. Mungkin karena statusnya kampus negeri, areanya lumayan luas. Selain itu, masing-masing jurusan memiliki komplek kampus yang terpisah. Satu jurusan dengan jurusan lainnya berjarak ratusan meter. Itu artinya, hampir tak ada kesempatan untuk berinteraksi dengan jurusan lain. Selain alasan geografi kampus, kultur kuliah di jurusan Andi juga tak memungkinkan dia mempunyai waktu luang untuk berkenalan dan mencoba menikmati kisah asmara seperti dalam cerita sinetron di kampus-kampus itu. Andi juga terlahir dari keluarga yang kekurangan sehingga memaksa dia untuk membiayai sendiri kuliahnya dengan bekerja sambilan. Sama sekali tak ada waktu untuk kisah asmara. Setelah bekerja, Andi berharap untuk merasakan cinta dan pacaran. Tapi karena jam kerja, tentu satu-satunya tempat yang memungkinkan dia untuk mencari pasangan adalah tempatnya bekerja. Lagi-lagi, kenyataan tak seindah harapan. Dengan perusahaan yang minim mahluk berjenis kelamin perempuan, sasaran Andi sangatlah terbatas. Setelah sekian lama bekerja, hanya ada satu orang yang menarik hatinya, dan dia adalah Dini. Andi pun lalu berusaha mendekati Dini. Mungkin orang berpikir, dengan status Andi sebagai supervisor dan Dini yang hanya seorang operator, perjuangan Andi akan semulus dan selancar jalan tol. Tapi kenyataannya tak begitu. Dini seorang gadis yang memang berparas menawan. Dibandingkan operator lainnya, yang perempuan tentunya, Dini yang paling cantik. mungkin karena alasan itu, banyak laki-laki selain Andi yang mengejar-ngejar dia. Kisah cinta Andi layu sebelum mekar ketika Dini lebih memilih rekannya sesama operator yang bernama Agung. Saat Dini menolaknya waktu itu, dia memberikan alasan kepada Andi bahwa Dini belum berpikiran untuk berpacaran karena dia masih berniat untuk melanjutkan pendidikannya lagi, tapi beberapa saat setelah kejadian itu, Andi tahu Dini jadian dengan Agung. Betina… Cuma satu kata itu yang terngiang di kepala Andi saat mengingat penolakan Dini. Ketika mendengar kabar tentang Agung dan Dini, Andi bisa menebak alasan sebenarnya kenapa Dini menolak dirinya. Andi bukan laki-laki tampan. Kulitnya sawo matang kehitaman, mulutnya tebal mendekati ndower, giginya juga acak-acakan. Jelas kalah jauh dari Agung yang memang ganteng di atas rata-rata. Tapi, Andi tak bisa memilih untuk lahir dengan fisik seperti apa kan? Jadi dia hanya bisa menerima nasibnya dan melanjutkan hidupnya. Kehidupan yang membosankan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN